Konten dari Pengguna

Oncomouse, Tikus yang Menyebabkan Permasalahan Hak Paten

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
11 Juli 2020 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Ilustrasi Oncomouse | Pixabay/Nature_Blossom
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ilustrasi Oncomouse | Pixabay/Nature_Blossom
ADVERTISEMENT
Tahun 1988, untuk pertama kalinya, The US Patent Office memberikan sebuah paten untuk hewan di Universitas Harvard. Paten Amerika Serikat bernomor 4736866 ini ditujukan untuk seekor tikus kecil berbulu putih, dengan mata merah, dan akan digunakan sebagai bahan rekayasa genetik. Tikus ini dikenal dengan nama Oncomouse.
ADVERTISEMENT
Dua orang ilmuwan yang bertanggung jawab atas inovasi ilmiah tersebut, Philip Leder dan Timothy A Stewart, mulanya berusaha memodifikasi genetik tikus agar dapat membuatnya rentan terhadap kanker. Onkogen yang diaktifkan lantas secara signifikan meningkatkan kemungkinan tikus (dan keturunannya) terkena kanker dan karenanya menjadi model tikus yang cocok untuk penelitian kanker. Walhasil, tikus-tikus ini dapat menjamin pasokan subjek penelitian yang berkelanjutan.
Kenapa mesti tikus yang dipilih untuk penelitian kanker? Lantaran tikus ialah salah satu objek percobaan yang paling sempurna untuk pengobatan terhadap manusia. Tikus memiliki 95% DNA yang mirip dengan manusia, yang berarti mereka dapat membawa penyakit yang lazim menyerang manusia, seperti alzheimer, diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan kanker. Ini memungkinkan para peneliti untuk mempelajari penyakit tersebut (tanpa perlu menjadikan manusia secara objek uji coba) dan bagaimana cara pengobatan yang dapat dilakukan kepada manusia.
ADVERTISEMENT
Foto: Ilustrasi penelitian di Laboratorium | Pixabay/Michal Jarmoluk
DuPont, selaku perusahaan kimia asal Amerika Serikat rupanya ikut mendanai penelitian Oncomouse ini. Kesepakatan dengan Universitas Harvard kala itu adalah hasil penemuan akan menjadi milik perusahaan. Tentu saja, banyak akademisi takut bahwa DuPont akan mengambil hak penelitian Oncomouse sepenuhnya dan membuat pembatasan penggunaan yang akan berbahaya bagi penelitian sains.
Apa yang ditakutkan pun memang terjadi. Setelah Oncomouse berhasil direkayasa secara genetik, DuPont menetapkan harga USD 50 per tikus atau 10 kali lipat dari harga yang diberi oleh Laboratorium Jackson. Lab Jackson merupakan lembaga penelitian biomedis yang melakukan penelitian tikus genetik, mereka sudah memiliki Oncomouse di repositori mereka, sebelum paten, sekitar tahun 1984. DuPont juga melarang para peneliti untuk mendapatkan Oncomouse secara gratis dan melarang siapa pun memilikinya tanpa izin perusahaan. DuPont juga menuntut royalti selama penelitian tikus genetik dilakukan.
ADVERTISEMENT
Komunitas riset tidak terima akan hal ini dan mereka mencoba untuk bernegosiasi dengan DuPont. Banyak peneliti terbuka untuk memberontak dengan mendistribusikan Oncomouse gratis. Akhirnya, setelah konflik panjang dengan banyak ilmuwan, DuPont setuju mengizinkan para peneliti untuk menggunakan tikus secara gratis, selama mereka tidak mengomersialkan pekerjaan mereka.
Pada tahun 2005, paten Oncomouse pun berakhir dan DuPont mencoba untuk memperpanjang paten, namun pengadilan menolaknya. Universitas Harvard menjadi pihak yang amat menyesal dalam cara menangani paten terhadap Oncomouse, dengan memberikan DuPont kuasa tanpa melindungi komunitas riset dan para peneliti.
Referensi: