Paradoks Tetesan Rupert, Rapuh Tapi Sangat Kuat

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
13 November 2018 19:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: commons.wikimedia.org
Tetesan Rupert telah dikenal di Kota Mecklenburg, bagian utara Jerman sejak tahun 1640-an. Para pembuat kaca menciptakannya untuk dijual sebagai mainan dan rasa penasaran akan ilmu pengetahuan yang kemudian mempopulerkannya ke seluruh Eropa.
ADVERTISEMENT
Sebelum Pangeran Rupert, Duke of Cumberland, memperlihatkannya kepada Raja Charles II pada 1660, artefak kaca tersebut lebih dikenal dengan sebutan 'air mata Prusia'. Konon, Tetesan Rupert sebetulnya telah ditemukan oleh para pembuat kaca di Belanda saat Era Romawi, itu sebabnya juga dijuluki 'air mata Belanda'.
Dari manapun usal-usulnya, itu merupakan paradoks sains yang unik. Tetesan yang berbentuk seperti kecebong (dengan bagian kepala yang bulat dan ekor panjang yang tipis) dibuat dengan menjatuhkan bahan gelas cair yang masih panas ke dalam air dingin. Sehingga menyebabkan permukaan luarnya memadat secara instan, sementara bagian dalamnya masih tetap meleleh.
Secara alami, lapisan luarnya kemudian berkontraksi dan menekan ke dalam, sedangkan lapisan dalamnya jua konsisten mencoba mengembang ke luar. Hasilnya, karena semuanya mengkristalisasi dalam gaya-gaya yang berlawanan, bagian kepala Tetesan Rupert memperoleh daya tahan sangat kuat dengan bagian ekor tetap rapuh.
ADVERTISEMENT
Hantaman palu dan tembakan peluru telah terbukti tak mampu menghacurkan bagian kepalanya. Namun, jika kita menjentikkan jari pada ekornya, seketika Tetesan Rupert akan menjadi bubuk secara eksplosif.
Sumber: phys.org | iflscience.com