Penjara Port Arthur dan Trem Bertenaga Manusia

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2019 18:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Term bertenaga manusia yang digunakan di Port Arthur pada abad ke-19
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Term bertenaga manusia yang digunakan di Port Arthur pada abad ke-19
ADVERTISEMENT
Pada pertengahan abad ke-19, Semenanjung Tasman, di pantai tenggara Tasmania, menjadi tempat tinggal bagi koloni tahanan penjahat kelas kakap Australia yang paling ditakuti. Semenanjung itu dipilih sebagai pemukiman pidana karena secara geografis terisolasi dari bagian lain Tasmania, dikelilingi oleh air, yang menurut kabar dikerumuni oleh kawanan hiu. Satu-satunya koneksi ke daratan adalah tanah genting seluas tiga puluh meter yang dikenal sebagai Eaglehawk Neck yang dipagari dan dijaga ketat oleh tentara, jebakan manusia dan anjing liar yang buas.
ADVERTISEMENT
Koloni tahanan yang disebut Port Arthur itu didesain berdasarkan topologi penjara yang digagas oleh filsuf Inggris, Jeremy Bentham. Seperti penjara panoptikon, tata letak penjara itu simetris, dengan beberapa sayap sel tahanan narapidana bisa dipantau langsung oleh penjaga. Dari posisi ini, masing-masing sisi ruang tahanan terlihat jelas, meskipun tidak untuk sel-sel yang diisi satu orang narapidana saja.
Foto: Port Arthur adalah penjara yang menggunakan hukum psikologis untuk menyiksa para narapidananya
Port Arthur menggunakan apa yang disebut "Tipologi Penjara Terpisah". Di sini, hukuman fisik diganti dengan penyiksaan psikologis, seperti tidak memberi makanan dan isolasi. Para narapidana ditahan di bersamaan dengan narapidana lainnya dan tidak diizinkan untuk berbicara. Kebanyakan dari mereka menjadi gila karena ketatnya peraturan yang membuat mereka tak bisa menjalin komunikasi antar narapida lain. Beruntung, terdapat rumah sakit jiwa yang berdiri di dekat lokasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada masa itu tenaga narapidana Port Arthur digunakan untuk mencari sumber daya alam. Kayu, batu, dan batu bara melimpah ruah di Semenanjung Tasman, dieksploitasi oleh mereka untuk kebutuhan bahan baku pembangunan. Tenaga narapidana murah dibandingkan pekerja kasar dengan status bebas hukum. Namun untuk bekerja kasar seperti mengangkut mereka tetap butuh hewan dan peralatan. Salah satu yang digunakan mereka adalah transportasi trem.
Dibuka pada tahun 1836, jalur trem narapidana adalah jalur sepanjang 8 kilometer dengan menggunakan rel kayu yang dipahat secara kasar. Trem tersebut dikendalikan oleh narapidana dengan cara didorong. Terkadang jika tidak ada barang, trem akan mengangkut orang yang berkunjung di daerag itu yang kemudian didorong oleh empat narapidana dari empat sisi berbeda. Transportasi bertenaga manusia ini sering dianggap sebagai transportasi berbasis rel pertama di Australia. Selain orang, trem ini juga mengangkut barang-barang dari Norfolk Bay dengan melintasi tanah genting yang sempit ke Port Arthur dan Long Bay.
ADVERTISEMENT
Trem itu dioperasikan di secara bergantian dari kelompok pekerja yang beranggotakan lima puluh orang. Colonel Mundy, seorang tentara dan penulis asal Australia pernah menuliskan bahwa para narapidana masih mengenakan bola besi berantai di kakinya ketika mendorong trem. Mundy juga melaporkan kadang-kadang trem seringkali tergelincir sehingga penumpang terjatuh. Ada kecurigaan di sini, karena menurutnya hal tersebut adalah tindakan sabotase yang disengaja dari para narapidana untuk mencelakakan sekaligus merampok penumpangnya. Mundy juga melihat ada rasa ketidaksukaan dari mata narapidana ketika ada penumpang terlebih lagi jika itu adalah wanita.
Kini, salah satu sisa-sisa trem tersebut masih dapat dilihat di Federation Chocolate Factory di Taranna.
Sumber: adb.anu.edu.au | amusingplanet.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org