Perangkap Ikan Tradisional Ala Masyarakat Asli Australia

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
4 Februari 2020 18:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Orang Gunditjmara di Australia
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Orang Gunditjmara di Australia
ADVERTISEMENT
Peradaban panjang umat manusia telah mengenal cara bertahan hidup yang beragam. Dalam hal mencari makanan misalnya, masyarakat di setiap komunitas memiliki teknik yang berbeda-beda. Orang Gunditjmara yang hidup di Victoria, Australia, juga punya cara sendiri dalam mencari makanannya.
ADVERTISEMENT
Orang Gunditjmara secara tradisional mengenal cara mencari makanan dengan membuat suatu perangkap ikan. Dalam membuat perangkap tersebut, mereka memanfaatkan batu-batuan untuk menjebak belut.
Oleh orang Gunditjmara, saluran panjang akan dibuat di batu untuk mengalirkan alir dari danau-danau dan sungai menuju sebuah kolam penampungan. Nantinya, belut-belut kecil pun akan ikut masuk ke kolam penampungan melalui saluran yang dibangun.
Belut akan hidup di dalam kolam penampungan sampai manusia membutuhkannya untuk dimakan. Dengan demikian, orang Gunditjmara tidak perlu bersusah payah menangkap belut langsung di danau atau sungai dan hanya perlu mengambilnya di kolam.
Foto: Perangkap ikan orang Gunditjmara yang merupakan sistem akuakultur tertua di dunia
Sistem perangkap ikan orang Gunditjmara dipercaya sebagai sistem akuakultur tertua di dunia. Keberadaan belut dan ikan lain telah membuat penduduk asli yang sebelumnya hidup secara nomaden akhirnya berubah menjadi masyarakat yang hidup menetap dengan tinggal di rumah batu.
ADVERTISEMENT
Sisa-sisa peninggalan perangkap belut tersebut hingga saat ini masih ada dan bisa disaksikan di sekitar Danau Condah. Tepatnya wilayah Budj Bim yang merupakan area gunung berapi yang sudah punah. Kini, di situs Budj Bim juga terdapat hampir 300 buah rumah batu tempat orang Gunditjmara tinggal pada masa lalu.
Sumber: aboriginalart.com.au| humanrights.gov.au | amusingplanet.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org