Konten dari Pengguna

Pervitin, Obat Manusia Super yang Dikonsumsi Pasukan Nazi

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
13 Juni 2020 11:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pervitin | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pervitin | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Dahulu, Pervitin disebut sebagai obat super nan ajaib yang dimiliki oleh Nazi Jerman. Obat ini dirancang untuk memungkinkan prajurit Nazi, seperti pilot, pelaut, dan pasukan infranteri, memiliki kekuatan dan kinerja tubuh yang melebihi manusia biasa, atau bisa kita katakan selaiknya manusia super. Tentara yang mengkonsumsi obat ini akan tetap terjaga selama berhari-hari, dan tidak merasakan sakit atau kelaparan.
ADVERTISEMENT
Dalam identifikasi ilmu medis, pervitin lebih dikenal dengan nama metamfetamina atau met. Sebuah zat adiktif yang lebih kesohor sebagai sebagai sabu-sabu bagi kita di Indonesia .
Met merupakan obat yang sangat manjur. Bahkan, dalam dosis kecil pun, obat ini dapat menstimulasi sistem saraf pusat manusia untuk dapat melepaskan banyak dopamin, sehingga memberikan kepada penggunanya efek euforia yang tinggi berkepanjangan, meningkatkan kewaspadaan, dan konsentrasi yang terjaga, sementara tubuh tidak akan menghiraukan rasa lelah dengan sendirinya.
Awalnya, obat yang ditemukan pada 1887 ini ditujukan sebagai resep untuk mengobati penyakit gangguan pemusatan perhatian (hiperaktivitas) dan obesitas, karena met dapat menghilangkan nafsu makan, serta hidung tersumbat.
Foto: Kristal Met atau sabu-sabu | Wikimedia Commons
Namun, selama Perang Dunia ke-2, petinggi Jerman memberikan pervitin ke tentara mereka dengan dosis yang tinggi. Komando tinggi Jerman percaya, bahwa pasukan mereka dapat lebih meningkatkan kepercayaan diri, konsentrasi, dan kesediaan, dalam mengambil risiko, termasuk mengurangi kepekaan mereka dalam merasakan rasa sakit, lapar, haus, dan kebutuhan akan tidur. Obat ini dipromosikan sebagai obat ajaib yang akan membantu Jerman untuk mencapai kemenangan atas Sekutu.
ADVERTISEMENT
Tentunya, proses apa pun yang berlebihan memang tidak bertuah baik dalam hasilnya, begitu pula yang terjadi kepada para prajurit perang Jerman. Mereka, yang kebanyakan mengkonsumsi obat ini dalam dosis yang tinggi, mengalami overdosis parah. Mulanya, mereka akan mulai kehilangan kesadaran, merasakan ngantuk yang luar biasa, dan seringkali berhalusinasi. Denyut nadi pun bisa mencapai 200 per menit dan tubuh akan kehilangan berat badan.
Usai semua peristiwa tidak menyenangkan itu, dokter-dokter di Jerman mengkhawatirkan dampak buruk dan mendesak Pemerintah Nazi Jerman untuk segera melarang penggunaan pervitin. Pada 1 Juli 1941, di bawah Undang-Undang Opium, petinggi Jerman akhirnya melarang penggunaan pervitin dalam skala besar dan menempatkan obat ini dalam daftar obat terlarang.
ADVERTISEMENT
Referensi: