Pythagoras dan Teorinya yang Kontroversial

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
21 Januari 2020 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Patung batu yang menggambar wajah Pythagoras
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Patung batu yang menggambar wajah Pythagoras
ADVERTISEMENT
Masih ingatkah Anda dengan rumus matematika a2 + b2 = c2 ? Ya, tentu sebagian dari kita masih ingat betapa pelajaran ini menjadi penting dalam kurikulum matematika karena rumus ini mewakili keanggunan matematis. Nyatanya, dibalik penciptaan teorema Pythagoras terdapat hal kontroversional tentang Pythagoras sang pencipta teori ini. Ia diragukan kebenarannya sebagai penemu dari sebagian teori matematikanya. Mengapa bisa begitu?
ADVERTISEMENT
Pythagoras of Samos hidup sekitar tahun 570-495 SM, ia dikenang karena kontribusinya akibat dalam toeri matematika berupa segitiga siku-siku. Ia telah dianggap sebagai ahli matematika "sejati" pertama karena memberikan banyak kontribusi signifikan terhadap perkembangan matematika di Barat. Sayangnya, Pythagoras sebenarnya tidak meninggalkan bukti tulisan dari teori-teori matematikanya. Segala hal tentang penemuannya yang kita ketahui sekarang berdasarkan karya bakta milik Philolaus.
Sebenarnya keadaan ini dapat dipahami, beberapa tokoh penting Yunani Kuno penyumbang ilmu pengetahuan seperti filsuf Socrates juga tidak meninggalkan karya tulis apa pun. Segala hal yang kita ketahui tentang metode Socrates dan ajarannya berasal dari orang lain yang merupakan muridnya yaitu Plato dan Xenophon. Lalu penulis drama komedi Yunani bernama Aristophanes pun begitu. Namun yang membedakannya, sumber sejarah sebagai bukti kebenaran adanya ajarah Socrates nyatanya cukup menjanjikan sedangkan bagi Pythagoras, sumber-sumbernya tidak jelas.
Foto: Ilustrasi tentang kaum Pythagoras menyambut fajar
Pada awalnya Pythagoras menyebarkan ajarannya di sekolah miliknya sendiri yang berdiri di Croton Italia Selatan sekitar tahun 530 SM. Sekolah itu dengan cepat menjadi inti kultus matematika-agama yang dikenal sebagai Pythagoras. Seiring berkembangnya ilmu matematika, para pengikut Pythagoras seolah menjadikan ajarannya sebagai kepercayaan atau agama.
ADVERTISEMENT
Sejarawan Romawi bernama Cicero melaporkan bahwa setiap kali seorang pengikut Pythagoras mempertanyakan kepercayaannya, ia selalu menjawab, "Sang Guru berkata begitu." atau Sang "Tuan," tentu saja, tuan yang dimaksud merujuk pada Pythagoras. Pengikutnya memperoleh reputasi kerahasiaan yang mengakibatkan banyak kepercayaan inti mereka membutuhkan waktu puluhan tahun atau berabad-abad lamanya, untuk dapat terungkap. Mereka percaya dapat mengurangi segala sesuatu di alam semesta menjadi matematika, seperti yang kemudian dicatat oleh Aristoteles, “Orang-orang Pythagoras yang pertama kali mempelajari matematika, tidak hanya maju dalam mata pelajaran ini, tetapi jenuh dengan itu (merasa diri ekslusif dan tertutup), mereka membayangkan bahwa prinsip-prinsip matematika adalah prinsip dari semua hal.” Pythagoras sendiri juga mengklaim bahwa dirinya memiliki karunia adikodrati termasuk kemampuan untuk:
ADVERTISEMENT
Kefanatikan ajarannya telah membuat sejarawan skeptis terhadap materi sumber yang ditulis oleh para pengikut Pythagoras. Bagaimanapun pengikut Pythagoras yang memuja angka berusaha mempertahankan pemujaan itu sebagai bukti legendaris sekaligus mematikan. Penemuan-penemuan baru dalam perhitungan matematika yang dianggap mengancam keberadaan ajaran Pythagoras harus dimusnahkan. Contohnya saja salah satu murid Pythagoras yang bernama Hippasus, yang telah menemukan perhitungan nilai √2 (nilai yang sebelumnya dianggap tidak ada), sistem numerik yang baru-bilangan irasional. Penemuan dianggap telah merusak kesederhanaan sitem matematika yang dicintai para pengikut Pythagoras karena Isinya mengandung benih yang dapat menghancurkan pandangan dunia dan kepercayaan mereka. Alih-alih menelaah lebih jauh penemuan Hippasus, para pengikutnya malah membunuhnya dan menutupi kebenaran perhitungannya. Keadaan ini akhirnya menimbulkan reaksi keras pada masyarakat Croton pada tahun 460 SM. Hingga terjadi pembunuhan kepada setidaknya 50 anggota Pythagoras di Croton. Mereka turut menghancurkan dan membakar banyak tempat pertemuan para penganut Pythagoras.
ADVERTISEMENT
Diluar masalah sekte agama ala ajaran Pythagoras, muncul dugaan bahwa sifat-sifat segitiga siku-siku yang mewakili perkembangan matematika tertua dalam sejarah manusia itu (selain aritmatika dasar dan geometri). Ternyata merupakan konsep teorema yang telah berkembang sekitar seribu tahun sebelum Pythagoras muncul dan berasal dari peradaban Babel ke Mesir. Terlebih lagi bukti paling sederhana datang dari Tiongkok jauh sebelum kelahiran Pythagoras. Akhirnya para ilmuwan matematika dan sarjana sepakat bahwa Pythagoras sebenarnya hanya memberikan teorema dalam bentuk definitif. Belum ada putusan resmi dari para ilmuwan tentang apakah dia yang mendefinisikannya teorema itu atau hanya menggambarkan teorema tersebut.
Terlepas dari sepotong sejarah kontroversial tentang dirinya, Pythagoras memang menjadi salah satu orang yang memperkenalkan matematika secara agresif ke Yunani Kuno. Ia diakui telah memberikan kontribusi penting dalam bidang studi matematika yang berkembang hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
sumber: theguardian.com | newyorker.com | ripleys.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org