Konten dari Pengguna

Replika Kapal Batavia, Rekonstruksi Sejarah Kelam VOC

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
16 September 2018 23:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto: Replika Kapal Batavia karya Willem Vos | commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Tanggal 4 Juni 1629, Kapal Batavia yang dimiliki oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) alias Dutch East-India Company menabrak karang di dekat Kepulauan Abrolhos, Australia Barat. Rusak parah dan akhirnya karam, kecelakaan itu turut menenggelamkan sekitar 40 orang (dari 332 awak kapal). Sementara sisanya berhasil berenang ke Pulau Beacon.
Meski banyak yang bertahan, peristiwa-peristiwa yang bergulir selanjutnya di Pulau Beacon bukanlah soal perjuangan hidup bersama, melainkan lebih tentang penghianatan, adu domba, dan pembunuhan antara sesama orang Belanda. Di antara mereka yang sempat selamat dari karamnya Kapal Batavia, adalah Francisco Pelsaert yang heroik, Ariaen Jacobsz yang akhirnya ditangkap ketika tiba di Batavia (sekarang Jakarta, Indonesia), serta si picik Jeronimus Cornelisz yang akhirnya dihukum mati.
ADVERTISEMENT
Dari sisi historis, sebetulnya hampir tak ada hikmah luhur budi pekerti yang dapat dipetik dari Kapal Batavia dan pelayaran perdananya yang gagal itu. Mengingatnya kembali, hanya mengegarkan memori tentang beberapa perempuan Belanda yang diperkosa berkali-kali oleh kompatriotnya atau ihwal jiwa psikopat awak kapal yang mulai membunuh demi kesenangan.
Namun, seburuk apapun kisah pelayarannya, secara arsitektur naval Kapal Batavia tetaplah karya mengagumkan. Alasan tersebut pula, yang menuntun master-shipbuilder Willem Vos untuk membuat replikanya, merekontruksi salah satu kapal paling terkenal dari zaman keemasan maritim Belanda.
Galangan Kapal VOC (Foto: Jakarta Walking Tour)
Sebagai orang yang menjunjung nilai seni sekaligus maksud komersilias, Vos pun menyadari bahwa jika dia berhasil membuat kembali Kapal Batavia dengan menggunakan bahan, alat, dan metode yang sama seperti abad ke-17. Orang-orang akan lebih bersedia membayar lebih mahal demi melihat karyanya.
ADVERTISEMENT
Jadi, selama 10 tahun itu, dimulai dari 1985, dia memakai kayu ek, rami, dan bahan-bahan lawas lainnya yang tidak sesuai dengan kebutuhan kapal modern. Seperti halnya sebuah karya historiografi, Vos juga melakukan penelitian ekstensif tentang Kapal Batavia dan mendapatkan panduan dari sumber-sumber sejarah. Sampai akhirnya proyek Vos tuntas; dipajang di Bataviawerf, Lelystad, Belanda pada 1995.
Hasil karya Vos tentunya tak sekadar tiruan tanpa kualitas. Seandainya itu dibuat ketika VOC masih beroperasi, mungkin akan digunakan lagi untuk ekspedisi selanjutnya. Terlepas dari buruknya sejarah Kapal Batavia, replika buah tangan Vos layak diapresiasi.
Sumber: batavialand | nationalgeographic