news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Rumitnya Penyerapan Karbon Hutan Tropis

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
26 Maret 2020 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: koleksi Hans Braxmeier di Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: koleksi Hans Braxmeier di Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Hutan tropis sejak dahulu telah memiliki peran penting dalam menyerap karbon yang ada di Bumi. Tanpa hutan, karbon akan memenuhi bumi dan menjadikan planet ini penuh dengan polusi. Peran tersebut tentunya sudah membantu Bumi sejak dalam mempertahankan atmosfernya dan udara bersih yang dapat kita rasakan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi terbaru, telah melihat seberapa banyak karbon yang dapat diserap oleh hutan. Para peneliti memperkirakan efisiensi penyerap karbon alami tersebut sebagai salah satu dari banyak faktor yang perlu dikalibrasi dengan hati-hati agar pemodelan perubahan iklim ilmiah menjadi berguna. Asumsi umumnya, semakin beragam vegetasi di hutan tropis, maka semakin banyak efisiensi karbon yang bisa diserap.
“Kami ingin mengetahui berapa banyak detail yang perlu kami ketahui untuk membuat asumsi yang valid dalam hal kekuatan penyerap karbon tropis. Dengan kata lain, berapa banyak karbon yang sebenarnya diasingkan oleh vegetasi tropis?” pertanyaan ahli ekologi, Florian Hodhansl, dari Institut Internasional Analisis Sistem Terapan (IIASA) di Austria.
Tim mempelajari berbagai spesies tumbuhan, termasuk berbagai pohon, palem, dan liana (tanaman merambat) dengan melihat jumlah karbon yang ditangkap oleh masing-masing tumbuhan dan perbedaan keseimbangan ekologis yang berperan di balik penyerapan karbon tersebut. Tim juga menggunakan pengukuran mereka sendiri dan data sebelumnya yang dicatat untuk wilayah Semenanjung Osa di Kosta Rika, dengan mempertimbangkan faktor biotik dan abiotik, serta dampaknya terhadap penyerapan karbon.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menemukan bahwa sebenarnya ada interaksi antara faktor biotik dan abiotik, termasuk sifat tanah, misalnya yang mempengaruhi penyimpanan karbon. Dalam kasus pohon palem misalnya, jika tanah memiliki ketersediaan fosfor yang rendah, maka pohon-pohon akan tumbuh lebih banyak dan cepat.
Foto: koleksi Free-Photos di pixabay.com
Ketersediaan sumber daya, seperti air dan nutrisi, juga berperan penting, dimana tim menemukan bahwa tekstur tanah dan kimia memiliki efek nyata pada komposisi tumbuhan, salah satu yang mempengaruhi di ekosistem ini. Selain itu, lokasi dengan sumber daya yang lebih sedikit mengandung tumbuhan yang kurang beragam dibandingkan dengan lokasi yang memiliki cukup air tanah dan pasokan nutrisi.
Apa yang ditunjukkan oleh tim peneliti ini adalah bahwa tidak ada perhitungan sederhana untuk menghitung tingkat penyimpanan karbon di kawasan hutan tropis dan tidak selalu demikian halnya, bahwa semakin banyak variasi kehidupan tumbuhan dapat menyebabkan semakin banyak karbon yang terperangkap. Studi ini menunjukkan bahwa model-model yang digunakan harus lebih rinci lagi. Model tersebut sangat penting untuk mengurangi dampak peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer, baik secara alami maupun buatan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, para peneliti mengatakan, bahwa mereka perlu menggabungkan data dari berbagai bidang botani, ekologi tanaman, dan geologi untuk mendapakan ide yang lebih akurat tentang bagaimana hutan tropis bertindak sebagai penyerap karbon, dan juga bagaimana hal tersebut mungkin saja memiliki efek langsung terhadap iklim.
Sumber berita : sciencealert.com | theguardian.com | phys.org
Sumber foto: commons.wikimedia.org