Konten dari Pengguna

Sampah Militer Seharga Jutaan Dolar di Espirito Santo

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
4 Oktober 2018 17:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sampah Militer Seharga Jutaan Dolar di Espirito Santo
zoom-in-whitePerbesar
Saat masa Perang Dunia Kedua, Amerika Serikat (AS) menggunakan Pulau Espirito Santo, Vanuatu, sebagai basis suplai dan dukungan utama militer. Mereka pula membangun markas besar untuk Angkatan Laut, serta menempatkan tentara-tentara untuk beroperasi di sana.
ADVERTISEMENT
Lokasi itu adalah pangkalan militer AS terbesar kedua di Pasifik--setelah Hawaii. Dilengkapi dengan berbagai pasokan kebutuhan yang memungkinkan pasukan dapat hidup layak selama masa perang.
Tetapi, setelah Perang Dunia Kedua berakhir, AS justru dihadapkan pada masalah tentang apa yang harus dilakukan terhadap semua perlengkapan militer di Pulau Espirito Santo. Sementara, untuk mengangkut kembali suplai akan menghabiskan biaya pengiriman sangat mahal, pasukan mereka jua mesti ditarik pulang selekasnya.
Satu-satunya solusi terbaik bagi AS ialah menjual sebanyak-banyaknya perlengkapan militer kepada Inggris dan Prancis (yang dahulu memegang kedaulatan bersama atas Pulau Espirito Santo). Sayang, Inggris dan Prancis malah menolaknya. Alih-alih mengeluarkan biaya, mereka justru berencana mendapatkannya secara gratis--setelah militer AS pulang.
Tak terima atas rencana busuk Inggris dan Prancis, AS kemudian menggertak dengan tindakan mengejutkan. Mereka membuang semua perlengkapan militer ke laut, disaksikan oleh penduduk lokal yang hanya dapat melihat barang-barang seharga jutaan dolar ditenggelamkan begitu saja.
ADVERTISEMENT
Ironis, memang, mengingat sampai sekarang pun Vanuatu masih termasuk negara yang tak memiliki kekayaan militer--juga tanpa tentara. Sedangkan di lautan dekat Pulau Espirito Santo itu, terdapat tank, truk, ambulans, buldoser, traktor, mobil jip, sisa-sisa senjata, serta benda-benda lain yang tentu dapat dimanfaatkan.
"Ni-Vanuatu (penduduk lokal) menyaksikan penghancuran kekayaan di pulau mereka yang tidak akan pernah terlihat lagi, setidaknya dalam hidup mereka, mereka berpikir bahwa orang Amerika sudah gila," tulis sejarawan Thurston Clarke dilansir Cabinet Magazine.
Sebab kekayaan rongsokan militernya, lokasi pembuangan di Pulau Espirito Santo itu kemudian dijuluki 'Million Dollar Point'.
Sumber: cabinetmagazine.org | santo.travel