Sejarah Munculnya Mitos Kucing Dapat Menyihir Manusia

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
14 Mei 2021 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kucing hitam yang kerap dikaitkan dengan ilmu sihir | Flickr/CAJC: in the PNW (CC)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kucing hitam yang kerap dikaitkan dengan ilmu sihir | Flickr/CAJC: in the PNW (CC)
ADVERTISEMENT
Kucing, salah satu hewan peliharaan paling populer di dunia, meskipunmemiliki sikap yang cenderung dingin dan masa bodoh, senantiasa menarik perhatian banyak orang. Dengan bulunya yang lebat, sifatnya yang manja, dan terkadang juga dapat diajak bermain bersama anak.
ADVERTISEMENT
Tetapi, di balik segala kegemasannya, hewan berkumis ini juga sering dikaitkan dengan okultisme. Secara objektif, kucing termasuk hewan yang cukup misterius dalam hal perilaku.
Untuk satu hal, kucing selalu waspada dan sangat aktif ketika kita tidur di malam hari, membuat mereka tampak lebih mungkin untuk mengadakan pertemuan tengah malam secara klandestin.
Mereka juga termasuk pemburu andal, cenderung bersembunyi di tempat-tempat aneh, dan sering melakukan gerakan tiba-tiba. Lebih sensitifnya lagi, kucing juga sering terlihat berkomunikasi dengan yang tak terlihat oleh mata kita, membuat mereka lebih peka dan menyadari sesuatu yang tidak disadari manusia.
Dalam sebuah buku yang berjudul Classical Cats, sejarawan Donald W. Engels berpendapat, dalam tradisi agama Mesir kuno, kucing menjadi salah satu hewan yang disucikan.
ADVERTISEMENT
Namun, sejak Kekaisaran Romawi masuk, hewan ini perlahan-lahan menjadi simbol ritual bagi bangsa Romawi. Tokoh-tokoh Nasrani ingin menyingkirkan dan menghilangkan kebiasaan ritual tersebut.
Siluet seekor kucing di temaram malam. Sumber: Pixabay/Bessi
Pada Abad Pertengahan, ketegangan antara kucing dan Katolik mulai meningkat. Pada tahun 1233, misalnya, Paus Gregorius IX mengimbau orang-orang akan bahaya sihir dan menuduh seekor kucing hitam yang diyakininya sebagai Iblis yang menyamar.
Tuduhan itu menjadikan prasangka anti-kucing dengan cepat menyebar di kalangan gereja. Banyak kucing yang dibakar dan dilempar dari menara lonceng. Praktik ini juga masih diabadikan dalam festival tahunan di Belgia (sekarang hanya boneka kucing yang dilempar).
Para sejarawan, termasuk Engels, juga ikut menyalahkan kehadiran kucing di seluruh benua, terutama Eropa, sebagai dalang mewabahnya Black Death. Wabah ini disebarkan populasi tikus yang meningkat dan membawa penyakit mematikan bagi manusia. Dalam pemikiran orang-orang pada masa itu, peningkatan populasi tikus disebabkan karena banyak kucing yang enggan memakan hewan pengerat tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian modern, saat Black Death terjadi, kucing-kucing dianggap "memang sengaja" untuk tidak memakan tikus. Insting mereka seakan tahu tikus-tikus wabah yang dapat masuk ke tubuh kucing. Wabah ini juga dapat dengan mudah menyebar dari kucing ke manusia melalui kutu.
Sihir mungkin masih sangat begitu kental pada abad awal dan pertengahan, namun pada masa modern kini, tampaknya banyak orang sudah tidak mempercayai dan memedulikan tentang kebenaran sihir.
Apalagi jika semuanya dilimpahkan kepada spesies kucing yang kini kita rawat di rumah. Sebagian besar dari kita akan lebih memperhatikan dan mengamati perilaku kucing kita dengan perasaan senang dan bahagia. [*]