Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Spirulina yang Penuh Manfaat, Bermula dari Suku Aztec
13 April 2021 4:50 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kita sudah tahu spirulina merupakan zat herbal yang kerap dimanfaatkan sebagai kosmetik ataupun penambah komposisi makanan. Namun, apakah kita tahu dari mana spirulina berasal dan bagaimana spirulina dimanfaatkan pada masa lampau?
ADVERTISEMENT
Di Meksiko, konon, spirulina sudah dimanfaatkan sebagai bahan pelengkap hidangan sehari-hari sejak dahulu kala. Sebut saja smoothie, tortilla dan tlayudas, semuanya menggunakan spirulina supaya sajian hidangan terasa lebih sedap. Spirulina dianggap berasal dari kekayaan alam murni Meksiko, sebelum penjajah Spanyol datang ke Amerika (era pra-Hispanik).
Pada masa pra-Hispanik, spirulina pun tumbuh di danau-danau Meksiko. Menyerupai ganggang berwarna biru-hijau, berkembang pula di perairan sungai di daerah tropis dan subtropis. Bangsa asli Meksiko (suku Aztec) disebutkan pula telah memanfaatkan ganggang ini sebagai makanan pokok.
Orang Aztec memanen ganggang yang kaya zat protein ini di permukaan Danau Texcoco. Danau tersebut dahulu merupakan kawasan air yang luas, di bagian Meksiko tengah, sebelum orang Spanyol mengeringkannya untuk membangun Kota Meksiko. Perairan Danau Texcoco memiliki keseimbangan sempurna antara salinitas dan alkalinitas, agar spirulina dapat berkembang dengan baik.
Dalam salah satu bahasa asli Meksiko (bahasa Nahuatl), mereka menyebut spirulina sebagai tecuilatl yang diterjemahkan sebagai "kotoran batu". Bukan nama yang indah, untuk mikroorganisme yang penuh manfaat.
ADVERTISEMENT
Manfaat spirulina bagi ketahanan tubuh sudah diketahui sejak lama oleh mereka. Dalam tradisi cerita lisan, pekerja kurir atau atlet pelari pada masa kuno akan memakan kue spirulina kering dengan jagung, tortilla, kacang-kacangan, atau cabai, agar mereka kuat dalam perjalanan jarak jauh.
Bahkan tanpa ilmu pengetahuan modern, orang Meksiko sudah terlebih dahulu dapat mengenali nutrisi yang membuat spirulina menjadi favorit pada saat ini. Kajian nutrisi modern menyatakan, spirulina mengandung sekitar 60-70 persen protein, menurut beratnya; dan memiliki asam amino esensial, banyak vitamin, dan mineral (terutama zat besi, mangan dan vitamin B).
Para penjajah Spanyol yang tiba abad ke-16 Masehi, awalnya menganggap spirulina yang dikonsumsi orang Aztec ini terlihat aneh. Bernal Díaz del Castillo menulis dalam memoarnya tahun 1568, tentang hidangan roti yang terbuat dari sejenis lumpur atau lendir yang dikumpulkan dari permukaan danau dan dimakan. Anehnya, bagi mereka, roti "menjijikan" ini memiliki rasa yang mirip dengan keju Spanyol.
ADVERTISEMENT
Biarawan Fransiskan, Bernardino de Sahagún, bahkan sampai sudi capai-capai mencatat pemaanfaatan spirulina dalam studi etnografinya pada abad ke-16 yang berjudul Florentine Codex.
Setelah invasi Spanyol, sebagian besar konsumsi spirulina menurun dengan mengeringnya danau-danau di Lembah Meksiko. Untung saja, tradisi dan pengetahuan lokal tentang konsumsinya tetap bertahan hingga kini. [*]