Konten dari Pengguna

Sejarah Vaksinasi, dari Edward Jenner sampai Anti-Vaxxers

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
12 November 2020 11:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Edward Jenner | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Edward Jenner | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika dunia saat ini sedang beradaptasi dengan tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19, para ilmuwan terus berusaha menemukan berbagai cara untuk membuat vaksin virus corona yang efektif. Tujuannya, agar dapat membantu mengembalikan laju kehidupan menjadi normal, selaik sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum periode sekarang, vaksinasi telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimulai dari penemuannya pada abad ke-18 oleh Edward Jenner, hingga pada masa kebangkitan sebuah gerakan anti-vaksinasi pada saat ini.
Pada zaman kuno, penyakit cacar masih kerap melanda dunia sebagai momok, sehingga memengaruhi semua peradaban dari semua lapisan masyarakat. Dengan tingkat kematian yang terus meningkat dan tidak adanya metode penyembuhan yang efektif, mereka yang selamat dibiarkan berjuang sendiri dengan bekas cacar di tubuhnya.
“Tidak ada pembunuhan (besar-besaran) dalam sejarah manusia yang menandingi apa yang telah terjadi di Amerika —dengan 90 hingga 95 persen populasi pribumi telah musnah selama lebih dari seabad,” ungkap Thomas Mockaitis, profesor sejarah di Universitas DePaul, tentang serangan wabah cacar terhadap pribumi Meskiko sebagai orang asli Amerika.
ADVERTISEMENT
Tidak berlebihan apa yang dikatakan oleh Mockaitis, faktanya, cacar jugalah yang "membantu" orang-orang Spanyol dalam menguasai wilayah Kerajaan Aztec.
Setelah mendarat pada Februari 1519, Hernan Cortes hanya perlu waktu dua tahun untuk menjajah Aztec di pedalaman Meksiko. Persenjataan dan taktik perang Spanyol memang berperan dalam penaklukan, tetapi sebagian besar kehancurannya justru disebabkan oleh cacar.
Jika bukan karena bantuan wabah, bagaimana bisa 500 prajurit Cortes menghancurkan kerajaan yang berpopulasi sekitar 16 juta orang dan luas sekitar 128.747.000 hektare?
Secara keseluruhan, menurut National Center for Biotechnology Information (NCBI), total kematian akibat cacar di Meksiko ialah sekitar 8 juta jiwa (dari total populasi 22 juta manusia) yang berlangsung selama satu tahun saja (1545-1550). Sementara Mockaitis yakin: "Meksiko menyusut dari 11 juta orang sebelum penaklukan menjadi satu juta," dalam rentang waktu abad ke-16 hingga abad ke-19.
ADVERTISEMENT
Butuh waktu cukup lama sampai manusia dapat melawan cacar dengan terobosan medis, sampai kemudian Jenner mampu membuat vaksinnya pada abad ke-18.
Pada masa itu, Jenner yang masih bersekolah, berusaha untuk melakukan berbagai metode untuk melawan penyakit cacar. Berbekal praktik medisnya di Berkeley, Inggris; dan dibantu oleh mentornya, John Hunter, ia pun memulai penelitiannya.
Pertama kali ia memperhatikan seorang pemerah susu yang menderita cacar sapi. Jenner melihat bahwa penderita cacar sapi tampaknya cukup kebal terhadap cacar biasa. Jadi, pada 14 Mei 1796, ia pun mengujinya: dengan mengambil nanah dari luka pasien penderita cacar sapi; dan memindahkannya ke seorang anak berusia delapan tahun yang menderita cacar biasa.
Anak tersebut (yang menderita cacar biasa) awalnya jatuh sakit selama sembilan hari, namun kemudian ia sembuh total. Jenner lantas mengambil langkah berisiko untuk membuat vaksinnya sendiri, yang dinamakan vacca (bahasa latin untuk sapi).
ADVERTISEMENT
Vaksin Jenner dengan cepat menyebar di Inggris. Ia mendapat pengakuan dari seluruh negeri, karena berhasil menyembuhkan penyakit cacar yang menakutkan itu. Vaksin untuk cacar terus-menerus dikembangkan setelahnya; dan penyakit ini dinyatakan telah benar-benar musnah pada tahun 1980, berdasarkan pernyataan resmi dari WHO.
Vaksin cacar | Wikimedia Commons
Akan tetapi, walau vaksinasi telah menjadi hal yang lumrah, beberapa tahun terakhir muncul sebuah gerakan anti-vaksinasi (Anti-Vaxxers). Mereka semakin vokal dalam menentang prosedur medis, terutama dalam penelitian vaksin yang sering dirahasiakan. Saat para ahli medis menggembar-gemborkan vaksin sebagai solusi pandemi global, para anti-vaxxers ini senantiasa meragukan perihal keamanan dan efektivitas vaksin.
Menurut Professor Mary Fissell, dari Universitas John Hopkins, skeptisisme terhadap vaksin sebenarnya bukanlah fenomena modern. Pada masa lampau pun, kelompok penentang vaksin telah menunjukkan eksistensinya, bahkan tak lama setelah Jenner sukses menyelamatkan banyak nyawa.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, masih cukup banyak yang memperdebatkan vaksinasi. Antara yang mendukung dan menentang, kita selalu terbagi dua. Mungkin terbagi tiga, karena ada juga yang tidak peduli sama sekali. Sejauh virus biang penyakit terus berevolusi; dan selama metode medis terus dikembangkan, kemungkinan pro dan kontra terhadap vaksin akan selalu ada.
Rujukan: