Konten dari Pengguna

Solarium Berputar untuk Berobat Menggunakan Sinar Matahari

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
11 Agustus 2019 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Solarium karya Dr. Jean Saidman
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Solarium karya Dr. Jean Saidman
ADVERTISEMENT
Semua tentu tahu sinar matahari begitu penting bagi manusia. Pentingnya manfaat sinar matahari utamanya diketahui sejak dikuaknya fakta pada akhir abad ke-19 bahwa sinar matahari membantu terbentuknya vitamin D yang berfungsi untuk mencegah penyakit rakhitis.
ADVERTISEMENT
Setelah fakta tersebut terkuak, terapi dengan cara menempatkan pasien di hadapan paparan sinar matahari atau yang juga disebut helioterapi menjadi semakin populer sebagai metode penanganan berbagai penyakit seperti masalah kulit, kanker, tuberkulosis, dan yang lainnya. Selain berdampak positif bagi manusia secara fisik, siraman sinar matahari juga punya efek bagus untuk menyehatkan mental.
Seorang ilmuwan yang berkecimpung di bidang aktinologi, Dr. Jean Saidman, kemudian terdorong untuk mencari teknik terapi sinar matahari yang paling bagus. Aktinologi adalah cabang ilmu yang mempelajari efek kimia dari sinar berkekuatan tinggi.
Saidman yang lahir di Rumania dan hijrah ke Prancis hingga mengelola Instut Aktinologi di Paris membuat sebuah solarium yang bisa berputar pada tahun 1929. Tidak butuh waktu lama hingga desainnya terwujud karena pada 1930 solarium berputar pertama dibangun oleh arsitek Andre Farde di Pegunungan Savoy, Prancis.
ADVERTISEMENT
Bangunan solarium berputar itu di bagian dasarnya memiliki ruang tunggu dan ruang pemeriksaan serta menara pendek berbentuk kerucut. Di atas menara terdapat semacam sayap bisa berputar mengikuti pergerakan matahari. Di kedua sisi sayap itulah pasien ditempatkan selama proses perawatan. Sayap bergerak ini memiliki panjang 25 meter, lebar meter, dan berat 80 ton.
Di tempat perawatan pasien tersedia kamar yang dilengkapi tempat tidur yang kemiringannya bisa diatur untuk menjaga agar posisi pasien tetap tegak lurus terhadap arah sinat matahari. Selain itu, terdapat alat dari layar nikel oksida untuk mencegah masuknya gelombang cahaya tertentu serta lensa yang berfungsi mengarahkan sinar ke bagian tubuh tertentu.
Pasien dengan berbagai penyakit datang berbondong-bondong untuk berobat di solarium berputar milik Saidman. Biasanya pasien yang datang mengidap penyakit rematik, dermatitis, TBC, rakhitis, dan kanker. Demi menjangkau lebih banyak pasien, pada 1934, Saidman membangun dua solarium lagi di Alpes-Maritimes, Prancis, dan Jamnagar, India.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kini tidak semua solarium berputar peninggalan Saidman bisa dikunjungi. Hanya solarium di India yang masih berdiri hingga saat ini meski sudah tidak digunakan. Sementara itu, dua lainnya hancur akibat Perang Dunia Kedua.
Sumber: urban-resources.net | amusingplanet.com