Konten dari Pengguna

Spesies Baru Cacing Kapal Ditemukan di Filipina

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
17 Juli 2019 16:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: youtube.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: youtube.com
ADVERTISEMENT
Cacing kapal menjadi momok menakutkan bagi pelaut di Samudera Pasifik, Atlantik, dan perairan Eropa. Hewan laut dari filum molusca itu memakan kayu dan menjadikannya sarang, jadi para pelaut yang mempunyai kapal berbahan kayu akan mendapati kapalnya berlubang bila terpapar cacing tersebut. Penjelajah termashyur, Christopher Colombus, bisa menjadi contohnya, ia pernah mengalami insiden kapal berlubang gara-gara cacing tersebut ketika kapalnya singgah di pantai Jamaika.
ADVERTISEMENT
Nah, bila cacing kapal menggerogoti kayu, cacing kapal emas berbeda lagi. Cacing kapal emas yang bernama latin lithoredo abatanica (dan dianggap spesies cacing kapal baru) memakan bebatuan dan mengeluarkan ampas berupa pasir.
Cacing kapal yang memiliki ciri-ciri warna emas di tiap ujung tubuhnya tersebut ditemukan di pinggir sungai Abatan yang berada di negara Asia Tenggara, Filipina. Dinamai 'antingaw' oleh masyarakat setempat, para peneliti tertarik mencari si cacing kapal emas setelah mendengar sumber pakan dan proses pencernaannya yang tak biasa.
"Memecahkan batu dan melihat cacing gemuk kecil ini keluar benar-benar sangat keren," takjub Reuben Shipway, peneliti dari Northeastern University. "Kami tahu kami baru saja bertemu dengan cacing kapal emas."
"Kebanyakan cacing kapal bentuknya panjang, ramping, dan mirip dengan cacing seperti biasanya, kadang juga sebesar jari kelingking jika membicarakan seberapa padat tubuhnya, jadi yang satu ini benar-benar berbeda," lanjut Shipway. "Binatang ini bentuknya gemuk, agak kasar. Mereka sungguh berbeda. Di mana mereka bisa mendapatkan nutrisi kami masih belum tahu."
ADVERTISEMENT
Cacing kapal laut yang ditemukan di Filipina menjadi salah satu panganan lokal. Cara penyajiannya cacing terlebih dulu disayat di bagian tengahnya dan dikeluarkan isi perutnya kemudian dicuci hingga bersih dari pasir. Biasanya cacing tersebut dikonsumsi para ibu yang baru melahirkan karena diyakini bisa meningkatkan produksi asi.
"Nikmat dimakan mentah-mentah dengan dicelupkan di saus yang disebut kinilaw (campuran cuka, bawang, jahe dan sedikit garam)," ungkap Warlita Manug Armildez, warga pulau Bohol, Filipina. "Badannya licin tetapi mempunyai tekstur renyah, namun ketika diberikan cuka dalam waktu lama teksturnya akan menjadi lembut. Rasanya amis layaknya makanan laut, sedikit mirip teripang sebelum dicelupkan ke dalam saus."
Sumber: ptinews.net | iflscience.net | nytimes.com