Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Tentang Jasad Jeremy Bentham yang Ikut Rapat
29 Agustus 2018 18:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setidaknya telah tiga kali mayat filsuf itu mengikuti rapat di University College London.
![Tentang Jasad Jeremy Bentham yang Ikut Rapat](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1535542589/a-legmokasabb-elethu-hulla-4_mxoxjt.jpg)
Foto: Jeremy Bentham memakai topi | University College London
ADVERTISEMENT
Sebelum kematiannya pada 1832, Jeremy Bentham menulis surat wasiat agar jasadnya jangan dikubur setelah wafat. Dia pula berpesan kepada dokter keluarga untuk menguliti tubuhnya dan melestarikan kerangkanya; dia ingin supaya kerangkanya terbungkus dalam pakaian hitam dan duduk di kursi favoritnya.
Keinginanannya dikabulkan, kerangkanya kemudian dibalut manekin dan jerami. Berbaju hitam, mengenakan topi, dan memegang tongkat yang sering dia pakai semasa hidup.
Tetapi, bukan itu saja yang dia minta. Kepada University College London, Bentham berpesan agar kepalanya diawetkan dengan mumifikasi ala penduduk Selandia Baru. Sayangnya, terjadi kesalahan metode mumifikasi sehingga wajahnya malah mengerut dan menakutkan.
Alhasil, kepala aslinya disimpan terpisah--sementara kepala palsu yang terbuat dari lilin diukir agar sangat mirip dengan wajah Bentham lalu disatukan dengan kerangka.
![Jeremy Bentham (Foto: flickr)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1535546606/svwxwnmn02f3wwm5mpxh.jpg)
Masih belum cukup, satu lagi wasiat konyol Bentham: dia ingin supaya kerangkanya yang didandani itu diikutsertakan dalam pertemuan dewan University College London. Ternyata, ini juga dikabulkan, terhitung telah tiga kali dia hadir dalam acara University College London (pada 1926, 1976, dan 2013).
ADVERTISEMENT
Alasan mengapa wasiat Bentham dituruti tidak terlepas dari perannya sebagai salah satu anggota pendiri University College London. Dia juga seorang filsuf yang disegani pada abad ke-18, seorang reformis sosial yang berpemikiran maju.
Dia adalah salah satu pendukung hak asai manusia paling awal di Inggris yang menyerukan penghapusan perbudakan dan hukuman mati, serta berbicara tentang persamaan hak untuk perempuan.
Sedangkan alasan mengapa Bentham enggan dikubur, tak lain karena dia enggan memberikan uang pengurusan makam kepada Gereja. Pada masa dia hidup, Gereja Inggris bersikap mengekang aspek kehidupan warga, berpikiran kolot, dan cenderung picik. Sebab itulah, sebagai orang yang menyerukan pemisahan aturan Gereja dan negara, dia lebih rela jasadnya digunakan untuk keperluan sains.
ADVERTISEMENT
Sumber: University College London | CBC | The Telegraph