Ternyata DNA Tikus Mampu Berubah Mengikuti Kehidupan Manusia Modern

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
12 Maret 2020 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Tikus Peliharaan
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Tikus Peliharaan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa tikus mampu beradaptasi mengikuti perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia modern. Hewan pengerat ini bahkan turut menyesuaikan pola makannya dengan kota tempat mereka tinggal.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini pertama kali dipublikasikan dalam bioRxiv, yang melibatkan genom 29 tikus dari New York untuk dibandingkan dengan 9 tikus coklat dari provinsi Heilongjiang, Cina Timur Laut yang merupakan rumah asli bagi Rattus norvegicus. Hasilnya menunjukkan lusinan gen tikus telah melalui perubahan DNA besar selama berabad-abad, ketika tikus mulai menyebar dari Asia ke Eropa dan Amerika, dan dari pedesaaan ke kota. Gen yang berubah dikaitkan dengan pola makan, perilaku, dan gerakan, yang menambahkan tekanan dan tantangan bagi tikus untuk diatasi, seperti peningkatan bahaya penyakit.
"Ini bisa mencerminkan fakta bahwa tikus-tikus kota harus bergerak melalui lingkungan buatan yang sangat berbeda dari habitat alami. Jadi Anda bisa berpendapat perubahan gen ini mungkin telah berevolusi untuk membantu mereka bergerak lebih mudah melalui selokan dan pipa," Kata Arbel Harpak, seorang ahli genetika populasi di New York's Columbia University yang juga turut dalam penelitian tentang DNA Tikus yang dikutip The Guardian.
Foto: Tikus dan Manusia
Karena tikus sangat terikat dengan manusia yang hidup di kota, para ilmuwan percaya bahwa ada kemungkinan pergeseran serupa terjadi pada kedua spesies. Perubahan DNA ini juga berdampak pada masalah kesehatan yang sama seperti manusia, yaitu polutan dan makanan manis. Harpak berpendapat, "Kami tahu tikus telah berubah dengan cara yang luar biasa dalam perilaku dan makanan mereka, sama seperti komunitas manusia telah berubah. Di New York, kamu bisa melihat mereka makan bagel dan bir; di Paris, mereka suka croissant dan mentega. Mereka beradaptasi dengan cara yang luar biasa."
ADVERTISEMENT
Penelitian tentang tikus memang sangat menarik para ilmuwan, pada November 2019 lalu pernah ada penelitian tentang tikus yang mencoba mengajarkan hewan ini mengemudi robot mobil. Hanya untuk memahami tentang pola perilaku tikus yang dapat memberi manfaat pada bidang perkembangan saraf dan penyakit neurodegeneratif, seperti ADHD dan Alzheimer.
Lalu pada Oktober 2019, para ilmuwan juga menggunakan tikus untuk menguji suatu enzim yang dapat membantu orang berhenti merokok. Kala itu penelitian menggunakan dua kelompok tikus, satu kelompok dilatih untuk mengatur sendiri nikotin, dan lebih dari dua minggu asupan nikotin mereka meningkat (kecanduan). Kemudian satu kelompok lagi diberi enzim yang menyebabkan asupan nikotin menurun. Para ilmuwan mengklaim, penemuan itu dapat dikembangkan untuk digunakan kepada manusia di masa depan.
ADVERTISEMENT
Sumber: thesun.co.uk | theguardian.com | newsweek.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org