The Great Wave off Kanagawa, Lukisan Pertama yang Viral di Dunia

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
14 November 2020 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
The Great Wave off Kanagawa | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
The Great Wave off Kanagawa | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
The Great Wave off Kanagawa telah menjadi sebuah lambang utama dari seni Jepang. Ini juga karya seni yang paling banyak dibuat ulang hingga saat ini. Kita bisa melihatnya di banyak tempat, seperti di kafe, restoran, hotel, dan banyak tempat umum lainnya. Bahkan, lukisan ini pun bisa disebut sebagai yang pertama viral di dunia.
ADVERTISEMENT
Lukisan tersebut dibuat oleh Katsushika Hokusai pada awal tahun 1830-an. Sebenarnya, lukisan itu termasuk bagian dari seri besar yang dibuat oleh Hokusai, yaitu Thirty Six Images of Mount Fuji, yang berisikan sebanyak 46 gambar. Adapun The Great Wave off Kanagawa hanyalah salah satu bagian gambarnya.
The Great Wave off Kanagawa dibuat untuk menunjukkan betapa kecilnya umat manusia di dalam alam ini. Terlihat sangat sederhana, namun sangat kompleks dari segi geometris. Itulah pesan yang ingin disampaikan oleh Hokusai terhadap karya seninya.
Selain itu, hal yang membuat lukisan ini menjadi sangat populer pada masa lampau adalah karena menggunakan warna baru, yaitu biru prusia. Sebelumnya, belum pernah ada seniman Jepang yang menggunakan warna ini. Kebanyakan dari mereka hanya berkutat pada warna nila atau warna bunga dayflower yang agak biru. Hanya Hokusai yang mampu menggunakan warna baru dalam lukisannya.
Lukisan lainnya karya Katsushika Hokusai | Wikimedia Commons
Hokusai pernah bercita-cita agar dapat hidup lebih dari seratus tahun. Ia ingin dapat terus membuat karya seni yang didambakan. Banyak hal yang telah ia lakukan, mulai dari membuat manga yang berisi 60 halaman saat berusia 50 tahun. Kemudian, ia membuat The Great Wave off Kanagawa pada usianya yang ke-70 tahun. Sayang, cita-citanya tak tercapai seutuhnya; dan ia wafat pada usia 88 tahun.
ADVERTISEMENT
Selama satu dekade terakhir sebelum ia meninggal dunia, Hokusai memusatkan perhatiannya pada hal-hal aneh dan imajiner. Ia sering menggambar binatang atau tokoh mitos dari legenda Tiongkok dan melukisnya di atas sutra. Melukis di atas sutra berarti ia tidak bisa memperbaiki apabila ada kesalahan. Hebatnya, Hokusai mampu menyelesaikan banyak lukisan dalam sekali praktik, tanpa menemui kesalahan sedikit pun.
Hokusai meninggal dengan meninggalkan banyak karya seni yang hingga kini pun masih banyak dipajang (di banyak museum atau rumah seni di Jepang). Ia telah mendedikasikan sisa hidupnya untuk terus berinovasi dan mewarnai seni yang tidak akan pernah mati.
Rujukan:
ADVERTISEMENT