Tragedi Kapal Ikan Lucky Dragon, Inspirasi Film Godzilla

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
13 Agustus 2019 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Sebuah kapal ikan asal Jepang pada tahun 1950-an secara tak langsung menjadi saksi ledakan uji coba nuklir. Beberapa awaknya bernasib tragis karena paparan ledakan tersebut. Akan tetapi, negeri matahari terbit mencoba mengambil hikmah dari musibah itu dengan membuat film fiksi ilmiah mengenai monster yang bernama Godzilla.
ADVERTISEMENT
Nama kapal ikan tersebut Daigo Fukuryu Maru yang berarti Naga Beruntung Kelima (Lucky Dragon 5) dibangun pada 1947 di prefektur Wakayama untuk memancing ikan bonito. Tetapi kemudian bentuk desain kapal dirombak agar kuat memaning ikan tuna.
Pada masa itu, kapal kayu diizinkan menelusuri perairan yang dalam, dan Lucky Dragon 5 sudah berpetualang lima kali perjalanan laut di mana yang terakhir dimulai pada 22 Januari 1954. Pagi itu, Lucky Dragon meninggalkan pelabuhan asalnya Yaizu, Prefektur Shizuoka, dan dikapteni oleh Hisakichi Tsutsui, pria berusia 22 tahun yang masih muda dan belum berpengalaman. Kapalnya berukuran kecil dan mempunyai tenaga pendorong yang kurang kuat karena hanya mampu menghasilkan kecepatan 9,3 km per jam saja. Perahu kecil itu juga dibebani dengan awak kapal yang isinya sampai 23 orang.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 9 Februari, beberapa awak kapal sedang memancing di selatan Pulau Midway ketika jaring pukat mereka terjerat dalam terumbu karang yang mengharuskan mereka untuk memotong tali utama sambungannya. Setelah kehilangan sebagian besar jala mereka ke laut, kapten kapal membuat keputusan untuk menuju ke selatan demi mencoba peruntungan mereka di sekitar Kepulauan Marshall yang dinilai banyak ikannya.
Hampir 18 bulan sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS telah memberi tahu Badan Keamanan Maritim Jepang untuk menjauhi Atol Enewetak - atol karang besar di lepas Samudera Pasifik - karena rencana uji coba nuklir. Setahun kemudian, dan lima bulan sebelum tes, AS mengeluarkan pemberitahuan lain di mana mereka mengumumkan bahwa zona bahaya telah diperluas ke arah timur dengan memasukkan air di sekitar Atol Bikini. Tidak ada seorang pun di atas kapal Lucky Dragon yang menyadari zona eksklusi yang diperluas. Kapten Hisakichi berpikir selama mereka menjauh dari Enewetak krunya selamat.
ADVERTISEMENT
Alih-alih "lucky (beruntung)", kru Lucky Dragon justru bernasib nahas pada 1 Maret 1954 pukul 6.45 pagi. Sebelum bergegas kembali ke Yaizu, para kru baru turun dari ranjangnya. Pada saat itu di sebelah langit bagian barat terdapat kilatan bola api yang menyala yang membentang sejauh 7 kilometer, ledakan merupakan dampak dari uji coba bom hidrogen yang bernama Castle Bravo. Castle Bravo adalah bom hidrogen pertama AS dan perangkat nuklir paling kuat yang diledakkan. Daya ledaknya terlalu kuat, sang kreator Castle Bravo dinilai telah keliru menghitung besaran dampak ledakannya. Ledakan yang seharunya sekitar 6 megaton justru meletus di atas pulau itu dengan kekuatan TNT sebesar 15 megaton, atau seribu kali lebih kuat daripada bom atom yang diluncurkan ke kota Hiroshima sembilan tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kru Lucky Dragon langsung segera ke geladak kapal untuk menyaksikan dengan takjub langit yang bercahaya akibat ledakan tersebut. Beberapa menit kemudian, ledakan demi ledakan dengan perlahan mengguncang perahu mereka. Padahal, posisi Lucky Dragon sedang jauh yakni sekitar 130 kilometer jauhnya dari pusat goncangan ledakan dan bisa dibilang aman dari efek langsung ledakan, tetapi efek goncangannya tentu akan terasa oleh mereka.
Lima jam kemudian awan radioaktif menyebar ke atmosfer dan mulai membentuk debu yang menghujani area tersebut. Shi no hai atau debu kematian, itulah sebutan dari para kru kapal Lucky Dragon. Partikel debu berwarna putih itu masuk ke mata, hidung, telinga, dan mulut dari para awak kapal. Satu pemancing ikan, Matashichi Oishi bahkan dengan sengaja menjilat debu itu yang menurutnya tidak ada rasanya.
ADVERTISEMENT
Perlahan, kru kapal mulai mengalami gejala keracunan seperti kulit yang terasa dibakar, muntah-muntah, mual hingga mengeluarkan darah dari gusinya. Kondisi mereka semakin parah pada perjalanan rumah yang menempuh waktu dua pekan. Sesampainya di Yaizu, mereka langsung dilarikan ke rumah sakit dan dikarantina. Segala benda yang terpapar radiasi - termasuk ikan tuna hasil tangkapan - langsung dikubur yang berwenang.
Enam bulan pasca kejadian, Castle Bravo, diklaim oleh operator radio kapal Aikichi Kuboyama menjadi penyebab krunya terpapar radiasi bom tersebut. Aikichi Kuboyama wafat di usia 40 tahun pada 23 September 1954. Ia menjadi orang Jepang pertama yang menjadi korban dari ledakan bom atom. Sebelum meninggal, Kuboyama berpesan: "Saya berdoa semoga saya yang menjadi korban terakhir bom hidrogen."
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, AS sebagai pihak yang meluncurkan bom hidrogen itu menanggapi kontaminasi pada kapal Lucky Dragon itu dengan sepele. Tetapi kemudian, AS berupaya membayar kompensasi untuk janda Kuboyama dengan santunan sebesar 2.800 dollar (26.100 dollar atau setara Rp 370 juta pada 2019). Tragedi kapal Lucky Dragon memunculkan gerakan anti-nuklir dari Jepang. Menurut mereka ledakan tersebut akan merusak ekosistem bawah laut yang akan ditakutkan ikan yang masuk ke pasar sudah terkontaminasi radiasi bom hidrogen.
Ada hikmah di balik peristiwa, begitulah yang dirasakan sutradara film Ishiro Honda tiga bulan pasca kejadian tersebut. Kejadian tragis itu membuatnya terinspirasi membuat film mengenai monster Godzilla (atau Gojira dalam versi Jepang) yang muncul akibat radiasi senjata nuklir. Honda menggambarkan lewat karyanya nyaris mirip dengan kisah kru kapal Lucky Dragon. Sebelum Godzilla muncul, sekumpulan nelayan sedang santai dan tiba-tiba dikagetkan dengan ledakan besar yang mengguncang kapal.
ADVERTISEMENT
Kapal Lucky Dragon yang minim kerusakan beberapa kali dimunculkan di film produksi Toho Film tersebut. Bahkan kapal itu muncul di poster film Godzilla pada 2001, yakni 'Godzilla, Mothra, and King Ghidorah: Giant Monsters All-Out Attack'.
Lucky Dragon setidaknya lebih beruntung dibandingkan nakama-nya pada saat ini. Pada 1967 ia dipensiunkan dan dibeli oleh pemerintah kota Tokyo. Setelah diperbaharui, pada 1967 sebuah ruang pameran di Taman Yumenoshima, Tokyo, dibuka untuk publik. Di dalamnya terdapat kapal Lucky Dragon beserta alat-alat peninggalan dari awak kapal yang berlayar mulai dari kompas, radio, sampai catatan harian.
Sumber: thoughtco.com |birthmoviesdeath.com