Tumpukan Tulang Manusia di Havana

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
14 Juni 2018 7:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulang-tulang yang dibuang seenaknya itu adalah sisa dari mereka yang tidak sanggup membayar sewa. Sejak dibuka pada tahun 1876, lebih dari satu juta orang telah dimakamkan di sini. Pemakaman Colon, telah terkenal sejak lama sebagai kuburan yang rumit karena kepadatannya.
ADVERTISEMENT
Dahulu, sebelum Espada dan Colon dibuka, Havana tidak memiliki tanah pemakaman formal. Sementara populasi terus bertambah, lahan gereja yang dapat digunakan untuk kuburan justru masih sangat langka.
Klimaks kematian penduduk tiba pada tahun 1800-an, ketika epidemi kolera terjadi di Asia, Eropa, Amerika, termasuk Kuba. Memasuki tahun 1870-an, penduduk Havana menyadari bahwa mereka teramat membutuhkan tempat pemakaman umum yang lebih besar dari Espada.
Sebagai pemakaman formal pertama di Havana, Espada kemudian ditutup sebab tak sanggup memuat lebih banyak jasad lagi. Lalu, dibukalah Colon yang kabarnya mematok harga sewa 10 dolar Amerika Serikat (AS) kala itu.
Harga yang mahal dengan aturan tanpa kompromi, untuk sewa tanah kuburan selama lima tahun. Jadi, ketika keluarga tidak sanggup lagi memperpanjang periode sewa, kerabat yang sudah tinggal tulang itu dikeluarkan dan dilemparkan oleh pengelola makam ke salah satu sudut di Colon.
ADVERTISEMENT
Kian lama tumpukan tulang terus bertambah; hingga akhirnya Colon ditutup oleh komandan militer AS Jenderal Brook yang berada di Kuba selama perang Spanyol-Amerika.