Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Desa di Persimpangan Jalan
14 November 2023 7:46 WIB
Tulisan dari Imam Sahroni Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di suatu sudut pedesaan yang tersembunyi dari hiruk-pikuk modernitas, sebuah perjuangan menarik terjadi. Saat fajar menyingsing, aroma harum tanah basah bergabung dengan nyanyian burung-burung yang merdu, menciptakan suasana yang begitu tenang di Desa Banyukapah Kecamatan Kedungdung Kabupaten Sampang. Namun, di balik keindahan alam ini, sebuah perang diam-diam bergulir di antara generasi, mempertanyakan apakah tradisi bisa tetap bertahan di tengah lonjakan teknologi yang semakin mendominasi. Di tengah cahaya lampu LED yang bersaing dengan gemerlap bintang, terjadi perbenturan antara akar sejarah dan pohon kemajuan yang tak terelakkan. Ini adalah kisah tentang Desa Banyukapah, tempat di mana jejak tradisi dan jejak digital saling berhadapan, menciptakan perpaduan yang tak terduga.
Salah satu tokoh yang sangat menentang pengaruh teknologi modern di desa adalah Siti, seorang ibu rumah tangga berusia 45 tahun. Dia merasa khawatir dengan perubahan yang sedang terjadi di Desa Banyukapah.
ADVERTISEMENT
“Kami telah hidup selama ini dengan nilai-nilai tradisi yang telah dianut oleh leluhur kami”, ujarnya dengan suara penuh emosi saat kami duduk bersamanya di bawah pohon beringin tua. “Sekarang, dengan semua gadget ini, anak-anak muda kita lupa bagaimana cara berinteraksi dengan alam dan menjalani kehidupan desa yang sebenarnya”
Konflik antara tradisi dan modernitas menjadi lebih jelas ketika pada Tahun 2016 Imam Sahroni Darmawan, Pendamping Lokal Desa Banyukapah datang dengan banyak ide-ide modern, berbicara dalam pertemuan komunitas. Dia berbicara tentang pentingnya mengadopsi teknologi pertanian terbaru untuk meningkatkan hasil panen dan meningkatkan kehidupan di desa. Pandangannya bertentangan dengan pandangan Siti, dan ini menciptakan ketegangan yang bisa dirasakan dalam balai desa
Namun, konflik ini juga telah menciptakan dampak yang lebih dalam. Beberapa penduduk muda mulai merasa dihadapkan pada dilema antara tradisi dan aspirasi pribadi mereka. Mereka merasa terjebak antara memenuhi harapan keluarga mereka untuk menjaga tradisi dan dorongan untuk mengejar kesuksesan dalam era modern. Ini telah menimbulkan perasaan bingung dan kebingungan psikologis di kalangan mereka.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, ada penduduk desa seperti Pak Budi, seorang petani setempat. Dia baru-baru ini mengikuti pelatihan teknologi pertanian modern dan telah berhasil menggabungkan pengetahuan tradisionalnya tentang pertanian dengan teknologi baru.
Menurutnya, “Teknologi pertanian baru membantu saya meningkatkan hasil panen. Namun, saya tetap menggunakan cara tradisional dalam beberapa aspek, seperti pemilihan benih.
Kombinasi keduanya membuat hasil saya lebih optimal”.
Desa Banyukapah memang bukan desa sembarangan. Terletak di lembah yang subur, desa ini dikelilingi oleh hamparan sawah hijau yang membentang seluas mata memandang dan hutan rimbun yang menjadi saksi bisu perkembangan zaman. Generasi demi generasi, penduduknya tumbuh dan berkembang bersama alam, menjadikan tradisi sebagai pedoman hidup dan alam sebagai sahabat sejati.
Dekapan angin sejuk pagi yang menghembus lembut seringkali diiringi dengan irama gending-gending tradisional. Tepat di pusat desa, ada sebuah balai yang menjadi pusat kegiatan masyarakat
ADVERTISEMENT
Di sini, para lansia berkumpul bercerita tentang legenda desa, sementara anak-anak muda belajar menari dan memainkan gamelan. Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun, menjadi jantung kehidupan sosial mereka.
Namun, angin perubahan mulai bertiup beberapa tahun terakhir. Di pinggiran desa, menara telekomunikasi menjulang tinggi, memberikan sinyal kuat bagi perangkat-perangkat modern. Sekolah-sekolah baru dibangun, dilengkapi dengan perpustakaan digital dan laboratorium komputer. Banyak anak muda Desa Banyukapah yang kini melanjutkan studi ke kota-kota besar, membawa pulang ilmu dan teknologi.
Ibu Kartini, dengan sorot mata yang mendalam, mengenang masa kecilnya. "Dulu, kami bermain petak umpet di sawah dan berenang di sungai. Kini, anak cucuku lebih suka bermain video game dan belajar online," katanya dengan nada lirih. Namun, dibalik nada rindunya, ada kebanggaan. Kebanggaan melihat desanya mampu beradaptasi, menjaga tradisi sambil merangkul kemajuan.
ADVERTISEMENT
Meskipun kemajuan teknologi telah mempengaruhi cara hidup masyarakat Desa Banyukapah , mereka tetap menjaga nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para leluhur mereka. Setiap 4 bulan, komunitas muda desa mengadakan kelas menganyam daun pohon lontar , menggabungkan pengetahuan modern dengan keterampilan tradisional.
Pada suatu hari yang cerah, sebuah acara digelar di balai desa. Layar proyektor dipasang, menampilkan gambar-gambar lama Desa Banyukapah . Di sisi lain, terdapat stan yang menampilkan inovasi-inovasi teknologi pertanian. Ini adalah simbol persatuan antara masa lalu dan masa depan, antara tradisi dan inovasi.
Desa Banyukapah telah menunjukkan bahwa tradisi dan kemajuan bukanlah dua hal yang berlawanan. Keduanya bisa berjalan beriringan, saling melengkapi. Di persimpangan jalan ini, Desa Banyukapah memilih untuk maju tanpa melupakan akarnya. Sebuah pelajaran berharga bagi kita semua.
ADVERTISEMENT
Fakta dan Data:
1. Demografi Desa Banyukapah 2021 :
● Populasi: 3,344 jiwa.
● Rumah tangga : 1.273
● Rumah tangga pertanian: Tanaman pangan 1.055, perkebunan 41, kehutanan 41 , peternakan 400.
● Persentase penduduk berusia 60 tahun ke atas: 20 %.
2. Evolusi Teknologi:
● Tahun 1990: Hanya 5% rumah tangga di Desa Banyukapah yang memiliki televisi.
● Tahun 2000: 40% rumah tangga memiliki televisi, dan 10% memiliki telepon seluler.
● Tahun 2020: 90% rumah tangga memiliki televisi, 80% memiliki telepon seluler, dan 50% memiliki akses internet di rumah.
3. Pendidikan:
● TK : 6
● Sekolah Dasar/setara: 3
● Sekolah Menengah Pertama/setara: 4
● Sekolah Menengah Atas: 0
ADVERTISEMENT
● Tahun 2021: 30% lulusan SMA melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, meningkat dari 20% pada tahun 1995.
4. Aktivitas Tradisional:
● Setiap tahunnya, Desa Banyukapah mengadakan minimal 4 upacara tradisional besar yang melibatkan seluruh komunitas.
● Terdapat 2 kelompok gamelan aktif dan 3 Perajin Daun Lontar di desa.
● Sekitar 20% penduduk desa masih aktif dalam kegiatan pertanian tradisional.
5. Modernisasi dan Pembangunan:
● Tahun 2018: Dibangun menara telekomunikasi yang memberikan akses internet 4G ke desa.
● Tahun 2020: Diresmikan perpustakaan digital dan laboratorium komputer di sekolah setempat.
● Tahun 2022: 65% jalan di Desa Banyukapah sudah dilapisi aspal, paving, rabat beton meningkat dari 40% pada tahun 2000.
6. Kegiatan Komunitas:
ADVERTISEMENT
● Setiap 4 bulan, komunitas muda desa mengadakan kelas menganyam daun lontar yang dihadiri oleh rata-rata 50 peserta per kelas.
● Tahun 2021: Sebuah program pelatihan teknologi pertanian modern diluncurkan, dengan 120 petani lokal sebagai peserta.
Semua data di atas diperoleh dari catatan Pemerintahan Desa Banyukapah dan survei dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sampang. Kombinasi antara tradisi dan teknologi modern terlihat jelas dari statistik demografis, perkembangan teknologi, pendidikan, serta aktivitas tradisional dan modernisasi yang terjadi di desa. Meski Desa Banyukapah merangkul kemajuan, akar tradisionalnya tetap menjadi bagian inti dari identitas komunitas.
Kutipan:
1. Silot, Pj. Kepala Desa Banyukapah:
> "Kami memang menginginkan kemajuan, namun bukan berarti melupakan akar tradisi kita. Teknologi datang untuk mempermudah kehidupan, bukan menggantikannya."
ADVERTISEMENT
2. Ibu Ratna, pendiri komunitas perajin daun lontar Desa Banyukapah :
> "Kerajinan daun lontar bukan sekadar kain dengan corak. Ini adalah cerita, sejarah, dan identitas kita. Memadukannya dengan teknologi modern memungkinkan kita untuk melestarikan dan sekaligus mengenalkannya pada generasi muda."
3. Rizki, 21 tahun, mahasiswa asal Desa Banyukapah yang sedang studi di kota:
> "Saya bangga berasal dari Desa Banyukapah . Di kota, saya sering menceritakan bagaimana desa saya mampu menggabungkan tradisi dengan inovasi. Itu bukan hal yang mudah, namun desa saya telah menunjukkan bahwa keduanya bisa berjalan beriringan."
4. Aipda Rudi, :Bhabinkamtibmas Desa Banyukapah dari Kepolisian Sektor Kedungdung
> "Desa Banyukapah adalah contoh nyata bagaimana sebuah masyarakat bisa beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa meninggalkan identitasnya. Ini adalah pelajaran berharga bagi banyak komunitas di seluruh Indonesia."
ADVERTISEMENT
5. Pak Budi, petani setempat yang baru saja mengikuti pelatihan teknologi pertanian modern:
> "Teknologi pertanian baru membantu saya meningkatkan hasil panen. Namun, saya tetap menggunakan cara tradisional dalam beberapa aspek, seperti pemilihan benih. Kombinasi keduanya membuat hasil saya lebih optimal."
Perubahan signifikan dalam teknologi pertanian telah membantu petani seperti Pak Budi meningkatkan hasil panen mereka. Namun, masih ada tantangan dalam menggabungkan pengetahuan tradisional dengan teknologi modern untuk mencapai hasil yang optimal.
Kutipan-kutipan di atas memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana masyarakat Desa Banyukapah memandang perkembangan dan perubahan, serta bagaimana mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka tanpa kehilangan esensi budaya dan tradisi lokal.
Penutup ( Conclusion ):
Dalam konteks nasional, perubahan serupa dalam kehidupan pedesaan dan perkembangan teknologi juga terjadi di seluruh Indonesia. Desa Banyukapah adalah representasi dari tantangan yang dihadapi oleh banyak komunitas pedesaan dalam menjaga identitas budaya mereka di era digital.
ADVERTISEMENT