Menkes Terawan, Bicaralah

A Eddy Adriansyah
kolomnis di Genial.id, Qureta dan Kumparan. Saat ini tinggal di Portsmouth, United Kingdom. keluarga besar Pesantren Persatuan Islam 110 Manba'ul Huda Bandung dan pegiat Tajdid Institute.
Konten dari Pengguna
2 Oktober 2020 7:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A Eddy Adriansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
"Hade goreng ku basa." Begitu pepatah sunda yang penulis dapatkan dari pelajaran bahasa daerah di bangku sekolah dasar. Sebuah pepatah yang memiliki makna, sesuatu, apakah baik atau buruk, hendaknya diungkapkan secara jelas dan jujur.
ADVERTISEMENT
Pepatah ini terutama nasehat untuk mereka yang menyembunyikan suatu masalah, atau sesuatu yang terbilang buruk. Entah karena takut menciderai perasaan lawan bicara, membuat tak nyaman orang lain, atau dengan maksud menyembunyikan kesalahan sendiri.
Kalau dikupas mungkin banyak hal yang menjadi motif, mengapa seseorang tak mau mengungkapkan sesuatu secara jelas dan jujur. Nenek moyang sunda yang mengajarkan pepatah itu, secara implisit mengingatkan bahwa sesuatu yang selazimnya diungkapkan namun dipendam itu berpotensi jadi masalah. Baik untuk masa kini, maupun untuk masa mendatang.
Masalah itu sebagaimana penyakit. Pada mulanya hanya menimbulkan gejala. Pada stadium akut sering kambuh dan membuat pengidapnya tak nyaman. Dan pada stadium lanjut membuat pengidapnya tak tertolong. Artinya, semakin dipendam, masalah itu bisa menjadi sesuatu yang berdampak buruk bagi diri dan lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
**
Pepatah nenek moyang sunda itu menjadi relevan di masa kini, jika ditujukan pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, atau Menkes Terawan selaku pimpinan tertinggi di institusi tersebut.
Suara masyarakat yang gencar termuat dan terekam di media sosial, menuntut penjelasan terkait penanganan pandemi Covid 19, bahkan sudah mengarah pada kesangsian terhadap kinerja beliau dan institusi.
Suara-suara tersebut makin mengemuka sebab realita yang tampak di permukaan belakangan ini, Menkes Terawan tak pernah lagi muncul atau memberikan statement penting, semenjak kurva kasus positif COVID-19 meningkat.
Kemunculan beliau berikut statement-nya, sebagai bagian dari proses komunikasi dalam kondisi krisis, merupakan sesuatu yang urgen dan esensial. Sebab komunikasi di masa-masa krisis ini bukan sekadar untuk menyampaikan 'what', 'who', 'when', 'where', dan 'why', sebagaimana fitrah penyampaian informasi.
ADVERTISEMENT
Komunikasi yang diharapkan mayoritas masyarakat, dalam hal ini mereka yang memandang krisis dari sudut pandang kemanusiaan atau ilmiah, bukan sudut pandang politik, terutama terkait erat dengan motif atau kebutuhan self-healing, saling menguatkan diantara diri, komunitas terdekat, dan pemerintah sendiri.
Kalangan masyarakat dengan sudut pandang itulah, yang seharusnya terbayang didalam benak Menkes Terawan, ketika hendak menginformasikan segala sesuatu terkait perkembangan penanganan pandemi pada institusinya.
**
Lantas, mengapa harus langsung Menkes Terawan sendiri yang menyampaikannya? Apakah tak cukup diwakili pejabat lain untuk mewakili menteri? Apakah tak cukup dari pihak Satgas COVID-19 yang bicara?
Masyarakat pada umumnya awam dengan hirarki dan hubungan lembaga-lembaga, yang saling terkait dalam penanganan pandemi ini. Yang masyarakat tahu pandemi ini adalah masalah kesehatan. Dan karenanya, sederhana saja, mereka bertanya pada Kementerian Kesehatan, dan ingin mendengarkan langsung penjelasan terkait penanganan langsung dari lisan Menkes Terawan, selaku pimpinan institusi tersebut.
ADVERTISEMENT
Penulis termasuk dalam bagian masyarakat dengan sudut pandang demikian. Sebagai masyarakat biasa, yang tak punya motif politik, motif bisnis, motif rating, yang cenderung mengeruhkan suasana, dalam masa-masa yang sulit seperti sekarang ini.
Dalam benak penulis, ramai-ramai menuntut Menkes Terawan mundurpun bukan solusi utama, dalam pengentasan pandemi. Mengingat, jika diganti, apakah pasti penggantinya lebih baik dalam penanganan pandemi Covid 19 ini?
Menuntut mundur dan mengharapkan penggantinya lebih baik, malah seperti menumpuk ketidakpastian, diatas ketidakpastian lain yang sudah saling tumpang tindih sebelumnya, di jaman yang tak terduga datangnya dan sulit diprediksi kapan berlalunya ini.
Sesuatu yang pasti (dalam artian logis/rasional) dan bisa diupayakan saat ini adalah, Menkes Terawan bisa tampil secara berkala, untuk menyampaikan informasi yang sifatnya ringkas, jelas, up to date, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan kewaspadaan, memunculkan harapan, membangkitkan empati, menggagas semangat kerjasama dan kolaborasi.
ADVERTISEMENT
"Di saat-saat seperti ini, seharusnya kita secara kontinyu saling berkomunikasi, saling berbicara, Pak Menteri. Bukan semata-mata saling tukar reaksi, tapi untuk saling memberi energi."
Angka-angka di kurva itu mungkin tak sekonyong-konyong turun karenanya. Tapi, seperti pepatah sunda tadi, "hade goreng ku basa", baik-buruk hendaknya diutarakan. Daripada dipendam sehingga menjadi masalah besar di kemudian hari.
Bagi masyarakat biasa yang bersih hatinya, kejujuran dan info berkala akan sangat berarti, dalam rangka meningkatkan pengetahuan, meningkatkan kewaspadaan, memunculkan harapan, membangkitkan empati, menggagas semangat kerjasama dan kolaborasi tadi.
Demi kebaikan mereka yang hatinya bersih itu, maka mohon tampillah dan berbicaralah, Pak Menkes Terawan. Mudah-mudahan kita bisa melalui musibah ini, menuju happy ending, bersama-sama.(aea)
sumber https://www.pikist.com/free-photo-iynse