Konten dari Pengguna

Film Gadis Kretek: Gambaran Diskriminasi dan Perlawanan Perempuan

Abubakar Sidik
Mahasiswa FKIP UMSurabaya
24 Desember 2023 11:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abubakar Sidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gadis kretek. Foto: Netflix
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gadis kretek. Foto: Netflix
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Film gadis kretek sukses menjadi perhatian banyak penonton dalam negeri maupun mancanegara. Film yang diadopsi dari novelnya Ratih Kumala dengan judul yang sama ini diproduksi BASE Entertainment dan Fourcolours Film dengan disutradarai oleh Kamila Andini dan Ifa Infansyah.
ADVERTISEMENT
Film ini menceritakan tentang perjalanan seorang perempuan bernama Dasiyah dalam melawan tradisi masyarakat yang menghalangi dia untuk menjadi peracik saus berbakat. Paling tidak ada dua aspek yang penulis kemukakan tentang film ini yaitu, diskriminasi gender dan perlawanan perempuan.
Analisis diskriminasi gender bisa kita lihat dengan lima indikator: (1) marginalisasi merupakan upaya penyikiran perempuan dalam ranah sosial, politik, hukum, dan budaya; (2) subordinasi merupakan penempatan perempuan dalam posisi dibawah laki-laki; (3) stereotip negatif terhadap perempuan bahwa perempuan cengeng, baperan, sumber kriminalitas dan lain sebagainya; (4) beban ganda, yaitu kesempatan perempuan yang bekerja di luar rumah tidak mengurangi pekerjaannya di ranah domestik; dan (5) kekerasan, yaitu perempuan seringkali menjadi objek kekerasan, baik itu kekerasan verbal maupun non-verbal.
Ilustrasi diskriminasi gender. Foto: Shutterstock
Yang pertama, marginalisasi terhadap perempuan dalam film ini sangat terlihat saat adegan Dasiyah dilarang masuk ke ruang saus karena dia perempuan. Perempuan dilarang masuk ke dalam ruang saus dengan alasan agar saus nya tidak asam. Ini menunjukan bentuk marginalisasi, upaya penyikiran perempuan dalam ranah sosial atau dalam hal ini penyikiran perempuan dari ruang saus. Yang kedua, subordinasi terlihat jelas dalam penempatan perempuan dalam pekerjaan pabrik kretek. Perempuan hanya boleh menjadi sebagai pelinting dan laki-laki menjadi peracik saus kretek yang merupakan posisi penting dalam pabrik kretek. Itu artinya perempuan ditempatkan di sub pekerjaan di bawah laki-laki.
ADVERTISEMENT
Yang ketiga, stereotip negatif terhadap perempuan dalam film ini bahwa perempuan sumber masalah kalau masuk ruang saus, tugasnya hanya masak, macak, manak, dan tidak tau apa-apa tentang rokok. Yang keempat, beban ganda perempuan dalam film ini memang tidak terlihat jelas tergambar. Tetapi, besar kemungkinan adanya beban ganda karena di kebanyakan scene film memperlihatkan pekerja itu adalah semuanya perempuan. Yang kelima, perempuan dalam film ini menjadi sasaran kekerasan lisan maupun fisik. Terlihat saat Dasiyah saat dibentak “perempuan tahu apa tentang rokok, tugasmu hanya bersih rumah dan mencari suami” dan kekerasan fisik saat Dasiyah dan pekerja perempuan lainya di siksa dan di penjara oleh tentara karena di tuduh bagian dari PKI.
Ilustrasi perlawanan perempuan. Foto: Shutterstock

Perlawanan Dasiyah terhadap diskriminasi perempuan

Karakter Dasiyah dalam film ini sangat kental dengan perlawanan, ia melawan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Dia menunjukan perlawanan pada marginalisasi perempuan dengan membuktikan pada semua orang bahwa perempuan bisa meracik saus kretek itu lebih bagus dari laki-laki. Dan terbukti saus kretek racikan Dasiyah mampu membuat penjualan rokok pabrik meningkat.
ADVERTISEMENT
Dasiyah juga menunjukan stereotip cengeng, cepat nangis, dan tidak tegas itu tidak selamanya milik perempuan. Tergambar saat Dasiyah di bentak tidak menangis, tegas dalam menegur penjual tembakau yang menipunya dan lain sebagainya. Terakhir, dalam film ini ingin menunjukan bahwa rokok bukan representasi dari maskulin. Tergambar di banyak adegan perempuan itu merokok dan memiliki konotasi positif dalam film ini karena tidak ada larangan merokok bagi perempuan oleh masyarakat.
Kesimpulannya, film ini merupakan sebagai simbol perlawanan perempuan terhadap diskriminasi gender dan Film ini juga ingin menunjukan bahwa perempuan merokok tidak selalu berkonotasi negatif dengan memperlihatkan adegan Dasiyah merokok yang merupakan perempuan yang berkepribadian baik.