Konten dari Pengguna

Generasi Alpha dan Media Sosial: Bagaimana Pengaruhnya terhadap Identitas Diri?

Abyan Arifurrahman
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum Prodi Hukum Keluarga
1 Oktober 2024 8:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abyan Arifurrahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber ilustrasi gambar : https://www.pexels.com/id-id/foto/2-wanita-duduk-di-kursi-di-depan-meja-5960686/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber ilustrasi gambar : https://www.pexels.com/id-id/foto/2-wanita-duduk-di-kursi-di-depan-meja-5960686/
ADVERTISEMENT
Generasi Alpha, yaitu mereka yang lahir setelah tahun 2010, adalah generasi yang paling terbuka terhadap kemajuan teknologi. Mereka dibesarkan dalam dunia yang sangat terhubung secara digital, di mana media sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana Generasi Alpha membentuk identitas diri mereka sangat dipengaruhi oleh paparan media sosial sejak usia dini. Bagaimana media sosial mempengaruhi pembentukan identitas generasi ini?
ADVERTISEMENT
1. Pembentukan Identitas Diri di Era Digital
Identitas diri adalah gambaran dari pandangan yang dimiliki seseorang tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain. Media sosial menjadi salah satu platform utama di mana proses ini berlangsung pada Generasi Alpha. Mereka terpapar dunia maya dari usia dini, di mana penampilan, aktivitas, dan pendapat pribadi mereka secara terus-menerus dipublikasikan kepada umum.
Media sosial memungkinkan Generasi Alpha untuk membuat dan berekspresi dalam berbagai bentuk, seperti status dan unggahan foto dan video yang menunjukkan minat, hobi, atau gaya hidup mereka. Namun, media sosial juga menciptakan tekanan untuk menampilkan diri sesuai dengan standar sosial, seperti gaya hidup ideal atau standar kecantikan, yang sering dipromosikan oleh selebriti dan influencer.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, proses pembentukan identitas Generasi Alpha sangat dipengaruhi oleh pendapat dan komentar dari sumber luar dalam bentuk likes, komentar, dan jumlah followers. Penghargaan seperti ini dapat memengaruhi cara mereka melihat nilai diri mereka, yang secara tidak langsung membentuk identitas mereka, yang dibentuk oleh pengakuan sosial mereka di platform digital.
2. Budaya Perbandingan dan Krisis Identitas
Salah satu dampak negatif utama dari media sosial terhadap Generasi Alpha adalah fenomena "comparison trap" atau jebakan perbandingan. Anak-anak sering melihat kehidupan yang "sempurna" di media sosial, mulai dari penampilan fisik hingga kesuksesan hidup, yang dapat membuat mereka merasa kurang berharga jika kehidupan mereka tidak seperti yang digambarkan orang lain.
Fenomena ini berpotensi menyebabkan krisis identitas di mana Generasi Alpha bingung tentang siapa mereka sebenarnya di luar dunia maya. Anak-anak mungkin tertekan untuk mengeksplorasi jati diri mereka yang sesungguhnya daripada mengikuti mode dan norma yang mereka lihat di media sosial. Hal ini dapat menyebabkan masalah psikologis seperti rendah diri, kecemasan sosial, dan bahkan depresi jika dibiarkan tanpa pengawasan yang memadai.
ADVERTISEMENT
3. Pembentukan Persona Digital
Identitas generasi Alpha dibentuk dan diproyeksikan melalui persona digital mereka. Generasi Alpha lebih sensitif terhadap bagaimana orang lain melihat mereka di internet, yang mungkin mendorong mereka untuk membuat "versi ideal" dari diri mereka di internet.
Persona digital ini sering kali dipengaruhi oleh tren yang sedang populer di kalangan anak muda, mulai dari fashion, gaya hidup, hingga pandangan politik. Meskipun hal ini memberi anak-anak kebebasan untuk berbicara, ada risiko kehilangan jati diri mereka yang sebenarnya. Mereka mungkin merasa sulit untuk benar-benar menjadi diri mereka sendiri di luar media sosial karena merasa terjebak dalam persona yang mereka buat.
4. Peran Orang Tua dan Pendidikan dalam Mengarahkan Penggunaan Media Sosial
ADVERTISEMENT
Pengaruh media sosial terhadap identitas Generasi Alpha tidak bisa diabaikan, tetapi orang tua dan pendidik memiliki peran penting dalam membantu anak-anak mengelola dampak tersebut. Orang tua harus membantu dan membimbing anak-anak mereka dalam penggunaan media sosial, dengan menekankan pentingnya menyeimbangkan kehidupan digital dengan dunia nyata. Anak-anak harus diajarkan bahwa konten di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan. Sangat penting bagi mereka untuk dididik tentang literasi digital agar mereka tahu bagaimana mengkritisi konten agar mereka tidak terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat.
Orang tua juga harus memberi anak-anak tempat untuk berbicara di luar internet. Anak-anak dapat membangun identitas yang lebih sehat dan seimbang melalui aktivitas offline seperti olahraga, seni, atau berinteraksi secara langsung dengan teman sebaya. Ini membantu mereka memahami bahwa nilai diri mereka tidak hanya diukur oleh citra online atau pengakuan orang lain.
ADVERTISEMENT
5. Kesimpulan: Dampak Jangka Panjang Media Sosial terhadap Identitas Generasi Alpha
Media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Generasi Alpha, terutama dalam proses pembentukan identitas diri mereka. Media sosial memungkinkan anak-anak untuk berekspresi dan berkreasi, tetapi mereka juga memaksa mereka untuk mengikuti standar sosial yang dibuat oleh internet.
Peran orang tua, pendidik, dan masyarakat sangat penting untuk menghadapi masalah ini. Pendidikan literasi digital dan dorongan untuk mengeksplorasi jati diri di luar media sosial harus menjadi prioritas dalam mendampingi perkembangan Generasi Alpha. Dengan cara ini, anak-anak dapat tumbuh menjadi orang yang percaya diri, memiliki identitas yang kuat, dan tidak terpengaruh oleh budaya digital yang ada di sekitar mereka.