Konten dari Pengguna

Pengaruh Pola Asuh Otoriter terhadap Hubungan Emosional dalam Keluarga

Abyan Arifurrahman
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum Prodi Hukum Keluarga
24 September 2024 8:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abyan Arifurrahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber ilustrasi gambar: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-dengan-kemeja-lengan-panjang-coklat-menggendong-bayi-dengan-kemeja-lengan-panjang-putih-5103411/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber ilustrasi gambar: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-dengan-kemeja-lengan-panjang-coklat-menggendong-bayi-dengan-kemeja-lengan-panjang-putih-5103411/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pola asuh orang tua memengaruhi perkembangan emosional anak dan dinamika hubungan keluarga. Orang tua sering menggunakan pola asuh otoriter, yang dicirikan dengan kontrol yang ketat, aturan yang ketat, dan tuntutan yang tinggi terhadap anak tanpa banyak ruang untuk percakapan atau perundingan. Meskipun pola asuh ini mungkin terlihat seperti mereka membangun kedisiplinan, efeknya pada hubungan emosional keluarga sering kali buruk dan dapat meninggalkan jejak yang mendalam pada perkembangan anak.
ADVERTISEMENT
Ciri-Ciri Pola Asuh Otoriter
Beberapa karakteristik utama pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:
1. Kontrol yang Ketat: Orang tua otoriter sering menetapkan aturan yang ketat dan mengharapkan anak untuk mematuhinya tanpa mempertanyakan atau memberi penjelasan yang jelas.
2. Minimnya Keterlibatan Emosional: Orang tua dengan gaya asuh ini cenderung tidak memberikan dukungan emosional dan jarang memberikan pujian. Mereka lebih memperhatikan kesalahan dan kegagalan anak daripada upaya dan keberhasilan.
3. Hukuman Lebih dari Diskusi: Orang tua otoriter sering menggunakan hukuman keras sebagai cara utama untuk mendisiplinkan anak mereka. Ini terjadi alih-alih menggunakan metode diskusi dan pemahaman.
4. Kurangnya Ruang untuk Kebebasan Anak: Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan otoriter biasanya memiliki sedikit kebebasan untuk membuat keputusan karena orang tua mereka sangat mendominasi setiap aspek kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Dampak Pola Asuh Otoriter terhadap Anak
Anak-anak yang menerima pola asuh otoriter mengalami banyak dampak psikologis dan emosional yang signifikan. Adapun beberapa dampak yang mungkin timbul:
1. Rendahnya Kepercayaan Diri: Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang otoriter cenderung kurang percaya diri. Mereka mungkin mengembangkan perasaan bahwa mereka tidak cukup baik atau tidak mampu memenuhi harapan orang tua mereka karena mereka sering merasa tidak dihargai dan disalahkan.
2. Kesulitan dalam Mengelola Emosi: Anak-anak menghadapi kesulitan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sehat jika mereka dibesarkan dalam keluarga yang otoriter karena kurangnya dukungan emosional dan komunikasi yang terbuka. Mereka mungkin menahan perasaan mereka, yang dapat mengakibatkan masalah emosi yang lebih serius di masa depan, seperti depresi atau kecemasan.
ADVERTISEMENT
3. Terlalu Tergantung atau Pemberontakan: Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang otoriter cenderung menunjukkan salah satu dari dua pola perilaku berikut: mereka menjadi sangat tergantung pada otoritas orang tua mereka atau, sebaliknya, melakukan pemberontakan besar-besaran sebagai bentuk perlawanan. Anak-anak yang terlalu tergantung pada orang tua mungkin merasa tidak mampu membuat keputusan sendiri, sementara anak-anak yang memberontak mungkin berusaha melawan pengawasan yang ketat dari orang tua mereka.
4. Rendahnya Kemampuan Sosial: Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang otoriter seringkali mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin merasa takut untuk berbicara atau mengekspresikan diri dalam situasi sosial karena telah terbiasa dengan lingkungan yang penuh dengan batasan dan larangan.
ADVERTISEMENT
Dampak Pola Asuh Otoriter terhadap Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola asuh otoriter tidak hanya memengaruhi perkembangan emosional anak, tetapi juga memengaruhi hubungan antara anak dan orang tuanya.
1. Jarak Emosional: Pola asuh otoriter cenderung menekankan kepatuhan dan kontrol, sehingga hubungan emosional antara orang tua dan anak sering kali menjadi dingin dan kaku.
2. Kurangnya Kepercayaan dan Keterbukaan: Anak-anak yang dibesarkan dalam pola asuh otoriter cenderung merasa bahwa orang tua mereka tidak akan mendengarkan atau memahami mereka, yang dapat menyebabkan kurangnya keterbukaan dan kepercayaan dalam hubungan.
3. Ketegangan dan Konflik: Dalam keluarga dengan orang tua yang otoriter, konflik dan ketegangan sering muncul. Ketika anak-anak tidak memenuhi ekspektasi mereka, orang tua mungkin kesal, sementara anak-anak mungkin merasa frustrasi dengan kontrol yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan konflik keluarga yang terus-menerus.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Mengatasi Dampak Negatif Pola Asuh Otoriter
Meskipun efek pola asuh otoriter dapat menjadi serius, masih ada peluang untuk memperbaiki hubungan dan membuat lingkungan keluarga yang lebih positif secara emosional. Beberapa langkah yang dapat diambil orang tua antara lain:
1. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis: Orang tua dapat mencoba menggunakan cara yang lebih demokratis dalam mengasuh anak mereka. Pola asuh demokratis menekankan pentingnya diskusi terbuka dan aturan yang jelas. Orang tua memberi dukungan emosional sambil menegakkan batasan yang konsisten, dan mereka memberi anak kesempatan untuk berbicara dan menyuarakan pendapat mereka.
2. Membangun Komunikasi yang Terbuka: Salah satu langkah penting untuk membangun kembali kepercayaan dan memperbaiki hubungan yang mungkin renggang adalah mendorong percakapan dua arah antara anak dan orang tua. Daripada langsung memberikan perintah atau hukuman, orang tua harus belajar mendengarkan perspektif anak dan siap untuk berbicara dengan mereka.
ADVERTISEMENT
3. Memberikan Pujian dan Penghargaan: Orang tua harus melihat dan menghargai upaya dan pencapaian anak mereka, apa pun ukurannya. Anak dapat lebih percaya diri dan memperkuat hubungan keluarga dengan penghargaan yang tulus.
4. Mengajarkan Anak Mengelola Emosi: Orang tua yang otoriter dapat membantu anak-anak mereka belajar mengelola emosi dengan memberi mereka contoh yang baik. Mengajarkan anak-anak bagaimana mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang sehat dan penuh pengertian dapat membantu mereka berkembang menjadi orang yang lebih seimbang secara emosional di masa depan.
Kesimpulan
Pola asuh otoriter memengaruhi hubungan emosional keluarga. Anak-anak yang dibesarkan di bawah pola asuh ini sering kali menghadapi masalah dalam hal kepercayaan diri, kemampuan sosial, dan hubungan dengan orang tua. Namun, orang tua dapat membuat lingkungan keluarga yang lebih harmonis dan mendukung dengan mengadopsi pola asuh yang lebih terbuka, mendukung komunikasi yang sehat, dan memberikan ruang bagi anak untuk tumbuh secara emosional.
ADVERTISEMENT