Keindahan Sebuah Long Take Scene Pada Suatu Film

abyantama
Menyukai film, musik, video game, pro wrestling, dan pop culture lainnya. Saat ini bekerja di kumparan sebagai seorang Product Manager.
Konten dari Pengguna
6 Juni 2021 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari abyantama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fred J. Koenekamp (1922 - 2017), seorang sinematografer kelas dunia yang berhasil memenangi oscar berkat karyanya di film The Towering Inferno (1974)
zoom-in-whitePerbesar
Fred J. Koenekamp (1922 - 2017), seorang sinematografer kelas dunia yang berhasil memenangi oscar berkat karyanya di film The Towering Inferno (1974)
ADVERTISEMENT
Sinematografi adalah sebuah ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap gambar sekaligus menggabung-gabungkan gambar hingga menjadi rangkaian gambar yang berfungsi untuk menyampaikan ide dan cerita. Ilmu sinematografi merupakan salah satu hal yang penting didalam dunia perfilman. Bayangkan saja jika sebuah adegan tidak di shot dengan benar, mungkin saja adegan tersebut dapat memiliki arti yang berbeda dengan apa yang diterima penonton. Karena setiap adegan dari sebuah cerita merupakan suatu seni yang dimana tiap tindakan dan adegannya memiliki arti dan makna.
ADVERTISEMENT
Setiap shot pada film memiliki durasi yang beragam sesuai dengan tuntutan naratif, gaya seorang sineas, dan berbagai macam alasan lainnya. Satu shot dapat berdurasi kurang dari satu detik, bisa pula beberapa menit bahkan jam. Pada awal perkembangan sinema, satu shot umumnya berdurasi pendek, hanya sekitar beberapa detik saja. Perkembangan teknik editing menyebabkan durasi tiap shot semakin bertambah pendek. Hingga awal dekade 1920-an, rata-rata satu shot film-film cerita produksi Hollywood adalah 5 detik dan hingga akhir dekade 1920-an pada era suara, bertambah menjadi 10 detik. Dalam perkembangannya beberapa sineas mulai bereksperimen dengan durasi shot yang lebih panjang dari durasi rata-rata. Teknik ini disebut dengan long take. (Memahami Film,2008)
Secara teknis sebuah shot yang berdurasi lebih dari durasi shot rata-rata (9-10 detik) disebut long take. Namun dalam prakteknya beberapa sineas menggunakan teknik long take hingga beberapa menit, bahkan sekarang bisa hingga puluhan menit. Long take umumnya digunakan pada adegan-adegan tertentu untuk menonjolkan kekuatan naskah cerita melalui dialog atau sebuah aksi. Penggunaan long take itu sendiri bisa memberikan dampak yang luar biasa dalam suatu film dan berpotensi besar memberikan sebuah emosi yang kuat.
ADVERTISEMENT
Penggunaan long take pada suatu film juga dapat memberikan tambahan nilai seni dari sebuah film itu sendiri. Karena bagaimana sebuah adegan tersebut dibuat, sangat membutuhkan kerja keras yang lebih dibandingkan dengan shot pada umumnya. Jenis-jenis long take pun juga cukup banyak. Salah satunya yang akan saya bahas adalah the fake long take. Ambil contoh film Birdman (2014) yang membuat long take sebagai seni yang indah. Birdman dibuat dengan sinematografi yang seakan hanya di shot sebanyak satu kali. Mereka sangat cerdik dalam melakukan cut pada tiap adegannya, seperti saat layar bewarna hitam atau cut pada benda yang tidak bergerak. Bagaimana film ini mengatasi dan menipu penonton dengan long take-nya yang palsu namun tidak ketahuan dan menjadi sangat indah untuk dinikmati.
ADVERTISEMENT
Lain halnya sebuah long take scene pada serial The Haunting of Hill House (2018) di episode 6 yang menurut Saya merupakan salah satu episode terbaik yang pernah Saya tonton sepanjang hidup Saya. Dengan long take-nya, The Haunting of Hill House mampu memberikan sebuah momen yang bukan hanya seram dan memainkan tensi, namun juga memberikan sebuah drama keluarga yang apik dan solid. Dengan long take, emosi yang dirasakan antar karakternya lebih terasa, sebuah kecanggungan, ketidak-dekatan, dan kemistri yang kuat akan tersampaikan dengan bantuan long take tersebut. Dalam arti memang penggunaan teknik ini bukan hanya untuk seni semata.
Long take dapat memberikan sebuah gambar yang benar-benar hidup dan berpotensi memberikan pengalaman yang sama dengan karakter yang sedang kita tonton. Tentu saja itu semua dapat berhasil dilakukan jika di eksekusi dengan baik. Dibawah ini, mereka lah yang sangat berperan penting dalam memberikan bumbu dari sebuah long take shot.
ADVERTISEMENT
1. Pemain (Aktor, Aktris)
Seorang pemain yang mendapatkan adegan dengan take yang panjang tentu diharuskan memiliki skill yang lebih dalam melakukan aktingnya. Bukan hanya itu, seperti menghafal dialog juga merupakan hal yang wajib untuk dilaksanakan. Seorang pemain juga harus siap dalam memerankan sebuah adegan long take. Victoria (2015), film keluaran tahun 2015 yang disutradarai Sebastian Schipper mempunyai konsep one take pada filmnya. Bukan seperti Birdman, Victoria benar-benar melakukan one take shot tersebut. Syuting dimulai selalu pada pukul 4 pagi dan mereka memiliki 3-4 sampel film jadi untuk dilihat mana yang lebih baik untuk dipublikasikan. Pada film ini, aktor dan aktris yang bermain pada film Victoria diharuskan siap berakting selama lebih dari 90 menit. Kualitas dari seorang aktor/aktris akan terlihat pada momen-momen seperti ini. Di film ini terdapat adegan dimana karakter utamanya diharuskan untuk bermain piano selama kurang lebih 2 menit. Tidak tanggung-tanggung, lagu yang dimainkan adalah Mephisto Waltz karya Franz Liszt. Meskipun hanya sepenggal, tetap saja sangat luar biasa menurut Saya.
ADVERTISEMENT
2. Para kru
Tentu selain pemain, para kru yang bertugas untuk memproses film juga memiliki andil yang besar. Seorang sutradara yang baik tentunya akan menuntun para kru-nya agar proses pembuatan film bisa berjalan lancar dan sukses. Selain sutradara, seorang sinematografer yang bertugas mengambil gambar pada suatu film sudah pasti wajib memiliki skill yang mumpuni dan juga siap dalam mengambil adegan long take.
Seorang sinematografer juga harus mengerti terhadap esensi dari long take itu sendiri. Apakah perlu digunakan long take? Jika tidak, tidak perlu dilakukan. Seorang sinematografer yang bagus adalah yang mampu membuat gambar menjadi hidup dan realistis serta terlihat apa adanya. One Cut of the Dead (2017) menjadi salah satu yang memberikan sebuah long take yang terlihat polos dan apa adanya, namun apa yang akan penonton dapatkan pada film ini adalah sesuatu yang menakjubkan nantinya.
One Cut of the Dead (2019) Scene
Penulis naskah (scriptwriter) sebagai orang dibalik para pemain berinteraksi dan menentukan situasi, juga memiliki peran yang sangat penting. Penulis naskah diharuskan mampu membuat situasi menjadi menarik dan tidak terlihat membosankan. Terkadang disaat adegan long take, pemain diharuskan melakukan dialog atau monolog, dan disinilah kalimat-kalimat yang dibuat penulis naskah akan dikeluarkan. Namun para aktor dan aktris yang melakoni peran memang tidak harus mengikuti persis apa yang ditulis oleh scriptwriter, maka dari itu disinilah diperlukan kerja sama yang baik antara penulis dan juga pemain.
ADVERTISEMENT
Selain dua poin diatas ada satu hal penting yang memang harus ditekankan, apakah perlu setiap film memiliki sebuah adegan long take? Tentu jawabannya tidak, sebuah seni memiliki banyak sekali wujud. Banyak sekali cara menikmati seni dari sebuah film selain menggunakan long take shot, teknik long take hanya merupakan salah satunya.