Selesaikanlah Apa yang Telah Kita Mulai

abyantama
Menyukai film, musik, video game, pro wrestling, dan pop culture lainnya. Saat ini bekerja di kumparan sebagai seorang Product Manager.
Konten dari Pengguna
25 November 2021 15:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari abyantama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sering kah kita suka menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya kita kerjakan? Atau bahkan ketika kita memiliki project dan kita sudah memulai project tersebut namun tidak dilanjutkan dan berhenti di tengah jalan karena hal-hal yang bahkan cukup sepele seperti "saya sudah malas", "saya sudah tidak tertarik", dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Sering kali kita memiliki ide yang terlintas di pikiran kita, dan pada awalnya kita sangat excited ketika merealisasikan ide tersebut , lalu pada minggu ke-1 kita menjadi lebih sibuk dari biasanya sehingga tidak bisa melanjutkan ide tersebut. Bahkan di minggu ke-2 kita menjadi kehilangan minat dengan ide tersebut.
Saya memiliki cukup banyak project dalam hidup saya. Seperti project yang bersifat kerjaan dari profesi saya atau bahkan project di luar profesi saya seperti membuat video Youtube, membuat musik. Namun saya sering sekali tidak menyelesaikan apa yang saya mulai.

Finish What You Start

Ilustrasi finish what you start, sumber: Pixabay
Menurut penulis Peter Hollins dari buku yang berjudul Finish What You Start, untuk menyelesaikan suatu project kita membutuhkan 4 hal, yaitu fokus, taking action, melawan / menahan gangguan & kegigihan.
ADVERTISEMENT
Ketika kita memulai project, kepala kita masih penuh dengan ide-ide brilian yang mana dapat membuat keempat hal tersebut masih kuat kedudukannya. Namun seiring berjalannya waktu, potensi 4 hal di atas bisa memudar dan membuat kita menjadi kurang inspirasi untuk menyelesaikannya. Tidak jarang juga kita memasang blocker seperti "hasil project saya harus sempurna" sebagai persyaratan project dapat selesai. Persyaratan yang sebenarnya mustahil ini yang semakin membuat kita menjadi kehilangan minat untuk menyelesaikan project yang sudah kita mulai.
Apa yang harus kita perbaiki? Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menghilangkan atau mengganti blocker dari "hasil project harus sempurna" / perfeksionisme dengan mindset finishing = learning.

Adopt a Finishing = Learning Mindset

You only learn certain things if you see them through to the end. If you don’t follow through, then you don’t learn all that you have to do and you don’t learn anything about yourself except that you are lazy or afraid or a failure.
ADVERTISEMENT
Begitu kira-kira perkataan dari Peter Hollins. Ketika kita menyelesaikan sebuah project, kita mendapatkan kesempatan untuk mengevaluasi pekerjaan kita, menyesuaikan, dan mengembangkan metode yang lebih baik dari sebelumnya. Produk jadi yang gagal memenuhi harapan, jauh lebih berharga daripada produk yang tidak kita selesaikan.
Ketika saya berhasil menyelesaikan artikel yang saya tulis di kumparan, lalu saya bagikan ke media sosial, teman-teman saya yang sudah membaca memberikan feedback terhadap tulisan saya. Saya mendapat banyak respons dan masukan. Selain dari teman-teman saya, saya sendiri sebagai si pembuat konten pun juga bisa mengevaluasi karya saya sendiri. Saya jadi belajar dari karya saya sebelumnya untuk membuat karya yang lebih baik di kemudian hari.
Kita dapat menyelesaikan situs web yang kurang bagus atau bahkan jelek dan ditertawakan orang, tetapi situs web yang kurang bagus itu adalah batu loncatan yang sangat baik untuk situs web kita berikutnya.
ADVERTISEMENT
Dengan memiliki mindset finishing = learning ini dapat membuat kita menjadi lebih mudah dalam menyelesaikan pekerjaan yang sudah kita mulai dan bisa menjadi finisher yang lebih baik di project-project selanjutnya.