Konten dari Pengguna

Lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat: Mau Jadi Apa?

Aisha Calya Azarine
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
18 Mei 2023 5:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisha Calya Azarine tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa China di luar negeri. Foto: PR Image Factory/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa China di luar negeri. Foto: PR Image Factory/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Secara substansi, materi yang masih menjadi keresahan para mahasiswa dan penggiat kesehatan termasuk SKM saat diskusi adalah pertanyaan tentang eksistensi sarjana profesi kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hampir dua tahun mahasiswa kesehatan masyarakat seluruh Indonesia dilema terkait ingin diarahkan ke mana mahasiswa kesehatan masyarakat selepas sarjana, bagi seorang SKM yang idealnya ingin mengabdi di sektor kesehatan ironisnya justru mengalami banyak hambatan (Aryangga, 2022).
Beberapa ahli berpendapat bahwa ilmu kesehatan masyarakat yang diajarkan di perguruan tinggi merupakan bagian dari ilmu kedokteran, sehingga belum sah dianggap sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri.
Namun, beberapa ahli lain memiliki argumentasi yang sebaliknya. Para ahli yang menyatakan bahwa ilmu kesehatan masyarakat bukanlah cabang ilmu yang berdiri sendiri memaparkan beberapa contoh pertanyaan mengenai demarkasi ilmu ini, seperti ilmu administrasi kesehatan merupakan cabang dari pohon ilmu manajemen, ilmu pendidikan dan promosi kesehatan adalah cabang dari ilmu psikologi dan perilaku, ilmu kesehatan lingkungan adalah cabang dari ilmu fisika dan biologi, ilmu biostatistik merupakan cabang dari ilmu matematika, dan lain sebagainya.
Ilustrasi kuliah di luar negeri. Foto: Shutter Stock
Bertolak belakang dengan itu, mereka yang mengungkapkan argumentasi sebaliknya berkata bahwa pendapat mereka benar dengan berteraskan pada dua teori. Pertama, cabang-cabang ilmu bisa berkembang dari dua jenis proses, yaitu dari proses ramifikasi filsafat asal-usul ilmu dan dari proses manusia memecahkan masalahnya. Lalu yang kedua, syarat eksistensi ilmu (ontologi, epistemologi, axiologi) telah dipenuhi oleh ilmu kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, masih banyak orang yang menganggap bahwa ilmu kesehatan selalu diasosiasikan sebagai upaya pengobatan dan penyembuhan.
Pola pikir yang salah semacam ini menyebabkan kesalahpahaman bahwa setiap penyakit dapat disembuhkan. Padahal karakteristik dari upaya kuratif adalah menarget individu atau populasi yang sudah terserang penyakit.
Bercermin darinya, perilaku ini kurang efektif dan efisien serta banyak mengeluarkan biaya. Selain itu, fokus terhadap upaya ini menyebabkan unsur partisipasi dan pemberdayaan masyarakat berkurang serta pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat hanya akan menguncup di kota-kota besar.
Ilustrasi tenaga medis Foto: Maulana Saputra/kumparan
Akibat yang ditimbulkan adalah apabila terjadi wabah akan menyulitkan karena jumlah pasien melebihi kapasitas yang bisa ditangani oleh tenaga kesehatan dalam waktu bersamaan (March Lalonde dan Hendrick L. Blum, 1974).
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai upaya untuk menekan pelayanan kuratif, di sinilah peran badan di bidang kesehatan masyarakat dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan agar upaya kesehatan yang semula hanya menitikberatkan pada medis, kuratif, dan episodik dapat berpindah orientasinya menjadi promotif, protektif, dan protektif.
Masyarakat perlu ditanamkan pengetahuan bahwa kesejahteraan masyarakat yang salah satunya bersumber pada kesehatan justru banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor non-kuratif seperti kesehatan lingkungan dan perilaku hidup.
Mengacu pada perubahan paradigma kesehatan lama yang mulai menekankan sifat proaktif, diharapkan Indonesia dapat mencapai puncak bagian pembangunan nasional dengan menciptakan lingkungan yang kondusif.
Ilustrasi mahasiswa ujian. Foto: exam student/Shutterstock
Untuk mewujudkannya, perlu disiapkan tenaga terlatih di bidang promosi kesehatan termasuk pakar yang memahami sosiologi, antropologi, ilmu penyuluhan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Dalam pelaksanaan hal tersebut, mereka yang ahli di bidang ini, yaitu profesi kesehatan masyarakat itu sendiri, memerlukan strategi pembangunan kesehatan, sasaran, serta kebijaksanaan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, berkelanjutan, menyeluruh, merata, dan terintegrasi.
Paradigma sehat sebagai sumber pembangunan kesehatan dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat agar mandiri dalam menjaga kesehatannya melalui kesadaran akan pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Masyarakat harus dibekali oleh pengetahuan lewat kegiatan seperti promosi kesehatan dan penyuluhan. Berlandaskan pada hal ini, profesi sarjana kesehatan masyarakat yang profesional harus turut aktif berperan dan mendampingi perkembangannya supaya cita-cita pembangunan nasional tercapai.