Konten dari Pengguna

Tingkatkan Mitigasi Bencana, Aceh Bikin Buku Saku Gempa dan Tsunami

Tim ACEHKINI
Partner kumparan 1001 Media
7 Februari 2019 18:33 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim ACEHKINI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kepala BPBA, Teuku Ahmad Dadek menunjukkan buku saku panduan manajemen risiko bencana.
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPBA, Teuku Ahmad Dadek menunjukkan buku saku panduan manajemen risiko bencana.
ADVERTISEMENT
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menerbitkan buku saku panduan untuk masyarakat mengenai manajemen risiko bencana di Provinsi Aceh. Buku setebal 40 halaman itu memuat cara paling aman menyelamatkan diri dari bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi.
ADVERTISEMENT
"Pedoman ringkas berbentuk buku saku bertujuan agar masyarakat Aceh siaga bencana, yang mungkin saja terjadi di masa mendatang," kata Kepala BPBA, Teuku Ahmad Dadek, kepada acehkini, Kamis (7/2).
Buku tersebut ditulis oleh Ahmad Dadek bersama tim BPBA. Menurut Ahmad Dadek, pengetahuan mengenai mitigasi bencana di Aceh sangat penting dan harus diketahui oleh masyarakat. Terlebih, kata dia, Aceh pernah mengalami gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 yang menewaskan sedikitnya 230 ribu jiwa.
Dengan adanya buku saku itu dia berharap masyarakat Aceh dapat memahami bagaimana konsep mengurangi risiko bencana terutama gempa dan tsunami. Ahmad Dadek mengatakan buku itu akan dicetak dan dibagi gratis kepada masyarakat. Sementara bentuk softfile akan diunggah ke situs pemerintah sehingga bisa diunduh secara bebas.
ADVERTISEMENT
Dia berpendapat Aceh memiliki risiko gempa dan tsunami yang sangat besar, sehingga kesadaran masyarakatnya perlu ditingkatkan terus-menerus. "Pengetahuan sangat berkorelasi dengan keselamatan saat bencana," tutur Ahmad Dadek.
Salah satu halaman isi buku saku manajemen risiko bencana di Aceh.
Buku tersebut memuat tiga prinsip dasar menghadapi bencana di Aceh. Pertama, sadar ilmu, artinya keselamatan dalam bencana sangat dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang bencana itu. Misalnya, saat tsunami yang melanda Aceh pada 2004, hanya enam orang warga Pulau Simeulue menjadi korban.
Warga di pulau itu selamat dari amukan tsunami karena punya pengetahuan tentang bencana itu di mana mereka menyebutnya smong. Prinsip kedua adalah sadar gempa, yakni semua wilayah Aceh adalah tempat rawan gempa. Sehingga kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa harus memperhatikan bangunan yang ditempati, barang, dan perabotan di dalamnya. Terakhir, ketiga, adalah sadar smong, yaitu prinsip yang mengajarkan masyarakat agar segera menjauh dari laut seandainya terjadi gempa besar tanpa harus menunggu peringatan dini tsunami.
ADVERTISEMENT
Reporter: Habil Razali