45 Persen Kematian Anak Disebabkan Masalah Gizi

Konten Media Partner
5 Maret 2020 20:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Publik Kesehatan dan Nutrisi. Foto: Habil/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Publik Kesehatan dan Nutrisi. Foto: Habil/acehkini
ADVERTISEMENT
Sebanyak 45 persen kematian anak-anak di dunia, disebabkan masalah gizi. Hal itu disampaikan oleh dr. Natassya Phebe, Nutrition Officer UNICEF dalam sebuah diskusi bertema ‘Cerdaskan Generasi Melalui Pemenuhan Gizi, Menuju Aceh Sehat dan Berkualitas’.
ADVERTISEMENT
Diskusi digelar oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh bersama UNICEF, di sebuah warung kopi di Banda Aceh, Kamis (5/3/2020).
Menurut Natassya, malnutrisi diakibatkan oleh asupan makanan yang kurang bergizi dan penyakit. Salah satu penyebab lain adalah kesalahan pada pola asuh dan faktor kemiskinan. Indonesia bersama banyak negara lain di dunia punya masalah malnutrisi, yang harus ditangani.
Salah satunya masalah gizi lainnya adalah stunting. Tercatat sekitar 149 juta anak-anak dari seluruh dunia menderita stunting, di samping 49 juta yang menderita gizi buruk dan 40 juta penderita kelebihan berat badan.
"Stunting terjadi karena kontribusi gizi ibu dan pola asuh yang salah. Anak nggak bisa mengambil keputusan untuk diri sendiri," kata dia.
ADVERTISEMENT
Karenanya, perlu intervensi bagi ibu hamil serta pemangku kepentingan. Dengan itu penyebab malnutrisi pada anak terdeteksi sejak dini dan bisa dihindari serta kasusnya tidak berulang.
Peluncuran Rumoh Gizi di Kota Langsa. Dok. Humas Aceh
Sementara itu, kata Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, mengklaim program pengentasan stunting di Aceh telah menampakkan hasil. Jika dulu Aceh menjadi daerah ketiga terbanyak kasus stunting di Indonesia, dalam laporan terbaru, Aceh saat ini berada di peringkat lima. Artinya upaya bersama lintas sektor perlahan telah menuai sukses.
"Saya yakin jika kerja sama ini terus kita lakukan, target Aceh bebas stunting di tahun 2022 akan tercapai," kata Dyah.
Di antara upaya lintas sektor yang dilakukan PKK Aceh adalah menggaet para ulama melalui Dinas Pendidikan Dayah, untuk mengampanyekan gerakan anti-stunting. Sasaran para santri Dayah dilakukan sebagai bentuk antisipasi dan kesadaran bahwa para santri itu nantinya akan menjadi ibu yang juga bakal hamil dan melahirkan bayi.
ADVERTISEMENT
"Perlu (sosok) figur untuk mengampanyekan ini. Stunting bukan hanya kena pada anak tapi juga pada bayi dalam kandungan," kata Dyah. Karena itu, ia menegaskan ibu yang hamil patut dan perlu didampingi.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah melalui PKK Aceh adalah membentuk Rumoh Gizi Gampong di seluruh kabupaten/kota di Aceh. Hingga hari ini, Rumoh Gizi telah terbentuk di 18 kabupaten/kota. Deklarasi tempat yang menjadi wadah pendamping posyandu itu bahkan dihadiri langsung oleh Dyah Erti Idawati. Ia bertekad untuk melangkah bersama sehingga gerakan melawan stunting menjadi aksi bersama pula.
"Saya perlu pertegas, kita hanya penggerak. Kita memberi contoh konkrit, karena kita ini fasilitator. Yang kita dorong kabupaten/kota bergiat seperti halnya kita juga," kata Dyah.
ADVERTISEMENT
Tim Stunting Aceh, Aripin Ahmad, mengatakan Provinsi Aceh sangat konsen menangani stunting. Hal itu ditandai dengan dikeluarkan landasan hukum yaitu Peraturan Gubernur No. 14 tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi di Aceh.
Selanjutnya adalah pembentukan Rumoh Gizi Gampong yang belakangan punya landasan untuk didanai dengan dana desa. Gebrakan yang tahun lalu dilakukan itu diharapkan bisa diaplikasikan sepenuhnya oleh gampong pada tahun 2020 ini.
"Apresiasi patut kita berikan pada Bu Dyah yang terus melakukan aksi nyata. Nggak ada beliau nggak jalan ini (kampanye pencegahan stunting)," kata Aripin. []
Asmani dan anaknya yang menderita gizi buruk. Foto: Habil Razali/acehkini