Aceh-Amerika 1873: Marinir Bombardir Kuala Batee (2)

Konten Media Partner
23 Maret 2019 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lukisan Kapal Potomac saat penyerangan ke Kuala Batee, Aceh Barat Daya, Februari 1831. Dok. Lukisan Louis Dodd (Akg Images).
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan Kapal Potomac saat penyerangan ke Kuala Batee, Aceh Barat Daya, Februari 1831. Dok. Lukisan Louis Dodd (Akg Images).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebelum Belanda menyatakan perang dengan Aceh, 26 Maret 1873, hubungan Aceh dan Amerika Serikat sempat mesra, lalu bersitegang dengan kasus Kuala Batee.
ADVERTISEMENT
Kasus pembajakan kapal Friendship, menjadi pembicaraan di Amerika. Negara itu mengirim kapal perang Potomac, kapal induk angkatan laut Amerika pada masa itu, Aceh akan diperangi. Kapal Friendship yang dirompak di perairan Kuala Batee, Aceh, tiba kembali di pelabuhan Salem, Amerika Serikat pada 16 Juli 1831. Persoalan dagang kemudian menjadi isu politik.
Satu pemilik kapal Friendship, Nathanian Silsbee adalah senator dari Partai Republik yang menjadi oposisi pemerintahan Presiden Jackson. Selain itu Nathanian Silsbee merupakan politisi yang sangat berpengaruh di Amerika saat itu.
Empat hari setelah kapal Friendship tiba di pelabuhan Salem, Senator Nathanian Silsbee menyurati Presiden Andrew Jackson, meminta agar Pemerintah Amerika menuntut ganti rugi kepada Aceh.
Sehari kemudian, Nathanian Silsbee menyampaikan sebuah petisi kepada Pemerintah Amerika. Petisi itu ditandatangani oleh hampir seluruh pedagang Salem. Isinya, meminta agar dikirim kapal perang ke Aceh, untuk menuntut ganti rugi atas peristiwa perompakan kapal Friendship.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga dilakukan oleh pemilik kapal Friendship lainnya, Robert Stone dan Andrew Dunlop. Melalui salah seorang sahabat mereka yang dekat dengan Presiden Jackson, mereka meminta kepada Menteri Angkatan Laut Amerika, Levy Woodbury, agar mendesak Presiden Jackson mengrim kapal perang ke Aceh.
Selain itu, Nathanian Silsbee juga secara pribadi menulis surat kepada Menteri Angkatan Laut Amerika, tentang besarnya keresahan pedagang Amerika terhadap peristiwa perompakan di Kuala Batee, khususnya pedagang dari pelabuhan Salem.
M Nur El Ibrahimy dalam buku Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh mengungkapkan, sebelum menerima surat Nathanian Silsbee, Pemerintah Amerika sudah memutuskan akan mengambil tindakan terhadap pelanggaran atas kapal Friendship di Aceh.
Buku Selayang Pandang, karangan H.M Nur El Ibrahimy
Menteri Angkatan Laut Amerika, Levy Woodbury juga sudah melakukan konsultasi dengan Presiden Jackson pada 21 Juli 1831. Presiden kemudian memenuhi permintaan Nathanian Silsbee, ia membubuhi disposisi pada surat tersebut. Pada disposisi surat itu Presiden Jackson menulis. “Untuk mendapat perhatian, dan apabila dianggap perlu, perintah harus dikeluarkan oleh Menteri Angkatan Laut kepada Kapten Potomac,” tulisnya.
ADVERTISEMENT
Potomac merupakan kapal induk Amerika kala itu, terbaik pada masanya. Sejatinya, Potomac akan berlayar ke Inggris, membawa Menteri Luar Negeri Van Buren. Tapi atas perintah Presiden Jackson, kapal itu dialihtugaskan ke Aceh.
Pada 10 Agustus 1831, Komodor John Downes selaku kapten kapal Potomac diberi intruksi tentang langkah-langkah yang akan dilakukan ketika sampai di Kuala Batee, Aceh.
Pertama, dia diminta untuk mencari informasi lebih dahulu soal insiden kapal Friendship. Apabila informasi yang didapat sesuai dengan yang disampaikan Senator Nathanian Silsbee, maka harus menuntut ganti rugi kepada Aceh.
Kedua, kalau tuntutan itu tidak dipenuhi, John Downes diminta untuk menangkap pelaku perompakan kapal Friendship, kemudian membawa mereka ke Amerika Serikat untuk diadili sebagai bajak laut. Ketiga, bila para perompak itu tidak diserahkan, maka pelabuhan Kuala Batee dan benteng pertahanan di sekitarnya harus dimusnahkan, dibombardir hingga hancur.
ADVERTISEMENT
Keempat, kalau informasi yang diperoleh di Kuala Batee berbeda dengan apa yang disampaikan Senator Nathanian Silsbee dan kapten kapal Friendship, atau jika penduduk Kuala Batee berpendapat bahwa perompakan itu dilakukan oleh segelintir orang. Maka, tidak dibenarkan membombardir pelabuhan Kuala Batee. Tindakan yang diambil hanya sebatas menuntut ganti rugi dan menghukum pelakunya saja.
Setelah mendapat intruksi dari pemerintah Amerika Serikat, pada 29 Agustus 1831, Kapal Potomac berangkat dari New York menuju Aceh dengan 260 marinir. Celakanya, sebelum sampai ke Kuala Batee, Kapten Potomac, Komodor John Downes terpengaruh dengan cerita kapten kapal Friendship, Edicot, dan orang-orang Inggris yang dijumpainya di Tanjung Harapan, Afrika. Bahwa harapan untuk mendapat ganti rugi dari pengusaha Kuala Batee tidak mungkin terpenuhi.
Monumen yang mencatat meninggalnya Syahbandar Kuala Batee. Dok. Mapesa
Karena itu, John Downes mengenyampingkan instruksi yang disampaikan pemerintah Amerika Serikat kepadanya. Ia lebih memilih langsung mengambil tindakan menyerang Kuala Batee. Soal ganti rugi, urusan belakangan.
ADVERTISEMENT
John Downes dan 260 orang pasukan marinir Amerika, tak mungkin langsung merapatkan Kapal Potomac ke Kuala Baru. Ia kemudian menyamar sebagai kapten kapal dagang Denmark, agar orang tidak curiga bahwa Kapal Potomac yang dibawanya adalah kapal perang.
Downes mengirim bawahannya, Letnan Marinir Shubrick ke daratan Kuala Batee untuk mengamati keadaan. Rupanya, penduduk Kuala Batu tidak terkecoh dengan penyamaran. Penduduk Kuala Batee berkumpul di pantai untuk menghadapi segala kemungkinan.
Shubrick kembali ke Kapal Potomac, menyampaikan apa yang dilihatnya di daratan. Mendengar laporan itu, Downes memerintahkan untuk mendarat dengan kekuatan penuh ke pelabuhan Kuala Batee. Mereka akan mengepung benteng-benteng di sekitar pelabuhan, serta menangkap pemimpinnya. Penyerangan dilakukan sebelum subuh, 6 Februari 1832.
ADVERTISEMENT
Ketika sampai di darat, masyarakat Kuala Batee yang sudah berkumpul di pantai melakukan perlawanan. Namun masalahnya, yang dihadapi masyarakat bukanlah tandingan mereka, tapi pasukan marinir Amerika Serikat dengan senjata modern.
Warga menjadi bulan-bulanan, dibunuh dalam benteng-benteng sekitar pelabuhan Kuala Batee, sebagian menyelamatkan diri. Sementara di pihak Amerika hanya dua marinir tewas dan sembilan luka-luka. Usai penyerangan, Downes dan pasukannya kembali ke kapal perang Potomac, sambil bergerak pergi, pelabuhan Kuala Batee dibombardir meriam. Kuala Batee, salah satu pelabuhan perdagangan internasional di Aceh kala itu, rata dengan tanah. [bersambung]
Penulis: Iskandar Norman