Acehkini Jalan-jalan: Bertamu ke Rumah Terakhir Raja-Raja Joseon di Korea (1)

Konten Media Partner
6 September 2020 11:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerbang utama Jongmyo Shrine. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang utama Jongmyo Shrine. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Jalanan di pusat kota Seoul, Ibu Kota Korea Selatan terasa lebih sepi dari biasanya. Virus Corona masih menyelimuti kota itu. Hujan sesekali turun, walau musim panas hampir berakhir, seperti Sabtu pagi pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Selama kasus COVID-19 meningkat di Korea Selatan, janjian bertemu dengan teman di dalam ruangan bukan pilihan yang tepat. Karena itu kami memutuskan bertemu di salah satu ruang terbuka kota dan tempat wisata di Seoul. Sambil berpayung dan terus menggunakan masker kami berjalan menuju Jongmyo Shrine, sebuah lokasi tempat peristirahatan terakhir raja-raja dari Dinasti Joseon. Nama ini tak asing bagi anda pecinta drama Korea.
Selain kami, hampir tidak ada turis lain pada hari itu. Setelah berjalan lurus beberapa menit dari exit 7 stasiun subway Jongno Samga, di sebelah kanan akan terlihat pintu gerbang sederhana. Para pengunjung dapat membeli tiket di pintu gerbang.
Di dalam komplek peristirahatan raja-raja Dinasti Joseon. Foto: Khiththati/acehkini
“Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini di internet? Saya sering lewat sini untuk berbelanja tapi tidak pernah masuk” tanya Herin, rekan acehkini.
ADVERTISEMENT
“Rasanya jarang sekali orang tertarik tentang sejarah, terlebih wisatawan muda biasanya lebih gemar berfoto, saya juga,” tambahnya lagi.
Perempuan itu bergegas ke konter untuk membeli tiket. Herin adalah teman acehkini dari Hongkong yang sudah setahun menetap di Korea untuk belajar. “Kita seperti wisatawan nyasar dan pergi melihat-lihat saat hujan turun, untung tempatnya buka,” katanya lagi.
Jongmyo Shrine ini tutup setiap hari Selasa. Harga tiket masuk seribu won atau sekitar Rp 13,500. Sedangkan untuk pelajar tiket harganya hanya 500 won atau senilai Rp 7.000. Tiket itu mempunyai lambang UNESCO setelah lembaga PBB itu memasukkan tempat ini sebagai bagian dari warisan dunia pada 9 Desember 1995.
Jongmyo Shrine adalah tempat menyimpan abu tablet para Raja dan Ratu Dinasti Joseon. Untuk masuk ke dalam komplek, diwajibkan ditemani pemandu yang jadwalnya berbeda-beda untuk setiap bahasa. Ada tiga bahasa lain selain Korea yang dapat para wisatawan pilih, yaitu Inggris, China, dan Jepang.
Jeongjeon Hall, tempat penyimpanan abu raja-raja Dinasti Joseon. Foto: Khiththati/acehkini
Keasrian lingkungan dan perbedaan suasanya setiap musimnya membuat banyak pengunjung betah datang kemari. acehkini telah mengunjungi tempat itu sebelumnya dengan mengikuti tur yang ada seperti ketentuan.
ADVERTISEMENT
Sabtu pekan lalu, karena tidak ada pengunjung lainnya, Kami hanya dibekali sebuah map dan mendapat pengawalan petugas yang mengikuti kemanapun kami pergi, tanpa pemandu wisata.
Beberapa penjelasan selain ditulis menggunakan bahasa Korea, juga menggunakan karakter tulisan chinese kuno. “Karakter ini mirip dengan bahasa Kanton dan bahasa mandarin, sekarang lebih sederhana dan mudah karena di Hongkong, kami masih menggunakan bahasa dengan karakter lama hingga bisa membacanya,” kata Herin sambil menjelaskan beberapa makna tulisan di papan petunjuk.
Suasana di dalam komplek. Foto: Khiththati/acehkini
Kuil Jongmyo ini merupakan yang tertua dan paling otentik dari seluruh kuil-kuil Konfusianisme yang masih bertahan dan berhasil dilestarikan. Kuil sendiri awalnya dibangun pada abad ke-13, sebelum Istana utama kerajaan Joseon, Gyeongbookgung dirancang.
ADVERTISEMENT
Bangunan awal didirikan pada tahun 1394 saat Raja pertama dinasti Taejo memindahkan ibukota kerajaannya ke Hanyang atau sebutan Seoul di masa lalu. Saat invasi Jepang yang berlangsung selama tujuh tahun (1592-1598) bangunan ini terbakar dan dibangun kembali pada 1608.
Jongmyo adalah tempat ritual bagi persemayaman terakhir roh raja dan ratu pada masa dinasti Joseon. Tablet abu di sini diabadikan dan upacara penghormatan dilakukan untuk mereka. Tak satu pun fasilitas yang dihias dengan mewah, tapi terlihat elegan menjaga bentuk otentik kuil utama kerajaan.
Saat ini hanya Korea Selatan yang melestarikan kuil kerajaan untuk tujuan penghormatan, dan terus melakukan ritual tradisional leluhur kerajaan yang dikenal sebagai Jongmyo Jerye dan Jongmyo Jeryeak.
ADVERTISEMENT
Itulah salah satu alasan utama, mengapa Jongmyo masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995. Jongmyo Jerye dan Jongmyo Jeryeak juga ditunjuk UNESCO sebagai karya dari Warisan Budaya Oral dan Tak Berwujud pada tahun 2001. [bersambung]