Acehkini Jalan-jalan: Jongmyo Shrine, Sisi Lain Seoul (3)

Konten Media Partner
12 September 2020 12:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kompleks Jongmyo Shrine, di tengah Kota Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Kompleks Jongmyo Shrine, di tengah Kota Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Perlindungan terhadap cagar budaya Jongmyo Shrine diatur khusus dalam peraturan hukum negara Korea Selatan, termasuk di dalamnya pembatasan perubahan. Kawasan ini dilindungi oleh hukum di bawah undang-undang perlindungan warisan budaya dan sejarah.
ADVERTISEMENT
Jongmyo Shrine adalah tempat menyimpan abu tablet para Raja dan Ratu Dinasti Joseon. UNESCO telah memasukkan tempat ini sebagai bagian dari warisan dunia, sejak 9 Desember 1995.
Tempat itu dikelola khusus. Kantor Manajeman Jongmyo, punya staf sekitar 25 karyawan, bertanggung jawab atas pengelolaan situs sehari-hari. Pemantauan rutin dilakukan dan pemantauan profesional mendalam dilakukan pada basis 3 sampai 4 tahun. Dalam website resmi, disebutkan kawasan sekitar Jongmyo dikelola oleh divisi perencanaan perkotaan, divisi kebijakan lalu lintas, dan bagian warisan budaya di kota metropolitan Seoul.
Pekerjaan konservasi di Jongmyo dilakukan oleh Spesialis Konservasi Warisan Budaya yang telah lulus Ujian Sertifikasi Nasional di bidang keahlian yang relevan. Administrasi Warisan Budaya (CHA) bertanggung jawab untuk menetapkan dan menerapkan kebijakan untuk melindungi Jongmyo, dan mengalokasikan sumber daya keuangan untuk konservasinya.
ADVERTISEMENT
CHA juga menerapkan Rencana Pembentukan Sistem Keamanan Terpadu untuk 5 Istana dan Jongmyo, sejak 2009, dalam persiapan untuk kecelakaan dan/atau bencana yang bisa merugikan warisan. Masyarakat umum diperbolehkan memasuki kawasan warisan hanya pada tur berpemandu, dan akses ke interior bangunan dilarang.
Jeongjeon Hall tempat penyimpanan abu raja-raja Dinasti Joseon. Foto: Khiththati/acehkini
Ada 83 tablet semangat para raja dan ratu yang diabadikan di Balai Utama (Jeongjeon) atau Aula Perdamaian Abadi (Yeongnyeong-jeon). Aula Perdamaian Abadi dibangun pada 1421 setelah Aula Utama kehabisan ruang. Selanjutnya, kedua bangunan itu diperluas beberapa kali, sehingga menghasilkan bentuk linier unik mereka saat ini.
Ada yang menarik di kompleks itu, sebuah kolam kecil dengan pohon berusia ratusan tahun di tengahnya. Selain ini, ada tiga baris batu yang dibuat memanjang lurus dari gerbang utama.
ADVERTISEMENT
Batu kuadrat ini dulunya dibuat untuk tuhan, raja, dan anak laki-laki raja atau putra mahkota. Khusus untuk batu tengah dipersembahkan untuk tuhan. Bahkan siapa saja pun tidak boleh menginjaknya termasuk raja. Sedangkan yang kanan untuk raja, dan kiri untuk anaknya.
Tiga jalan tengah yang dilarang untuk diinjak. Foto: Khiththati/acehkini
“Dinasti Joseon dibangun atas dasar prinsip Konfusianisme yang kuat dan penghormatan serta sopan santun menjadi prioritas sehingga menjadi jalan hidup walaupun Korea sudah berubah moderen seperti sekarang namun nilai-nilai itu tetap penting,” ujar Lee Jimin salah seorang warga Seoul.
“Kita bisa saja tidak mempercayainya, tapi apa salahnya menghormati kepercayaan orang lain,” tambahnya sambil tersenyum.
Kompleks terasa segar dan nyaman sepanjang perjalanan, saat acehkini traveling ke sana pada Sabtu pagi, akhir Agustus 2020 lalu. Puluhan pohon memadati kiri dan kanan bangunan yang ditata sedemikian rupa. Semilir angin sejuk menambah rasa khidmat dan sakral Jongmo Shrine, dibandingkan kompleks lima istana kerajaan Joseon lainnya yang tersebar tidak jauh dari kawasan ini.
ADVERTISEMENT
Jalan-jalan di sini, kita tidak akan merasa sedang berada di jantung Kota Seoul yang sibuk. Bahkan keriuhan Pasar Gwajang dan jalanan Seoul yang padat tidak terdengar, hanya ada kicauan burung. [tamat]
Pohon di kolam kecil yang telah berusia ratusan tahun. Foto: Khiththati/acehkini