news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Acehkini Jalan-jalan: Kompleks Rumah Kuno di Tengah Seoul

Konten Media Partner
29 April 2019 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawasan Buckhon Hanok Village, Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan Buckhon Hanok Village, Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Apa yang terpikir jika Anda mendengar kompleks rumah tua? Seram, kumuh, atau tempat uji nyali para pencari hantu? Namun, Buckhon Hanok Village jauh dari semua kategori itu. Deretan rumah kuno bersejarah di pusat Kota Seoul ini masuk dalam list wajib jika berkunjung ke Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
“Ke Hanguk itu harus pakai hanbok, ke Hanok, dan pastinya haengbok (bahagia),” kisah Liya, wisatawan asal Indonesia tentang kesannya di kompleks kuno, saat berkunjung ke sana awal Maret 2019.
Hanguk adalah nama untuk Korea Selatan, hanbok adalah baju tradisional mereka, dan Hanok adalah ungkapan untuk perumahan tradisional Korea. Ingin mencoba semua dalam satu paket? Turis bisa mencoba menyewa hanbok dan berkeliling Buckhon.
Seorang wisatawan memakai hanbok berpose di depan rumah kuno. Foto: Khiththati/acehkini
Kompleks perumahan bangsawan pada masa Dinasti Joseon ini masih terawat dengan baik. Berada di antara Istana Chandeok dan Gyeongbokgung, serta Jongmyo Shrine, tak terasa atmosfer modern pusat Kota Seoul.
Area yang memilki ratusan rumah tradisional ini sengaja dijaga keasriannya seperti ratusan tahun silam. Pemilik rumah tidak diizinkan mengubah bentuk luar rumah mereka. Karenanya, jika wisatawan berkunjung ke sana, ada larangan untuk tidak terlalu ribut dan mengganggu si empunya rumah saat berkeliling.
Rumah-rumah kuno dengan gang-gang sempit di Seoul. Foto: Khiththati/acehkini
Nuansa tradisional dipertahankan di tengah moderennya Kota Seoul. Foto: Khiththati/acehkini
Kampung ini memiliki gang-gang sempit, jalan yang berliku, dan sesekali menanjak. Ada yang dimanfaatkan juga sebagai pusat kebudayaan, rumah teh, penginapan, juga restoran. Menginap di sini juga pengalaman menyenangkan karena seluruh perabotan yang digunakan masih tradisional. Terasa kembali ke masa Joseon.
ADVERTISEMENT
“Pertama kali ke Korea sempat menyempatkan menginap di Hanok, pokoknya seru,” kisah Liya yang telah dua kali ke sana.
“Perlengkapan kamar tidurnya sangat sederhana, tempo dulu sekali. Pagi hari, kita juga akan mendapat sarapan ala rumah-rumah di Korea,” sambungnya.
Atap dengan arsitektur kuno, dipertahankan sejak 600 tahun lalu. Foto: Khiththati/acehkini
Deretan rumah-rumah memiliki sejarah lebih dari 600 tahun. Buckhon sendiri bermakna desa utara, sesuai lokasinya yang berada sebelah utara Landmarks Seoul, Jongno, dan Cheonggyecheon Stream. Kawasan ini dulunya ditinggali oleh bangsawan berpangkat tinggi, karena berdekatan dengan dua istana inti Kerajaan Joseon.
Rumah tradisional ini dibangun bergaya arsitektur khusus. Dirancang untuk menjaga keadaan topografi lingkungan sekitar. Tak heran, area di sini berliku dan naik turun. Umumnya, dibangun dengan atap yang panjang dan melengkung serta mempunyai lantai ondol, sistem pemanas ruangan tradisional Korea, menjadi penghangat saat musim dingin.
Perkampungan kuno di tengah Kota Seoul. Foto: Khiththati/acehkini
Menurut kepercayaan Konfusianisme atau fengsui dan prinsip geomatik, Bukchon berada di posisi yang baik. Terletak di kaki gunung selatan yang menghubungkan Baegak dan Eungbongsan.
ADVERTISEMENT
Berkat kepedulian generasi baru terhadap sejarah dan nilai estetika, tinggal di hanok menjadi tren baru di Korea Selatan. Beberapa di antaranya membeli rumah tradisonal, memulai konsep ramah lingkungan berkelanjutan seperti diajarkan nenek moyang dulu.
Pemerintah Korea mewajibkan pemilik rumah menjaga bangunan kuno tersebut. Foto: Khiththati/acehkini
Bagi turis, lokasi ini menarik minat. Penuh dengan area yang instagramable, Buckhon yang berada di Gyedong-gil, Jongno-gu, Seoul, dapat ditempuh dengan naik Subway Seoul line 3 berwarna oranye dan turun di Anguk Station pintu keluar 2 atau 3.
Ingin lebih terasa petualangan ala masa lalu? Pengunjung bisa menyewa baju hanbok. Harga dibanderol 10 ribu hingga 20 ribu won atau sekitar Rp 130 ribu sampai 230 ribu per jamnya. “Dulu, saat wisata pertama, saya enggak kemari, enggak kuat tenaga karena areanya naik turun,” ungkap Dessy Prasinta.
ADVERTISEMENT
“Kalau sekarang sebelum berangkat dari Indonesia, udah olahraga pemanasan dulu, persiapan badan,” sambungnya berbisik sambil tertawa. Dia juga sudah dua kali mengunjungi Korea Selatan.
Penuh dengan area yang instagramable. Foto: Khiththati/acehkini
Jalanannya menanjak dan menurun di dalam komplek rumoh kuno. Foto: Khiththati/acehkini
Menjelajahi seluruh area di Buckhon membutuhkan waktu sekitar 3 jam 30 menit. Pengunjung nantinya juga akan melewati beragam toko antik, butik, dan museum kecil, bahkan beberapa lokasi pembuatan kerajinan tradisional yang bisa dicoba. Ada beragam jajanan kaki lima tradisional.
Sebenarnya pesona hanok ini ada di gang-gang kecil yang berliku. Di antara rumah-rumah tua namun masih asri. Para ibu rumah tangga menggantung jemuran mereka di luar. Perkarangan rumah penuh dengan cabai merah dijemur, serta anak-anak berlarian dan bermain di pojok-pojok gang.
“Karena beberapa area bentuknya seperti labirin, kalau enggak ada peta kita bisa tersesat. Namun, para warga sangat ramah menunjukan jalan walaupun dengan bahasa seadanya,” jelas Dessy.
Tidak hanya wisatawan asing, tapi juga wisatawan lokal Korea meramaikan tempat itu. Foto: Khiththati/acehkini
Keasriannya menarik sutradara drama-drama Korea menjadikannya lokasi pengambilan gambar. Beberapa drama populer syuting di sini, seperti: Personal Taste, yang dibintangi Lee Min Ho; dan Goblin, yang diperankan Gong Yo. Selain itu, juga beragam Variety Show, seperti: EXO Show Time, 1day2Night, dan First Time In Korea yang sedang populer.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Buckhon Hanok Village menjadi favorit tidak saja bagi turis, namun juga penduduk lokal. Tidak heran, saat menjelajah lokasi ini, akan terlihat gadis-gadis Korea lewat memakai hanbok, sambil menenteng tongkat stik selfie. []
Arsitektur kuno masih terjaga di Bockhon Hanok Village. Foto: Khiththati/acehkini
Reporter: Khiththati (Korea)