news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Acehkini Jalan-jalan: Little Mecca dan Kisah Masjid Pertama di India

Konten Media Partner
23 Maret 2019 8:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Cheraman Juma, Kerala, India. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Cheraman Juma, Kerala, India. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Jika Aceh dikenal dengan Serambi Mekkah, maka di India di tepian Laut Arab ada tempat yang disebut the Little Mecca. Julukan ini dimiliki oleh Kerala, salah satu distrik di negara anak benua, India.
ADVERTISEMENT
Pemberian nama ini bukan tanpa sebab. Kisah awal masuknya Islam ke India menjadi alasannya. Di sana pula terdapat Masjid Cheraman Juma, masjid paling tua di India. Berada di Kodungallur atau 35 kilometer dari Cochi, Ibu kota Kerala, tempat ini dapat dijangkau dengan berkendara dari Ernakulam ke arah kanan. Lokasinya tak jauh dari laut berpasir putih, di persimpangan jalan kecil.
Pamplet kantor masjid tertua di India. Foto: Khiththati/acehkini
Masjid itu tidak tampak seperti bangunan tua, tanpa menara. Kubah kecil yang ada di tengahnya berwarna biru terang, sedangkan tembok dicat dengan warna lebih pudar. Sementara di halaman terdapat sebuah kantor.
Mesjid ini memiliki ruang khusus untuk perempuan. Ya sedikit berbeda dengan kebanyakan masjid lain di India yang tidak menyediakannya. Lalu, ada kolam besar di belakangnya dengan tangga menyentuh air. Selain itu juga ada museum kecil dan tempat pelatihan.
ADVERTISEMENT
Muhammad Sayyed, salah satu Ketua Dewan Pengurus Masjid bercerita muasal masjid saat ditemui Acehkini di kantornya, Sabtu (26/1), sambil menikmati chai, teh susu khas India.
“Riwayat yang paling terkenal dan dipercaya banyak orang adalah kisah Raja di sini yang melihat mimpi dan kemudian ke Mekkah untuk bertemu Rasulullah,” ujar Muhammad Sayyed.
Raja itu bernama Rama Varma Kulashekhara. “Kisah ini sudah diceritakan turun temurun, ia (Raja) merupakan orang India pertama yang masuk Islam,” sambungnya.
Pertokoan di depan Masjid Cheraman Juma. Foto: Khiththati/acehkini
Sayyed mengisahkan, saat raja sedang bersantai di beranda istana, melihat peristiwa yang cukup aneh. Bulan terbelah dua. Saat itu ia memanggil semua peramal istana. Tapi jawaban mereka tak satupun memuaskan raja.
Rama Varma penasaran. Dia kemudian bertemu pengembara dari Arab yang singgah di dermaga. Semua pertanyaan terjawab dengan jelas. Raja kemudian memberikan tahta kepada anaknya dan mengembara bersama rombongan menuju Madinah bertemu Rasulullah, Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Kisah ini ditulis setidaknya dalam beberapa buku yaitu Muhammed Rasulullah karangan M. Hamidullah, Malabar Manual karya William Logan, dan buku Ahmed Zainudhin Makthum yang berjudul Thufhathul Mujahideen.
Sebuah kolam di belakang masjid, ramai dikunjungi siswa. Foto: Khiththati/acehkini
Sesampai di Madinah, Raja Rama Varma memeluk Islam dan berganti nama menjadi Thajudin. Dalam buku Balakrishnapillai berjudul History of Kerala: An introduction menulis bahwa Sang Raja bertemu langsung dengan Rasulullah, Muhammad SAW.
Pertemuan itu juga tercatat dalam Hadist Bukhari dan Abu Said Al-Khudri. “Raja dari India datang untuk menemui Rasulullah dengan membawa botol acar yang terdapat jahe di dalamnya, Rasulullah membagikannya kepada para majelisnya dan saya juga menerima sedikit untuk dimakan.”
“Raja kemudian sempat berhaji di Mekkah,” kata Sayed.
Usai beribadah haji, dalam perjalanan pulangnya, Raja Rama atau Thajudin meninggal daerah Oman sekarang. Dia sempat menulis surat kepada anaknya, isinya meminta untuk untuk menyambut utusan yang datang ke sana. Surat tersebut kemudian jatuh ke tangan Malik Bin Dinar, kepala rombongan dalam perjalanan ke Kerala.
Masjid ini dipisahkan jamaah laki-laki dan perempuan. Foto: Khiththati/acehkini
Malik bin Dinar adalah golongan tabiin paling masyur. Ia lahir di Basrah, Irak. Malik Bin Dinar tidak pernah bertemu Rasulullah, namun gurunya Anas Bin Malik adalah sahabat karib Nabi Muhammad yang juga berasal dari Basrah, dan pelafal hadist. Seperti diriwayatkan dalam kitab Siyar A’lam An Nubala’.
ADVERTISEMENT
“Rombongan ini diterima dengan baik bahkan diberikan keleluasaan mendirikan tempat ibadah,” ujarnya.
“Jadilah ini masjid yang pertama kali dibangun Malik Bin Dinar dan diikuti oleh masjid lainnya yang totalnya ada 10,” sambungnya Sayyed.
Masjid ini diperkirakan selesai pada tahun 629 Masehi. Malik Bin Dinar bersama 20 orang rombongannya juga memulai shalat jumat di sini. Beberapa sejarawan percaya bahwa masjid ini tempat dilaksanakan shalat jamaah Jumat kedua setelah Masjid Nabawi di Madinah.
Prasasti penanggalan pembangunan masjid, 629 Masehi. Foto: Khiththati/acehkini
Renovasi mesjid dilakukan pada abad ke-11, kemudian tahun 1974 juga dilakukan perbaikan di bagian depan. Penambahan jumlah jamaah membuat Mesjid ini diperluas kembali pada tahun 1994 dan 2001.
Proses perbaikan mesjid tidak mengabaikan nilai sejarah yang ada. struktur arsitektur Kerala tetap terlihat. Atap, mihrab dan mimbar dipugar tanpa merusak keasliannya.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan kolam di belakang mesjid. Tak hanya itu, di bagian dalam juga terdapat lampu minyak kuno yang masih tetap dihidupkan sampai sekarang.
Pada lampu itu terukir aksara kuno yang digunakan penduduk setempat di masa lampau. Lampu minyak ini juga mirip dengan lampu minyak kuno yang ada di Aceh.
Ruangan museum Masjid Cheraman Juma, India. Foto: Khiththati/acehkini
Selain padat pada hari Jumat dan shalat berjamaah, Masjid ini ramai dikunjungi para peziarah, tidak tidak hanya muslim tapi juga agama lain. Dengan ruang masuk yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, kita harus membasuh kaki dan juga muka jika ingin masuk untuk ikut berdoa di sana.
Ada dua kuburan di bagian belakang. Kuburan dipercaya milik suami istri bernama Habib Bin Malik dan Khumarriah. Mereka diberi tugas menjaga Masjid Cheraman Juma setelah Malik Bin Dinar membangun masjid di lokasi lain.
ADVERTISEMENT
Satu riwayat menyebut Malik Bin Dinar meninggal dan dikuburkan di Kerala, tapi sebuaah riwayat lainnya menyebutkan bahwa ulama itu kembali ke tempat kelahirannya dan wafat di sana
Salah satu ruangan shalat dan berdoa untuk perempuan. Foto: Khiththati/acehkini
Bagian dalam masjid tertua di India. Foto: Khiththati/acehkini
Masjid Cheraman Juma kerap dikunjungi siswa dan wisatawan. Saat Acehkini berada di sana, ada tiga turis perempuan dari Eropa, yang ikut berkunjung ke lokasi bersejarah itu.
“Saya mendengar tentang keindahan Kerala jadi mengajak teman ke mari” ungkap Fatimah, turis itu. “Semua orang di sini ramah-ramah,” tambahnya lagi.
Tertarik berkunjung? Jangan lupa melihat-lihat museum kecil yang menampilkan arsitektur dan sejarah masjidnya. []
Reporter: Khiththati (India)