news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Acehkini Jalan-jalan: Melihat Kemegahan Istana Gyeongbok di Korea

Konten Media Partner
10 Maret 2019 9:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisatawan berfoto di salah satu bangunan dalam komplek istana Gyeongbok, Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan berfoto di salah satu bangunan dalam komplek istana Gyeongbok, Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Hana, dul, set (satu, dua, tiga) iya, bagus ke depan lagi sekali lagi, senyum,” ujar seorang pemandu wisata mengarahkan rombongannya untuk foto bersama. Gambar sempurna berlatar gerbang besar Istana Gyeongbok pun terekam.
ADVERTISEMENT
Beruntung, Acehkini berkesempatan untuk berkunjung ke sana, Kamis (28/2). Ya, tak lengkap rasanya jalan-jalan ke Seoul, Korea Selatan, tanpa memiliki koleksi foto di Istana peninggalan Dinasti Joseon ini.
Saat kami berkunjung ke sana, langit hari itu cukup cerah karena musim dingin hampir berakhir. Konter tiket pun terlihat dipenuhi antrian wisatawan lokal maupun mancanegara, mulai dari anak-anak hingga orang tua pun berkunjung ke sana.
Bagian dalam istana Gyeongbok di tengah Kota Seoul. Foto: Khiththati/acehkini
Untuk masuk ke Istana Gyeongbok, turis dikenakan biaya 3.000 won atau setara Rp 39 ribu. Saat memasuki halaman istana, banyak perempuan muda dan tua hingga para pria berkeliling menggunakan hanbok, baju tradisional Korea sambil berswafoto.
Terlihat juga beberapa wisatawan asing ikut menggunakan baju itu. Uniknya, jika memakai pakaian tradisional tersebut, anda dibebaskan dari biaya tiket masuk istana. Jangan khawatir beberapa tempat penyewaan baju hanbok tak jauh dari istana.
ADVERTISEMENT
Oh ya, area wisata ini pun dibuat ramah disabilitas. Bagi pelancong yang menggunakan kursi roda, tidak akan kesulitan untuk ikut berjalan-jalan. Layanan sewa kursi roda tersedia di pos jaga Geunjeongmun, dekat pintu gerbang.
“Gyeongbok selalu ramai dan penuh,” papar Jimin, seorang warga Korea Selatan.
Menurut Jimin, lokasi istana yang berada di pusat kota membuatnya memiliki akses yang mudah. Di sekitarnya banyak hot place yang berkaitan erat dengan masa lalu.
“Areanya juga luas walaupun masih ada restorasi sedikit namun tetap cantik,” tambahnya lagi.
Para pelancong dengan pakaian hanbok di istana Gyeongbok. Foto: Khiththati/acehkini
Pengunjung tetap diperbolehkan masuk sampai satu jam sebelum tutup. Situs bersejarah nomor 117 di Korea ini memiliki jam berkunjung sedikit berbeda setiap musimnya. Jika anda ingin berkunjung ke sini, jangan pergi ke istana ini pada hari Selasa, ya. Sebab, Gyeongbokgung tutup setiap hari Selasa, berbeda dengan istana lain yang tutup setiap hari Senin.
ADVERTISEMENT
Untuk menjelajahi arsitektur menawan masa lalu di tengah modernnya Kota Seoul, anda membutuhkan waktu seharian, apalagi bagi pecinta sejarah. Istana ini juga menjadi contoh pembuatan beberapa set drama kolosal terkenal.
Bayangkan, istana terdiri dari 330 bangunan. Memiliki hingga 3.000 pekerja yang bertugas sehari-hari, termasuk 140 orang kasim (pelayan istana) yang semuanya melayani keluarga kerajaan.
Penjaga istana Gyeongbok, tradisi yang dipelihara sejak lama. Foto: Khiththtati/acehkini
Di sini pengunjung juga dapat disuguhkan proses pergantian pengawal istana yang berlangsung setiap harinya. Upacara ini menjadi tontonan yang menarik dan selalu diminati pengunjung. Dan proses ini tak pernah berubah sejak zaman Joseon, yakni dilakukan di gerbang Gwanghwamun, pintu utama untuk memasuki Gyeongbokgung.
Dinding dan lorong di dalam komplek istana Gyeongbok, bangunan bersejarah di Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
Istana ini juga dikelilingi dinding sepanjang 2.404 meter, tinggi rata-rata 5 meter dan tebal 2 meter. Ada empat 4 gerbang jalur masuk, yaitu Gwanghwamun pintu selatan, Geonchunmun di bagian timur, Yeongchumun sebelah barat, dan Sinmumun di utara. Pemberian nama gerbang ini dilakukan pada tahun 1426 di masa Raja Sejong.
ADVERTISEMENT
Nama ini sebagai penanda musim yaitu semi, panas, gugur dan musim dingin, serta 4 elemen dari 5 ideologi tradisional yaitu kayu, api, logam, dan air.
“Tidak ada yang berubah dari Istana ini, Pemerintah Korea (Selatan) tahu betul bagaimana menjaga aset arkeologi mereka” ungkap Dessy, wisatawan Indonesia yang ditemui Acehkini di sana.
Selain itu, istana ini juga memiliki dua museum yang dapat dijelajahi secara gratis. The National Palace Museum of Korea terletak di selatan Heungnyemun Gate, dan Museum Folk Nasional terletak di sisi timur dalam Hyangwonjeong Gate.
“Dua tahun lalu saat, saya datang berfoto di antara pohon itu, bedanya dulu musim semi jadi ada bunga cantik, tapi ini musim dingin pohonnya kering,” sambungnya menunjuk pohon kering di dekat tembok.
Para wisatawan ramai berkunjung ke sana, istana itu tutup pada hari Selasa. Foto: Khiththati/acehkini
Sejarahnya, Seoul atau Hanyang pada masa lalu adalah pusat pemerintahan Dinasti Joseon. Ada lima istana di sini yang sering dijadikan tempat peristirahatan keluarga kerajaan. Selain Gyeongbok ada Gyeonghuigung, Istana Deoksugung, Changgyeonggung dan Changdeokgung Palace.
ADVERTISEMENT
Gung atau goong, merupakan Nahasa Korea untuk menyebut istana. Gyeongbok bisa dikatakan paling populer dibandingkan empat istana lainnya. Berada di ujung jalan jalur utama jalanan Seoul, Gwanghamun, tak jauh dari Blue House atau kediaman Presiden Korea Selatan.
Nama Gyeongbok serdiri bermakna "yang sangat diberkati surga". Awalnya dibangun oleh Raja Taejo pendiri kerajaan Joseon pada 1395 menjadi istana utama hingga tahun 1592. Setelah itu, istana itu terus diperluas pada masa pemerintahan Raja Taejon dan Raja Sejong yang Agung.
Tak lama sesudahnya, istana rusak parah akibat kebakaran tahun 1553. Raja Myeongjong, yang memerintah setelahnya melakukan renovasi dengan biaya besar, selesai pada tahun berikutnya.
Istana Gyeongbok pernah hancur di masa invasi Jepang, dibangun kembali sesudahnya. Foto: Khiththati/acehkini
Istana ini dibangun dan dihancurkan berkali-kali dalam sejarah. Selama perang Imjin atau invasi Jepang dalam kurun tahun 1592 sampai 1598, kediaman raja ini kembali dihanguskan oleh api.
ADVERTISEMENT
Namun empat dekade kemudian, Gyeongbokgung terbakar habis selama invasi Jepang ke Korea. Istana dipindahkan ke Changdeok Palace, sementara reruntuhan Gyeongbokgung tak tersentuh selama tiga abad berikutnya.
Wisatawan berfoto di salah satu bangunan bersejarah Kota Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
Bangunan ini dibiarkan terbengkalai selama 300 tahun, hingga akhirnya Heungseong Daewongu memulai kembali proyek pembangunannya tahun 1865. Seluruh bagian istana kemudian dipulihkan kembali pada pemerintahan Raja Gojong yang berkuasa dari tahun 1852-1919.
Bagian penting dalam perkarangan seperti Gyeonghaeru Paviliun dan kolam Hyangwonjeong, representatif kekuasaan raja, tetap utuh. Raja Gojong pindah ke sana tahun 1868. Proyek besar ini hampir membuat pemerintah bangkrut. Unik, bukan sejarahnya.
Jadi, jika anda ke Korea, jangan lupa singgah ke sana.
Salah satu bangunan di komplek istana Gyeongbok, arsitektur kuno yang megah. Foto: Khiththati/acehkini
Reporter: Khiththati (Korea)