Acehkini Jalan-jalan: Menelusuri Jejak Romawi di Sudut Turki

Konten Media Partner
6 November 2021 9:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kepingan-kepingan Romawi Kuno masih jelas menghiasi Provinsi Antalya, Turki. Wilayah ini paling banyak dikunjungi orang Rusia, tak hanya menawarkan wisata sejarah, tapi juga pantai indah. Simak laporan Rizqan Kamil untuk acehkini jalan-jalan berikut ini.
Artefak peninggalan Romawi Kuno di Antalya. Foto: Rizkan Kamil untuk acehkini
Menetap di Ankara, saya bersama seorang teman lainnya berangkat ke Antalya memakai jasa aplikasi Blablacar, jasa menumpang di mobil pribadi orang. Dengan waktu yang sudah ditentukan, kami dijemput di sebuah tempat yang telah disepakati.
ADVERTISEMENT
Kami berangkat dari Ankara pukul 10.15 pagi, disopiri aparatur negara yang sedang bertugas ke Antalya. Perjalanan kami ke Antalya memakan waktu 7 jam dengan jarak tempuh 516 kilometer.
Tiba di Antalya pada sore hari, kami diturunkan di terminal. Dari sana, memakai tramway untuk mencari penginapan di pusat kota. Penginapan di Antalya bisa dikategorikan mudah dan murah, mengingat kota ini adalah kota turis nomor dua di Turki setelah Istanbul. Tahun 2019, dalam catatan pemerintah ada 13,6 juta turis yang berkunjung ke kota ini.
Setelah mendapat penginapan, bermodalkan Google Map kami ke Hadrian's Gate, sebuah gerbang yang dibangun pada tahun 130 Masehi untuk memperingati kunjungan Kaisar Hadrian ke Antalya. Kaisar Hadrian adalah penguasa Romawi tahun 117-138 Masehi, terkenal dengan pemberi nama Palaestina, kini dikenal dengan Palestina.
Hadrian's Gate. Foto: Rizkan Kamil untuk acehkini
Setelah mengunjungi Hadrian`s Gate, esoknya kami mengunjungi Antalya Museum. Museum ini pernah memenangkan “European Council Special Prize” tahun 1988. Di museum ini kami menyaksikan berbagai artefak yang diambil dari kota kuno Romawi. Ada 30.000 artefak yang dikumpulkan dan hanya 5.000 artefak pilihan yang dipamerkan. Kebanyakan artefak diambil dari kota kuno Perge. Di kota itu, pernah hidup Apollonius, seorang matematikawan yang berhasil mendeskripsikan keluarga kurva, terdiri dari lingkaran, parabola dan hiperbola.
ADVERTISEMENT
Provinsi Antalya sendiri memiliki 31 kota Romawi Kuno. Sebaran jarak kota-kota kuno dengan pusat kota agak jauh. Jadi kami harus memilah-milah yang mana harus diprioritaskan. Pertimbangan kemudahan transportasi jadi acuan, akhirnya kami memilih Kota Aspendos.
Aspendos adalah kota kuno yang dibangun abad ke-5 SM, sempat ditaklukkan Persia tahun 411 SM, kemudian jatuh ke tangan Romawi tahun 330 SM.
Perjalanan ke Aspendos dari Antalya memakai bus antarkota dengan durasi sejam, namun bus antar kota hanya sampai di distrik Serik. Dari Serik, kami naik Dolmuş (Minibus tradisional Turki) ke kota kuno Aspendos. Atmosfir perjalanan ke sana menyenangkan. Sepanjang jalan disuguhi pemandangan kebun Zaytun dan buah Delima merah.
Teater Aspendos, peninggalan Romawi Kuno. Foto: Rizkan Kamil untuk acehkini
Teater Aspendos adalah peninggalan paling terkenal di Kota Aspendos. Teater ini yang terbesar dibangun orang Romawi di wilayah Asia, juga salah satu contoh arsitektur teater Romawi yang paling terpelihara. Mampu memuat hingga 20.000 penonton.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Antalya sering memakai teater ini untuk acara eksklusif, termasuk “International Opera & Ballet Festival”. Penyanyi Perancis paling sukses sepanjang masa, Dalida, melakukan konser terakhirnya di sini pada 1987.
Mempersingkat waktu, dari Antalya kami beralih ke Demre, kota kecil yang masih dalam wilayah administrasi Antalya. Kota ini terkenal dengan Kota Kuno Myra dan sejarah Sinterklas. Sinterklas atau Santa dalam budaya barat adalah sosok dewasa yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya Hari Natal. Santa lahir tahun 280 Masehi di kota kuno Patara, 85 kilometer dari Demre. Ia pindah, kemudian diangkat menjadi uskup di Myra.
Kota Kuno Myra. Foto: Rizkan Kamil untuk acehkini
Myra adalah kota kuno yang dibangun abad ke-5 SM. Pernah berkembang pesat abad kedua Masehi. Kelak dikepung pasukan Khalifah Harun al-Rasyid tahun 809 Masehi. Akibat serangan, banjir dan gempa bumi, kota ini akhirnya ditinggalkan pada abad ke-11 Masehi.
ADVERTISEMENT
Puas mengitari Demre, perjalanan kami berlanjut ke distrik Kaş. Kami terpana dengan banyaknya wajah-wajah Eropa di sini. Ternyata kota ini dikenal sebagai spot terbaik untuk diving. Kota Kas menawarkan spot diving hingga 50 titik.
Kota Kaş juga tak luput dari sejarah Romawi. Di sini kami melihat teater dari kota kuno Anthipellos. Teaternya menarik, satu-satunya teater Romawi di Asia yang dibangun menghadap ke laut.
Kota Kas dalam wilayah Antalya, Turki. Foto: Rizkan Kamil untuk acehkini
Awal 1990-an, pariwisata berkembang pesat di Kaş, pengunjung utamanya adalah serpihan turis yang berkunjung untuk melihat langsung sejarah Sinterklas dari Myra. Mengingat dari Demre ke Kaş hanya sejauh 45 kilometer, para turis lebih memilih singgah ke kota ini dibandingkan kembali ke Antalya. Peluang ini kemudian dipakai oleh pemerintah Turki untuk menjadikan Kaş sebagai kota transit bagi turis.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Turki menyadari bahwa tulang punggung mereka adalah wisata, mereka berusaha mengkombinasikan sejarah, alam dan religi sebagai tawaran destinasi untuk turis. Jika Istanbul, Bursa dan Konya diplot sebagai segmentasi turis muslim. Maka, Cappadocia segmentasi bulan madu untuk pengantin baru, Trabzon dan Rize dengan segmentasi alam hijau untuk turis Arab, serta Antalya adalah segmentasi pantai dan sejarah-sejarah Romawi. []
View pantai Antalya yang menjadi daya tarik turis selaih wisata sejarah Romawi Kuno. Foto: Rizqan Kamil untuk acehkini