Acehkini Jalan-jalan: Mengenal Red Fort, Benteng Tua Ikonnya India

Konten Media Partner
18 Agustus 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Red Fort, India. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Red Fort, India. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Taj Mahal boleh jadi sebagai objek wisata terkenal di India. Namun berbicara ikon, mungkin Red Fort sedikit lebih unggul. Ukurannya sederhana saja, hampir semua situs dan website resmi pemerintah India menggunakan fotonya.
ADVERTISEMENT
Kisahnya tak lepas dari kemerdekaan India pada 15 Agustus 1947. Saat itu, Jawaharlal Nehru mengibarkan bendera India di atas Gerbang Lahore, pintu utama Red Fort. Ia merupakan perdana menteri pertama Hindustan. Tradisi yang dimulai oleh Nehru, terus berlanjut sampai sekarang. Setiap tanggal 15 Agustus, bendera dikibarkan dan pidato kenegaraan disampaikan di sini.
Pengunjung di Banteng Merah, India. Foto: Khiththati/acehkini
Bendera India di atas benteng. Foto: Khiththati/acehkini
Benteng ini awalnya diberi nama Qila I Mubarak atau benteng yang diberkati. Pembangunannya dilakukan pada 12 Mei 1638, bertepatan dengan bulan Muharam, bulan pertama dalam kalender Islam.
Shah Jahan kala itu naik tahta, sebagai sultan kelima kerajaan Mughal. Ia merencanakan pembangunan ini sebagai pusat pemerintahan baru, setelah ibu kota kesultanan pindah dari Agra ke Delhi. Pemilihan warna merah dan putih pada sebagian bangunan di dalam benteng, karena itu kesukaan sultan. Ustad Ahmad Lahori ditunjuk sebagai arsitek. Ia nantinya juga menjadi perancang Taj Mahal.
Pengunjung berfoto dengan latar Delhi Gate di Benteng Merah. Foto: Khiththati/acehkini
Arsitektur tiang-tiang benteng yang kokoh. Foto: Khiththati/acehkini
Benteng berada di pinggiran sungai Jamuna. Dari sana lah air untuk mengaliri parit sekitar benteng diambil. Pembangunannya dikerjakan di bawah pengawasan langsung Sultan Shah Jahan, selesai 6 April 1648.
ADVERTISEMENT
Namanya kemudian dikenal sebagai Lal Quila atau benteng merah. Penyebutan ini dikarenakan warna bangunan yang berdinding merah, terbuat dari batu pasir merah. Sultan juga membuat beberapa istana kecil di dalam benteng. Tempat tinggalnya berupa paviliun yang terhubung dengan saluran air bernama Nahri Bihisht atau aliran surga.
Komplek benteng merah dianggap sebagai puncak kreativitas Mughal di bawah pemerintahan Shah Jahan. Persiapan pembangunannya lebih matang dibandingkan pendahulunya Agra Fort di Agra. Walaupun dirancang dengan pengambaran Alquran serta ciri khas Islam, namun setiap bangunan di dalam komplek mencermikan khas Mughal yang dikenal sebagai campuran Islam, Persia dan Indo.
Moti Masjid di dalam benteng. Foto: Khiththati/acehkini
Langit-langit Rang Mahal, beberapa ornamennya telah dicongkel. Foto: Khiththati/acehkini
Bangunan benteng dilengkapi taman, memberi pengaruh pada gaya pembangunan istana dan taman lainnya di Delhi, Rajastan, Punjab, Kashmir dan tempat lainnya.
ADVERTISEMENT
Istana Sultan berada di pusat Shah Jahanabad, atau dikenal sebagai kawasan Old Delhi sekarang. Saat tampuk kepemimpinan jatuh kepada Aurangzeb, ia menambah sebuah masjid cantik di dalam benteng dan memperbaharui pintu gerbang utama.
Pada abad ke-18, Mughal mengalami kemunduran. Peralihan kekuasaan, intrik politik, pemberontakan serta penjarahan membawa dampak buruk kepada Red Fort. Karya seni dan ragam perhiasan berharga di dalam benteng dijarah, bahkan beberapa bagian bangunan diganti. Contohnya langit-langit perak di paviliun Rang Mahal dicongkel.
Rang Mahal, salah satu bangunan di dalam benteng. Foto: Khiththati/acehkini
Pengunjung di taman benteng. Foto: Khiththati/acehkini
Sebagian besar benda curian tersebut dijual kepada kolektor pribadi dan beberapa museum. Beberapa di antaranya kini bisa dilihat di Inggis, seperti berlian Kohi Noor yang langka, cangkir minum batu giok Shah Jahan, mahkota Bahadur Shah II dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Walaupun beberapa bagian bangunan dan marmer sempat rusak pada pendudukan Inggris di tahun 1857, beberapa bangunan di dalamnya dalam kondisi cukup baik. Proses restorasi terus dilakukan. Pemerintah Inggris juga sempat mengadili sultan terakhir Mughal di sini, sebelum akhirnya diasingkan ke Yangon, Myammar pada 1858.
Rang Mahal, salah satu bangunan di dalam benteng. Foto: Khiththati/acehkini
Ornamen cantik di salah satu bangunan. Foto: Khiththati/acehkini
Kini benteng ini menjadi tempat kunjungan populer di New Delhi. Ribuan orang datang setiap tahunnya. Saat kita masuk ke dalam, masih terlihat beberapa dinding yang hilang perhiasannya akibat penjarahan. Masjid dan Hamam atau pemandian istana saat ini tertutup untuk umum, namun pengunjung masih bisa mencuri-curi lihat dengan mengintip dari kisi-kisi bangunan.
Komplek ini memiliki luas 103 hektare. Dikelilingi tembok pertahanan sepanjang 2,4 kilometer yang diselingi oleh menara dengan berbagai ketinggian. Berbentuk segi delapan, gerbang Lahore dan Delhi digunakan untuk pintu masuk umum. Sedangkan Gerbang Khizrabad diperuntuhkan untuk sultan dan keluarga kerajaan. Kono dulunya saat pelaksanaan salat Jumat, sultan akan melalui gerbang ini untuk menuju ke Jama Masjid Delhi, berada tak jauh dari sana.
Divan-i Khas, bangunan paling mahal di benteng. Foto: Khiththati/acehkini
Bangunannya bercirikan arsitektur Mughal. Foto: Khiththati/acehkini
Benteng dibuka untuk pengunjung setiap hari kecuali Senin, dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 22.00 waktu setempat. Ada berbagai pertunjukan suara dan cahaya setiap harinya. Show tentang sejarah Mughal menjadi incaran wisatawan di malam hari. Pertunjukan berlangsung satu jam, memiliki 2 pilihan yaitu berbahasa Hindi dan bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Harga tiket untuk wisatawan asing dibanderol 500 rupee atau sekitar Rp 115 ribu. Setelah membeli tiket penggunjung masuk melalui gerbang Lahore dan langsung menuju Chatta Chowk. Di sini pada masa Mughal, tempat menjual beragam perhiasan, kain sutra dan barang rumah tangga. Sampai saat ini pedagang terus berjualan.
Pasar Chatta Chokw. Foto: Khiththati/acehkini
Taman dengan tiga bangunan dari jauh, Divan-i Khas_Khas Mahal dan Rang Mahal. Foto: Khiththati/acehkini
Tak jauh dari situ ada Naubat Khana atau ruang gendang kecil. Dulu musik dimainkan di sini dengan interval tertentu. Kemudian ada area pengadilan utama, dan Devan-i Khas atau ruang audiensi publik. Bagian selatan ada Mumtaz Mahal dibangun khusus untuk sang istri oleh Shah Jahan. Lalu Rang Mahal, istana penuh warna cerah dan mosaik cantik untuk perempuan kerajaan. Tak jauh dari situ ada Khas Mahal tempat tinggal sultan, dan ragam bangunan lainnya.
ADVERTISEMENT
Divan-i-Khas adalah bangunan paling mahal di Red Fort. Marmer Putih dipenuhi ukiran batu berharga, langit-langitnya dulu terpasang lempengan emas dan perak. Di sini Sultan kerap menerima penasehat dan tamu negara.
Taman Hayat Bakhsh. Foto: Khiththati/acehkini
Bangunan Red Zafar akan terlihat mengapung jika air kolamnya penuh. Foto: Khiththati/acehkini
Karena populernya Red Fort, beberapa film Bollywood pernah mengambil gambar di sini. Ada Fan yang dibintangi oleh Shah Rukh Khan, dalam musik sountracknya ia menari dengan gembira di depan Istana merah. Selain itu Aamir Khan juga syuting di sini untuk adegan film PK, juga film populer Salman Khan dan Kareena Kapoor, Bajrangi Bhaijan.
Ingin berkunjung ke sana, bulan November sampai Maret adalah waktu terbaik. Saat udara sejuk di Delhi. []
Salah satu petunjuk tentang bangunan yang ada di dalam benteng. Foto: Khiththati/acehkini
Shai Burj, tempat istirahat keluarga sultan masa silam. Foto: Khiththati/acehkini
Mumtaz Mahal, bercirikan ornamen Islam. Foto: Khiththati/acehkini
Hira Mahal, tempat santai keluarga sultan di dalam benteng. Foto: Khiththati/acehkini
Reporter: Khiththati