Aligarh Muslim University, Kampus Islam Tertua di Asia Selatan

Tim ACEHKINI
Partner kumparan 1001 Media
Konten dari Pengguna
14 Februari 2019 12:48 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim ACEHKINI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gerbang masuk Aligarh Muslim University, India. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang masuk Aligarh Muslim University, India. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Keinginan belajar Bahasa Inggris mengantarkan Rizki Multazam menempuh pendidikan ke India. Aligarh Muslim University (AMU) dipilih menjadi kampusnya. “Saya ditawarin mau nggak melanjutkan kuliah tanpa perlu tes Bahasa Inggris dan bisa belajar bahasa sambilan nantinya,” kisah alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Ranniry, Banda Aceh tentang alasan ia melanjutkan kuliah ke negeri Bollywood.
ADVERTISEMENT
Acehkini bertemu dengannya saat berkunjung ke kampus tersebut, pekan lalu. “Biaya kuliahnya juga murah dan hidupnya sederhana. Semua dosen membantu saya meningkatkan kemampuan bahasa dan mengejar ketertinggalan dalam pelajaran,” sambungnya lagi.
Kini Rizki, tidak hanya piawai berkomunikasi dengan bahasa Inggris namun ia juga lihai bicara bahasa Hindi. “ saya merasa keputusan untuk berhijrah dan kuliah di Aligarh merupakan pilihan sangat tepat,” kisahnya.
Salah bangunan model lama di kampus Aligarh, India. Foto: Khiththati/acehkini
Terletak tidak jauh dari hiruk pikuk Taj Mahal, Aligarh dikenal sebagai Universitas Islam tertua di Asia Selatan. Kampusnya terletak di Aligarh, negara bagian Uttar Pradesh, India. Kota ini berjarak tiga jam perjalanan dari Agra dan empat jam dari New Delhi dengan arah yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Didirikan oleh Syed Ahmad Khan sebagai madrasah Madrasatul Uloom Musalmanan-e-Hind atau dikenal dengan nama Muhammadan Anglo-Oriental College pada tahun 1875, dan menjadi kampus muslim pertama di kawasan Asia Selatan sebelum berganti nama.
Kampus ini mengabungkan nilai tradisional India, muslim dengan sistem pendidikan British. Walaupun pada masa itu sistem pendidikan model ini banyak mendapatkan penolakan. Tapi pendirinya percaya bahwa komunitas muslim tidak akan bangkit tanpa pendidikan yang lebih baik. Menggabungkan pendidikan Islam, Barat dan teknologi menjadi penting.
Mahasiswa di Aligarh membaca pengumuman yang ditempel di pusat informasi kampus.. Foto: Khiththati/acehkini
“Saat itu banyak yang menentang pemikiran Syeh Ahmad, karena mereka tidak setuju nilai Islam diajarkan dengan menggunakan bahasa penjajah,” kisah Rizki Multazam.
“Tapi kemudian beliau (Syeh Ahmad) mengatakan bahwa ini juga merupakan jalan dakwah, lama setelah bertahun kemudian konsep ini baru diterima oleh masyarakat muslim di sana,” katanya.
ADVERTISEMENT
Syeh Ahmad Khan membangun kampus ini berdasalkan gambaran yang didapatkan selama mengunjungi Universitas Oxford dan Cambridge, karena ingin membangun sistem pendidikan seperti model di Inggris. Tak lama kemudian orang dengan latar belakang berbeda-beda mulai menyumbangkan uang untuk mendirikan sekolah ini, mulai dari pemuka agama, tuan tanah hingga koloni Inggris di India.
Sebelum menjadi universitas, sekolah ini melakukan kerjasama dengan Universitas Calcutta untuk ujian matrikulasi, selanjutnya dengan Universitas Allahabada sebelum akhirnya menjadi Institute pada tahun 1877.
Sekitar tahun 1900 sekolah tinggi ini akhirnya menjadi kampus dan mempunyai komplek sendiri pada 1920. Sir Mohammad Ali Mohammad Khan dan Aga Khan III memainkan perang penting dalam mewujudkan ide-ide Syeh Ahmad mengembangkan Aligarh.
Gedung Fakultas Seni di kampus Aligarh, India. Kampus memiliki 300 jurusan. Foto: Khiththati/acehkini
Saat ini AMU, begitu kampus ini biasa disebutkan, memilki 300 Jurusan yang merupakan gabungan pendidikan tradisional dan moderen. AMU juga memiliki kampus di luar kota Aligarh yaitu di Malappuram (Kerala), Murshidabad (Bengal Barat) dan Kishanganj di Bihar, India.
ADVERTISEMENT
Beberapa jurusan di kampus ini menjadi salah satu yang terfavorit dan terbaik di India, seperti Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran. Dulunya, beberapa fakultas hanya menerima mahasiswa muslim saja. “Namun sekarang semuanya bisa belajar di sini, Kampus ini menerima mahasiswa dari berbagai kasta, latar belakang keluarga, agama, dan gender,” kata Rizki.
Reporter: Khiththati (India)