Berbuka dengan Sate Matang, Kuliner Aceh Diakui UNESCO

Konten Media Partner
23 Mei 2019 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sate Matang setelah dicampur bumbu kacang. Foto Adi Warsidi/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Sate Matang setelah dicampur bumbu kacang. Foto Adi Warsidi/acehkini
ADVERTISEMENT
Empat pekerja menyiapkan sate-sate di tungku pembakaran. Sesekali mereka membalik-balik daging, sambil menggantinya dengan yang baru. Satu persatu pengunjung mulai singgah di Warung D’ Wan, kawasan Lueng Bata, Banda Aceh, Kamis sore (23/5).
ADVERTISEMENT
Warung itu khusus menjual menu andalan, Sate Matang. Salah satu menu paling diburu menjelang waktu berbuka di beberapa kawasan pesisir Aceh. Di Banda Aceh, warung D’ Wan paling terkenal.
“Saya pesan Rp 50.000,” kata saya kepada pemiliknya, Darmawan, yang ikut membantu menyiapkan sate-sate. Tak lama menunggu, bungkusan sate dan kuahnya telah di tangan untuk menu berbuka sekeluarga.
Warung D' Wan, khusus menjual Sate Matang di kawasan Lueng Bata, Banda Aceh. Foto: Adi Warsidi
Sate Matang bukan berarti sate setengah masak. Nama ‘Matang’ diambil dari daerah tempat kuliner ini berasal mula, Matang Glumpang Dua, satu kota kecil di Kabupaten Bireuen, 220 kilometer dari Banda Aceh (ibu kota Aceh).
Tahun 2013 lalu, Sate Matang telah terdaftar di UNESCO sebagai kuliner warisan dunia yang berasal dari Aceh. Di tempat asanya Kabupaten Bireuen, sate ini dijual di banyak warung kopi yang buka 24 jam. Maklum, banyak penumpang bus dan truk yang melintasi dari Banda Aceh ke Medan atau sebaliknya, singgah untuk bersate ria.
Sate Matang dengan kuah soto. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Bagi yang berasal dari kota kecil itu, seperti saya, Sate Matang telah menjadi menu sejak kecil. Begitu juga Darmawan, pemilik warung D’ Wan yang turut menjaga kuliner warisan leluhurnya dari Matang Glumpang Dua.
ADVERTISEMENT
Selain di warung D’ Wan, Sate Matang tak sulit dicari di Banda Aceh. Menu itu telah ada di kawasan Peunayong, Beurawe, Lueng Bata, Simpang Surabaya, Ulee Kareng. Biasanya dijual untuk menu makan malam, atau menu berbuka kala Ramadan.
Sate Matang berbahan utama daging kambing atau daging sapi yang tampilannya tak jauh beda dengan sate lainnya. Sebelum dibakar, dimasukkan dulu dalam cairan bumbu berupa tumisan bawang putih, merah, kunyit, jahe dan garam.
Sate saat dibakar. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Setelah dibakar lalu dihidangkan dengan bumbu kacang tanah, campur cabe dan lainnya yang diolah sedemikian rupa, menjadi khas sate ini. Konon dulunya, ada biji ganja yang telah dihaluskan menjadi pelengkap bumbu. Bayangkan saja nikmatnya.
Khas lainnya, ada kuah soto yang membuat nasi lebih mudah dikunyah, sambil menggigit daging kambing. Rasanya sulit dibahasakan, pokoknya maknyus.
ADVERTISEMENT
Sate Matang cocok untuk berbuka, dimakan bersama nasi putih, plus kuah sotonya. Minuman paling cocok menemaninya adalah es kelapa muda. Ayo coba. []
Tusuk sate di warung D' Wan, disiapkan untuk menu berbuka. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Pekerja menyiapkan sate untuk menu berbuka puasa. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Reporter: Adi W