Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Berkunjung ke Seoul Central Mosque, Masjid Tertua di Korea Selatan
21 April 2019 17:30 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
Pada suatu siang, Pak Moon, pemilik penginapan tempat kami bermalam di Seoul, Korea Selatan, keheranan saat kami mengutarakan niat untuk pergi ke Itaewon. “Kalian ingin menari siang-siang begini?” tanyanya.
ADVERTISEMENT
Istrinya menyanggah cepat. “Bukan, tapi mereka ingin berdoa,” kata istrinya. Lalu, Pak Moon lekas meminta maaf. “Saya tidak tahu, bisanya anak muda di sini ke Itaewon untuk bersenang-senang,” tambahnya lagi.
Tidak ada yang salah dengan pertanyaan Pak Moon. Kawasan Itaewon dikenal sebagai jalan penuh diskotek dan bar. Di area ini juga dapat ditemui beragam restoran internasional. 'Daerah orang asing', begitu penduduk Korea Selatan menyebutnya.
Lokasi ini juga menjadi tujuan utama para turis muslim. Islamic Street di sini menawarkan banyak makanan halal. Tak jauh dari situ, ada sebuah masjid yang berdiri dengan megah, namanya Seoul Central Mosque.
Saban Jumat, setiap pekannya, Seoul Central Mosque dipenuhi kaum muslim yang hendak melaksanakan salat Jumat. Kebanyakan, mereka berasal dari Arab, India, Pakistan, Turki, Indonesia, dan Malaysia. Total jemaah salat Jumat bisa mencapai 800-an orang, yang biasanya berstatus sebagai pekerja hingga para duta besar negara berpenduduk mayoritas muslim.
Pada momen libur dan perayaan hari besar, jumlah jemaah bisa lebih banyak. Selepas salat, pihak masjid juga menyediakan beberapa makanan ringan seperti roti dan susu. Penyelenggaraan salat Jumat biasanya dimulai pada pukul 13:00 waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Saat hari-hari biasa, para jemaah datang silih berganti. Dalam satu waktu, selain salat Jumat, jemaah salat bisa mencapai 30 orang. Namun, untuk menjaga keamanan lingkungan, selepas salat isya, pintu masjid akan ditutup, kecuali pada bulan Ramadan.
Awal Maret 2019, Acehkini berkesempatan berkunjung ke sana. Rutenya adalah naik kereta bawah tanah dari pusat Kota Seoul menuju line 6 berwarna cokelat, lalu turun di Itaewon Station, kemudian keluar melalui pintu 3.
Di sepanjang jalan, anda akan temui restoran Turki, Dubai, India, bahkan international market, tempat dijualnya beragam bahan makanan halal. Setelah berjalan mendaki selama 10 menit, maka sampailah di ujung Islamic Street.
Seoul Central Mosque dibangun pada Oktober 1974. Lahannya disumbangkan oleh Pemerintah Korea, sementara biaya pembangunannya adalah hasil sumbangan dari negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Masjid itu baru resmi dibuka pada 21 Mei 1976, menempatkan diri sebagai masjid pertama dan tertua di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Ketika perang saudara Korea berakhir, para tentara gabungan Amerika Serikat (AS) mulai mendiami tempat ini. Tentara Turki yang saat itu ikut mengirim tentara mereka di bawah komando AS juga kerap melakukan kegiatan kemanusiaan, termasuk memperkenalkan Islam ke Korea Selatan.
Beberapa sumber menyebutkan, Masjid di Itaewon itu adalah hadiah sekaligus bentuk rasa terima kasih Pemerintah Korea Selatan kepada tentara muslim Turki.
Di bangunan lantai pertama masjid, bisa dilihat adanya kantor Korea Muslim Federation (KMF). Di lantai dua, terdapat ruang salat laki-laki, sedangkan ruang salat perempuan ada di lantai tiga.
Keseluruhan masjid didominasi warna putih. Ada dua menara yang di tengahnya tertulis Allahu Akbar berwarna hijau dan bercahaya saat malam tiba.
ADVERTISEMENT
Masjid ini terletak di tengah Kota Seoul, diapit oleh jalan antara Sungai Han dan Gunung Namsan, beralamat di Hannam–dong, Yongsan.
Berada di lokasi yang tinggi, tak heran banyak orang Korea yang tertarik berkunjung untuk sekadar melihat-lihat. Setiap harinya, banyak yang datang sekadar berfoto dan melihat-lihat keindahannya. Bahkan, ada pula orang Korea yang tertari belajar tentang Islam di sana.
Di dekat pintu masuk, ada tata cara berbusana di masjid. Pihak masjid juga menyediakan rok buat pengunjung perempuan yang memakai pakaian pendek. Namun, penggunaan hijab tidak menjadi keharusan.
“Kalau ada yang datang dengan pakaian yang tidak sesuai kita akan meminta mereka memakai rok pastinya dengan cara yang sopan,” kata salah seorang penjaga masjid.
ADVERTISEMENT
“Islam ramah dan sopan itu yang ingin kami tampilkan, bahwa tidak seperti orang-orang pikirkan, semuanya penuh senyum dan salam,” tambahnya lagi.
Seoul Central Mosque juga menjadi lembaga yang memberikan sertifikat halal untuk produk Korea yang akan diekspor ke negara muslim.
Suara azan yang dikumandangkan masjid ini juga dapat terdengar ke sekitar Islamic Street, walaupun tidak terlalu besar.
Di halaman masjid juga dibangun sebuah madrasah atas bantuan Pemerintah Arab Saudi dan The Islamic Culture Research Institute.
Mayoritas muslim di sini adalah pelajar, pekerja migran, tenaga pengajar, dan orang asli Korea yang diperkirakan sekitar 200 ribu jiwa. Setiap tahunnya ada peningkatan jumlah pemeluk agama Islam di Korea, meski tidak terlalu mencolok.
ADVERTISEMENT
Setelah Seoul Central Mosque dibangun, ada lagi masjid yang dibangun, tepatnya pada tahun 1980. Masjid kedua di Korea itu ada di Kota Busan, yang selanjutnya diikuti oleh pembangunan masjid di beberapa kota besar lainnya.
Saat ini, hampir semua kota besar di Korea Selatan mempunyai masjid, dan juga beberapa musala. Pemerintah juga menyiapkan ruang-ruang salat di beberapa lokasi wisata lainnya, untuk menyambut para wisatawan muslim dari berbagai negara.
“Oh yang bercahaya hijau itu masjidnya? Kami selalu penasaran cahaya apa itu,” kata Moon.
“Kami sering melihatnya saat menikmati sore di seputaran Sungai Han, penasaran juga,” tambah istrinya tersenyum kepada Acehkini, saat kembali ke penginapan.
Tertarik berkunjung? Jangan lupa juga menghabiskan waktu untuk icip-icip beragam makanan yang ada di sekitarnya. []
Reporter: Khiththati (Korea)
ADVERTISEMENT