Cara Anak Muda Aceh Mengenang 16 Tahun Tsunami

Konten Media Partner
26 Desember 2020 16:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dhea Reskya Ananda, warga Kota Banda Aceh usai melantunkan doa di kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheue, Sabtu (26/12). Foto: Habil Razali/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Dhea Reskya Ananda, warga Kota Banda Aceh usai melantunkan doa di kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheue, Sabtu (26/12). Foto: Habil Razali/acehkini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tragedi gempa dan tsunami Aceh sudah 16 tahun berlalu. Saban tahun, warga Aceh mengenang musibah besar yang merenggut sedikitnya 200 ribu jiwa ini dengan doa bersama dan berziarah ke makam massal korban tsunami. Lantas bagaimana cara anak muda Aceh mengenang peristiwa ini?
ADVERTISEMENT
Pagi-pagi, Afdhalia Sukma, mendatangi kuburan massal korban tsunami Aceh di Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh. Perempuan 23 tahun ini membacakan surat Yasin di atas tanah lapang tanpa nisan tempat 14.264 jiwa korban tsunami dikebumikan.
"Kami mengenang 16 tahun tsunami karena banyak saudara-saudara yang menjadi korban. Kami mendoakan mereka. Kami punya rasa solidaritas untuk mengenang korban-korban yang sudah meninggal dunia," katanya, kepada acehkini, Sabtu (26/12).
Afdhalia Sukma, usai membacakan surat Yasin di kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheue, pada peringatan 16 tahun tsunami Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini
Bagi Afdhalia, tsunami telah merenggut nyawa adik dari ayahnya yang ketika itu tinggal di Kota Banda Aceh, wilayah paling parah terdampak tsunami. "Merasa kehilangan itu pasti, sedih. Masih terngiang-ngiang sampai sekarang kedahsyatan tsunami banyak memakan korban," sebutnya.
Hal serupa juga dirasakan Dhea Reskya Ananda, warga Kota Banda Aceh. Perempuan 23 tahun ini melantunkan doa di kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheue. Meski saat tsunami berada di wilayah yang tidak terdampak tsunami dan tidak ada keluarga dekat yang menjadi korban, tapi Dhea merasakan kesedihan yang mendalam.
ADVERTISEMENT
"Kasian juga ketika melihat foto dan video tsunami Aceh di media sosial. Saya ke kuburan massal baru pertama kali untuk berziarah bersama teman, membaca Yasin," katanya.
Sementara itu, cara berbeda mengenang 16 tahun tsunami Aceh dilakukan Muhammad Fadhil, warga Kabupaten Bireuen. Pria 25 tahun ini mengunggah foto dan video yang memperlihatkan detik-detik air laut menghantam apa saja di daratan Aceh ke media sosial miliknya.
"Saya tidak melihat tsunami secara langsung, tapi saya merasakan bagaimana kesedihan akibat musibah besar itu karena ada keluarga yang menjadi korban. Menurut saya tsunami Aceh harus selalu dikenang supaya generasi muda Aceh seperti saya tidak lupa atas musibah besar itu," ujarnya.