Konten Media Partner

Cerita Keseharian Hafizah 30 Juz Asal Aceh Wafat di Mesir: Rajin Setor Hafalan

14 Juli 2021 18:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Almarhumah Septia Ulfa Lestari (jilbab kuning) hafizah 30 juz asal Nagan Raya, Aceh, yang meninggal di Mesir. Foto: Dok. Nur Akmalia
zoom-in-whitePerbesar
Almarhumah Septia Ulfa Lestari (jilbab kuning) hafizah 30 juz asal Nagan Raya, Aceh, yang meninggal di Mesir. Foto: Dok. Nur Akmalia
ADVERTISEMENT
Jenazah Septia Ulfa Lestari (22 tahun) dimakamkan di kampung halamannya, Desa Kuala Trang, Kecamatan Kuala Pesisir, Nagan Raya, Aceh. Hafizah 30 juz ini meninggal dunia di Mesir lantaran sakit. Jenazah kemudian dipulangkan ke Aceh.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana keseharian mahasiswi Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, angkatan tahun ketiga ini sebelum berpulang ke rahmatullah?
Melalui pesan pendek aplikasi WhatsApp, acehkini terhubung dengan Nur Akmalia, teman sekamar Septia selama menuntut ilmu di Mesir. Mereka melanjutkan pendidikan di universitas yang sama setelah berbarengan lulus di Dayah Insan Qurani Aceh Besar.
"Nur sekamar dengan Tari (panggilan Septia Ulfa Lestari). Kami tinggal berempat di apartemen. Dua teman lainnya asal Jakarta," kata mahasiswi asal Aceh Besar ini kepada acehkini, Rabu (14/7).
Nur Akmalia (kiri) bersama almarhumah Septia Ulfa Lestari (jilbab kuning) hafizah 30 juz asal Nagan Raya, Aceh, yang meninggal di Mesir. Foto: Dok. Nur Akmalia
Apartemen yang dihuni mereka terletak di kawasan El Gamaliya, Kairo, Mesir. Menurut Nur Akmalia, letaknya persis di belakang Masjid Saidina Hussain, rumah ibadah yang diyakini tempat pemakaman kepala cucu Nabi Muhammad, Saidina Hussain.
ADVERTISEMENT
"Kesehariannya selalu dengan hal-hal yang bermanfaat. Menghafal Al-Qur'an dan mengulang kitab atau diktat kuliah," ujar Nur Akmalia.
Nur Akmalia dan Septia Ulfa Lestari memiliki target bersama dalam mengulang hafalan Al-Qur'an, misalnya jumlah minimal yang mesti disetor dalam sepekan. Hafalan itu disetor kepada syekh atau guru. "Tari (menjadi orang yang punya) setoran tetap selama setahun terakhir kepada Syekh Ahmad dan Syekh Ramadhan," tuturnya.
Di mata Nur Akmalia, Septia Ulfa Lestari termasuk orang yang rajin kuliah. Meski mereka tak wajib mengikuti kegiatan muhadarah, tapi dia selalu hadir. "Kami pun kawan-kawan yang sejurusan dengan Tari sering pinjam catatan kuliahnya," katanya.
Pada awal 2021, Nur Akmalia membuat resolusi bersama Tari yaitu sejumlah target yang harus dicapai dalam tahun ini. Hal yang ingin dicapai tersebut berupa salat tepat waktu dan istikamah mengikuti majelis ilmu Syekh Fathi Hijazi dan Syekh Ayyub Al Jazairi.
ADVERTISEMENT
Kendati bersahabat dengan Nur Akmalia sejak sekolah di Aceh, Tari tidak pernah menceritakan sakit yang dia alami. Nur menilai Tari adalah sosok yang tidak ingin merepotkan orang lain. "Dia bukan orang yang suka mengeluh," sebutnya.
Jenazah Septia Ulfa Lestari dimakamkan di kampung halamannya, Desa Kuala Trang, Kecamatan Kuala Pesisir, Nagan Raya. Foto: Dok. IKAT Aceh
Nur Akmalia merasakan ketulusan almarhumah. Dia selalu mendukung apa yang Nur Akmalia geluti. "Asal itu baik dia selalu mendukung," ujarnya. Sebagai sahabat, kepergian Tari menyisakan duka yang mendalam bagi Nur Akmalia. Juga bagi masyarakat Aceh yang kehilangan hafizah itu.
Tari meninggal dunia pada Rabu malam, 7 Juli 2021, pukul 22.30 waktu Kairo. Jenazahnya dipulangkan ke tanah air dan tiba di Aceh pada Selasa (13/7) kemarin. Suasana haru menyelimuti begitu jenazahnya tiba di kampung halaman pada Selasa malam. Dia dimakamkan malam itu juga. Puluhan orang turut mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir.
ADVERTISEMENT