Cuaca Buruk, Pelayaran Kapal Banda Aceh-Sabang Ditunda

Konten Media Partner
25 Juni 2019 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Perairan Banda Aceh-Sabang. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perairan Banda Aceh-Sabang. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Pelayaran rute Ulee Lheue, Kota Banda Aceh ke Balohan, Kota Sabang, Selasa (25/6) ditunda akibat cuaca buruk. Semua trip kapal dibatalkan menyusul adanya gelombang tinggi dan angin kencang yang melanda Provinsi Aceh.
ADVERTISEMENT
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelabuhan Ulee Lheue, Said Syahrul, menuturkan pembatalan pelayaran dialami semua kapal yang melayani lintasan Ulee Lheue-Balohan. Seperti, kapal Ro-Ro (KMP BRR) dan kapal cepat.
"Untuk keberangkatan pertama tadi kapal Ro-Ro berangkat pukul 7.30 WIB dari Ulee Lheue ke Balohan. Untuk trip kedua dan ketiga, kapal tidak berlayar lagi dikarenakan faktor cuaca," kata Said dihubungi jurnalis, Selasa (25/6). Dia menyebut, kapal Ro-Ro setiap hari melayani tiga kali trip.
Pembatalan pelayaran tersebut akibat angin kencang dan gelombang tinggi mencapai 2-3 meter. Kendati demikian, kata Said, pelayaran akan kembali normal besok. Menurutnya, tidak ada penumpukan penumpang akibat penundaan pelayaran tersebut.
"Penumpang yang telah membeli tiket mereka harus melapor ke loket dan bisa berangkat untuk jadwal besok. Besok pagi sudah berlayar kembali kapal tersebut, kalau cuacanya bagus," ujarnya.
Kawasan Iboih, Kota Sabang. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Blang Bintang, Aceh, Zakaria menyebut saat ini pusaran angin tertutup atau disebut dengan istilah ‘Edy’ memicu angin dan konvergensi di atmosfer, sehingga terjadi perlambatan pergerakan massa udara di atmosfer Aceh.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Aceh sudah mulai memasuki angin barat. Sehingga biasanya terdapat peningkatan kecepatannya, antara 20 hingga 50 kilometer per jam. Namun awan ‘Edy' membuat kecepatan angin meningkat dua kali lipat dan membuat gelombang tinggi mencapai 2-3 meter.
"Kondisi ini sangat membahayakan terhadap nelayan, jasa penyeberangan, pohon tumbang, baliho diterbangkan angin bahkan bisa juga atap rumah bangunan diterbangkan angin,” tutur dia. []
Reporter: Habil Razali