Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Festival Saman di Gayo Lues, Menjaga Warisan Aceh untuk Dunia
20 Agustus 2019 11:09 WIB
ADVERTISEMENT
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, membuka Festival Saman di Lapangan Seribu Bukit Gayo Lues, Aceh, Senin (19/8/2019) malam. Tari saman merupakan salah satu warisan budaya tak benda dunia, setelah ditetapkan UNESCO sejak 2011.
ADVERTISEMENT
"Sebagai khasanah budaya, Tari Saman wajib dilestarikan. Kerja keras melestarikannya adalah bagian dari upaya kita memajukan kesenian di Aceh," kata Nova Iriansyah.
Menurutnya, Saman salah satu keunggulan Aceh, nasional bahkan global. Saman harus ditampilkan sebagai bagian jati diri. “Ini aset bangsa khususnya Aceh, kebudayaan bisa menjadi cara meraih kejayaan,” katanya.
Sejak UNESCO mengakui Tari Saman sebagai warisan tak benda pada 2011 lalu, pemerintah terus gencar melakukan kampanye atau promosi saman hingga mancanegara. Festival Saman yang semula dilaksanakan dalam kegiatan Gayo Mountain Festival (Gamifest), dijadikan Kementerian Pariwisata Indonesia sebagai salah satu dari 100 Top Event Nasional. Festival ini diharapkan domino pada kunjungan wisatawan ke Aceh.
Sementara itu Bupati Gayo Lues, Amru, mengatakan Festival Saman di daerahnya merupakan tindak lanjut dari Gamifest pada 2018 lalu. Selain didukung penuh pemerintah Aceh, kegiatan Saman Festival juga didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Festival yang diikuti oleh 17 group Tari Saman seluruh Aceh, berlangsung sampai Rabu (21/9) besok. "Kita berharap Dataran Tinggi Gayo ini juga bisa ditetapkan menjadi startegis pariwisata nasional," kata Bupati Amru.
Kepala Museum Nasional, Iswanto yang hadir dalam pembukaan Festival Tari Saman, mengungkapkan tarian tersebut adalah marwah kehidupan di mana silaturahmi tumbuh dalam diri para penari Saman. Namun demikian, sebagai aktivitas kebudayaan yang keseniannya telah diakui dunia, sudah saatnya penyebaran pengetahuan empiris tentang Saman, terus dilakukan.
“Agar bunyi Saman bisa terdengar hingga ke seluruh dunia. Tugas kita memastikan ekosistem Saman tetap hidup di tengah masyarakat,” kata Iswanto. []
acehkini