Film 'Black Note' Aceh Documentary Masuk Nominasi Piala Maya 9

Konten Media Partner
6 Februari 2021 17:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekuel Film Black Note. Foto: Dok. Aceh Documentary
zoom-in-whitePerbesar
Sekuel Film Black Note. Foto: Dok. Aceh Documentary
ADVERTISEMENT
Film produksi Aceh Documentary yang berjudul "Black Note" yang disutradarai oleh Andri Kurniawan dan Muhammad Rizki terpilih masuk dalam nominasi Piala Maya 9 untuk kategori film dokumenter pendek. Ini merupakan kali kedua film dari Aceh Documentary yang masuk nominasi Piala Maya, setelah film dokumenter berjudul 'Minor' berhasil meraih penghargaan sebagai film dokumenter terbaik pada tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Departemen Pendidikan Aceh Documentary, Azhari, mengatakan film 'Black Note' tersebut merupakan satu-satunya film dokumenter yang diproduksi di Aceh selama masa pandemi, melalui program Aceh Documentary Competition 2020.
"Film ini berkisah tentang proses pengadilan kasus pelecehan seksual terhadap anak yang terjadi di Aceh. Film 'Black Note' selesai diproduksi pada pertengahan Agustus 2020 lalu," ujar Azhari, Sabtu (6/2).
Ia menyebut, sudah menjadi visi dari Aceh Documentary untuk memajukan perfilman Aceh di nasional dan internasional, salah satunya adalah dengan cara mengirim karya film yang disutradarai langsung oleh pemuda-pemudi Aceh ke festival film baik tingkat nasional dan internasional.
Menurutnya, Piala Maya adalah salah satu penghargaan bergengsi di Indonesia yang memberikan apresiasi kepada karya film, baik fiksi maupun dokumenter. Selain itu, Piala Maya juga memberikan anugerah kepada setiap insan perfilman di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Film dokumenter 'Black Note' bersaing dalam nominasi kategori film dokumenter pendek bersama empat film lainnya untuk menjadi film dokumenter pendek terbaik," sebutnya.
Empat film lainnya yang bersaing dalam nominasi film dokumenter pendek Piala Maya 2021, terdiri dari Cerita Tentang Sinema di Sudut yang Lain karya Hariwi, Gimbal karya Sidiq Ariyadi, Perempuan di Sarang Owa karya Andi Ilmi Utami Irwan, dan Shin Hua karya Erick Sutanto.
"Aceh Documentary akan terus menghasilkan sutradara muda Aceh dan karya-karya film yang mampu mengangkat sinema Aceh di kancah perfilman nasional dan internasional serta membawa dampak yang baik terhadap kehidupan sosial di Aceh" kata Azhari.
Ia menambahkan, dalam delapan tahun terakhir Aceh Documentary telah meluluskan puluhan sutradara muda dari berbagai kabupaten di Aceh melalui program Aceh Documentary Junior dan Aceh Documentary Competition.
ADVERTISEMENT
Azhari menjelaskan, tahun lalu salah satu film dokumenter karya siswa Aceh yang mengikuti program Aceh Documentary Junior mendapat penghargaan sebagai film dokumenter terbaik kaegori pelajar di Festival Film Dokumenter Jogjakarta. Film dokumenter berjudul "Rintih di Tanah yang Pilu" yang disutradarai oleh Wardani dan Fitra itu menceritakan tentang hal di balik pembangunan tol Sibanceh (Sigli-Banda Aceh).
"Selain masuk nominasi Piala Maya 2021, karya-karya film produksi Aceh Documentary juga telah memenangkan berbagai kategori pada festival-festival film di Indonesia, seperti Festival Film Dokumenter Jogjakarta, Malang Film Festival, Festival Film Surabaya, dan lain-lain. Film-film Aceh Documentary juga sudah diputar di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara," ujarnya.