Konten Media Partner

FKPT: Secara Historis Orang Aceh Sulit Terpapar Radikalisme dan Terorisme

4 Agustus 2022 18:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua FKPT Aceh, Mukhlisuddin Ilyas.
zoom-in-whitePerbesar
Ketua FKPT Aceh, Mukhlisuddin Ilyas.
ADVERTISEMENT
15 orang yang diduga terlibat jaringan terorisme di Aceh ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian Indonesia dalam beberapa pekan ini. Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) menyebutkan secara historis orang Aceh sulit terpapar radikalisme dan terorisme.
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua FKPT Aceh, Mukhlisuddin Ilyas, dalam sejarah masyarakat Aceh punya kearifan lokal yang matang terkait toleransi dan moderat. "Sejarah keberagaman orang Aceh sudah teruji. Dalam perspektif sejarah, sulit orang Aceh terpapar radikalisme dan terorisme," katanya kepada acehkini, Kamis (4/8).
Namun Mukhlisuddin menyadari bahwa kini situasi sudah berubah karena sejumlah orang Aceh terlibat dalam jaringan terorisme. Karenanya, sekarang harus ada gagasan supaya generasi muda dibahani pelajaran sejarah Aceh yang toleran dan moderat.
Ia menyebut paham terorisme bisa terpapar kepada siapa saja dari berbagai kalangan dan status sosial. "Terorisme ini fakta, terorisme itu tidak mengenal agama, usia profesi, jabatan dan tingkat pendidikan sekalipun. Siapa saja bisa terpapar," ujarnya.
Seseorang yang terlibat dalam kelompok terorisme, kata Mukhlisuddin, pasti melalui proses sikap intoleransi dan radikalisme. Karena itu perlu sikap dan tindakan hidup toleran. "Hindari berhubungan dengan kelompok yang suka menyalahkan amaliyah orang lain, suka membidahkan kelompok lain, suka mengkafirkan orang lain, interaksi atau komunikasi eksklusif, dan selalu organisasi ekstrimis."
Kabid Humas Polda Aceh Kombes Winardy memperlihatkan sejumlah foto barang bukti milik terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di Aceh, Sabtu (23/1/2022). Foto: Suparta/acehkini
Pengamat Terorisme Al Chaidar menilai Aceh memang telah lama menjadi wilayah rebutan beberapa jaringan terorisme. "Aceh menjadi pusat pergerakan jaringan Jemaah Islamiyah yang baru, jadi boleh dikatakan sekarang ini ada semacam kontestasi atau perebutan dari beberapa kalangan kelompok teroris untuk menjadikan Aceh sebagai basis," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain JI, jaringan terorisme berafiliasi dengan ISIS, Jemaah Ansharut Daulah, juga ingin menjadikan Aceh sebagai basis. Tapi pergerakan di Aceh lebih dulu dilakukan JI sejak 2000 yang dibawa oleh Ustaz Hambali.
"Mereka sudah lama menargetkan [Aceh] dan sudah banyak anggota mereka. Rata-rata bukan orang Aceh, tapi sekarang sudah ada juga orang Aceh," ujar Al Chaidar. []