Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Foto: Kisah di Balik Cerutu Gayo dengan Tembakau 42 Aroma
6 Desember 2020 18:05 WIB
Diperbarui 19 Desember 2020 1:28 WIB
ADVERTISEMENT
Di atas sebuah meja, di antara tumpukan daun tembakau kering, jemari Armini lincah melinting lembaran-lembaran daun itu menjadi rokok cerutu, di rumahnya Kampung Kayu Kul, Pengasing, Aceh Tengah, Sabtu (5/12).
ADVERTISEMENT
Usaha memproduksi cerutu sudah dirintis suami Armini, Salmy sejak 2019, diawali dengan melakukan riset terhadap tembakau yang tumbuh di Dataran Tinggi Gayo. Sambil mengurus izin cukai, pasangan suami istri itu mulai memperkenalkan cerutu produksi mereka secara terbatas pada rekan atau kenalannya.
Setelah mendapat izin cukai pada September 2020, Salmy dan Armini mulai berbisnis cerutu dengan label Gayo Mountain Cigar ke berbagai daerah di Indonesia, penjualan juga dilakukan dengan sistim online.
Menurut Salmy, tembakau yang tumbuh di tanah Gayo memiliki 42 aroma yang berbeda, inilah yang membuat cerutu Gayo Moutain Cigar kualitasnya jadi premium. “Itu juga yang membuat cerutu kami berbeda berbeda dengan lainnya di luar Aceh bahkan cerutu dunia,” katanya.
ADVERTISEMENT
Bahan baku tembakau yang diolah Salmy dibeli langsung dari petani tembakau Gayo. Ia mengatakan, setidaknya ada 300 hektar lahan tembakau di Aceh Tengah. Salmy ikut membina, juga memantau penanaman tembakau di seluruh lahan tersebut. “Dari petani, tembakau kualitas terbaik saat ini kami tampung Rp 100 ribu per kilogramnya.”
Cerutu yang diproduksi suami istri ini memiliki dua varian ukuran. Kecil dan besar. Untuk yang kecil dijualnya dengan harga 15.000 per batang, sementara yang besar Rp 50.000 per batang. []