Foto: Menjaga Tikar Pandan Tradisional Aceh Agar Tak Punah

Konten Media Partner
22 Desember 2019 10:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siti Hawa menganyam tikar tradisional Aceh. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Siti Hawa menganyam tikar tradisional Aceh. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di usianya yang hampir 80-an, Siti Hawa masih cekatan menganyam potongan-potongan daun pandan liar menjadi tikar warna-warni. Dia termasuk ahli membuat tikar secara tradisional di kampungnya, Gampong Cundien, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar.
ADVERTISEMENT
Saat acehkini mengunjunginya, Sabtu (21/12), Siti tak sendiri. Bersamanya ada Khatijah dan Salmawati, sedang menganyam tikar bersama. Mereka adalah pengrajin tradisional, penjaga warisan leluhur tak punah di tengah gempuran tikar-tikar plastik.
Menganyam tikar tradisional Aceh. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
Selain membuat tikar pandan, para perempuan di Gampong Cundien, juga membuat tudung saji tradisonal Aceh dari daun nipah. Tudung saji menjadi kerap dipakai sebagai penutup makanan dalam gelar upacara-upacara adat di Aceh. [] Ahmad Ariska
Bahan daun pandan liar yang dibelah-belah. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
Khatijah menyiapkan daun pandan. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
Daun pandan hijau yang telah disiapkan harus dikeringkan terlebih dahulu, dan diwarnai untuk kemudian dianyam. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
Siti Hawa, Salmawati dan Khatijah (kiri ke kanan) mengamyam tikar bersama. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
Siti Hawa, ahli menganyam tikar tradisional Aceh. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
Tikar pandan warna-warna bernilai seni. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
Pengrajin di Gampong Cundien juga membuat tudung saji dari daun nipah. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
Yusnidar (kanan), pembuat tudung saji tradisional Aceh. Foto: Ahmad Ariska/acehkini