Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Di usia 60 tahun, Sulaiman masih cekatan mengayun palu 5 kilogram ke atas lempengan besi panas membara, sementara tangan kirinya menahan lempengan agar tetap di atas paron dengan sebuah jepitan.
ADVERTISEMENT
Setelah merah pada besi menghilang, ia memasukkan lagi lempengan itu ke bara api. Lalu mengulang menempanya hingga menjadi parang, pisau dan linggis.
Menjadi pandai besi , telah dilakoni Sulaiman sejak usia 15 tahun. Keterampilan dan tempat usahanya adalah warisan dari para leluhurnya. “Mungkin saya generasi ke lima atau keempat yang mewarisi usaha ini. Anak-anak saya juga mewarisi keterampilan sebagai pandai besi,” kata Sulaiman, di tempat usahanya Gampong Lamblang Manyang, Darul Imarah, Aceh Besar, Sabtu (14/11/2020).
Dua dari enam putra Sulaiman telah mengikuti jejaknya menjadi pandai besi. Sisanya masih menempuh pendidikan. “Saat libur mereka juga bantu-bantu kerja di sini,” jelasnya. Selain dua anaknya, Sulaiman juga dibantu 13 pekerja lain untuk memproduksi parang, linggis dan beragam jenis pisau rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Di tengah pandemi virus corona, usaha pandai besi tak terpengaruh sedikitpun. Mereka tetap bekerja seperti biasa, produksi juga tak berkurang.
Sulaiman menjelaskan, setiap pekerja mampu menghasilkan rata-rata 3 buah parang setiap harinya. Setiap sore parang itu langsung diantar atau diambil penjual dan dibayar dengan uang tunai dengan harga Rp 110 ribu per unit. []