Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Foto: Pewaris Kerajinan Tenun Aceh, Pernah Sulit Kala Konflik dan COVID
17 September 2021 9:44 WIB
·
waktu baca 1 menitADVERTISEMENT
Menjelang siang, Dahlia berbaur dengan para penenun tradisional Aceh di Rumah Tenun Nyak Mu, kawasan Gampong Siem, Aceh Besar . Dahlia merupakan generasi ke-3 yang mewarisi bakat sebagai penenun songket Aceh. Rumah Tenun Nyak Mu adalah peninggalan orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Saat konflik mendera Aceh, usahanya sempat tutup. Kontak senjata antara TNI/Polisi dan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kerap terjadi di sana. Mereka hidup sulit kala itu. Kondisi sama juga saat awal pandemi COVID-19 melanda Aceh di tahun 2020, usaha Rumah Tenun Nyak Mu terpaksa tutup 6 bulan.
Usaha kembali bergairah di awal 2021, setelah dibantu salah satu lembaga. Kini, setiap hari 10 orang anggota kelompok menenun songket Aceh di Rumah Tenun Nyak Mu, beraktivitas seperti sedia kala.
Menurut Dahlia, ada 50 motif songket yang diwarisi orang tuanya. Sehelai kain songket butuh waktu sebulan untuk menyelesaikannya. Setiap lembar yang dihasilkan anggota kelompok akan ditampung oleh Dekranasda Aceh Besar.
“Ada juga yang kami jual sendiri bila ada permintaan, atau kami tenun sesuai pesanan orang,” katanya kepada acehkini, Rabu (15/9/2021). Harga jual tergantung motif songketnya, paling murah dijual Rp 1,5 juta dan paling tinggi Rp 1,7 juta per helainya. []
ADVERTISEMENT